Home / Fantasi / Anak Haram Sang Kaisar / Chapter 4 : Sudah Kembali

Share

Chapter 4 : Sudah Kembali

Author: Bakpaokukus
last update Last Updated: 2025-10-06 20:36:52

Aku mendekatkan langkah ku mengitari satu sama lain dari mereka, lalu kembali berucap.

"Mungkin jika kalian mengajari aku dengan baik."

"Aku bisa kembali mengajari para putra dan putri kalian."

"Untuk mengingat ajaran ibu mereka."

Wajah mereka menjadi gelap, tatapan tajam menghujaniku.

"Arogan! Sungguh arogan!"

"Cassian Leonce Magnus, banyak-banyaklah bercermin."

Ucap Wilona seraya meraih semangkuk tehnya.

"Aku akui kau punya keberanian yang besar, Cassian."

"Tapi, permainan kami anggota keluarga kekaisaran tidak semudah yang kau kira."

Dua orang pengawal datang menekan tubuhku hingga aku berlutut.

KGH!

Bersamaan dengan itu aku merasakan sensasi aneh seperti ratusan jarum menusuk jantungku. Aku mengatupkan rahangku karena rasa sakit yang luar biasa.

Tanganku mengepal menahan rasa perih dan harga diri yang mereka coba injak-injak.

Mereka benar-benar tidak pandang bulu untuk menginjak seseorang!

Aku masihlah putra kaisar!

Beraninya kalian memperlakukan pangeran yang resmi diangkat seperti ini.

Tiba-tiba cambukan datang secepat kilat menghantam punggungku.

CTAK!

Darah muncrat dari kerongkonganku. Bukan karena cambukan itu melainkan rasa panas dan menyakitkan dari organ dalamku.

Ini?

Jangan-jangan efek dari penangkal racun yang terakumulasi dengan racun ular perak.

Benar dugaanku, racun itu masih ada.

Dan alasan aku bisa mengulang waktu karena berhasil mengaktifkan blood magic.

SHHAAA

Sebuah cahaya mana mengerubungi satu sama lain didalam tubuhku dan membentuk bola medirian. Namun bukan hanya itu, bola medirian itu tak hanya satu melainkan ada tiga buah.

Lalu ketiganya berputar dengan liar sampai akhirnya saling membentuk garis satu sama lain. Seakan sebuah titik yang saling terhubung dan menciptakan satu kesatuan. Bagai jantung kedua dalam tubuh.

AGHHHHHHHH!

Ledakan cahaya dari tubuhku tak ter elakkan, ledakan itu menciptakan hembusan angin dasyat memporak-porandakan dekorasi pesta teh para selir.

Meja, kursi, porselen yang pecah. Lalu tirai yang terbakar, bahkan taman bunga mawar dibelakangnya tak lagi harum.

Wajah para selir, prajurit bahkan ibuku tampak kebingungan. Namun ibu lah yang paling khawatir. Tak disangka diangkatnya kami sebagai penghuni istana menyebabkan begitu banyak rintangan dan masalah.

"Cassian!"

Ujar ibuku dengan wajah yang penuh kepanikan.

Aku mencoba mengendalikan energi itu dengan mengambil nafas dalam-dalam lalu dengan satu hembusan cahaya itu Kembali stabil.

Saat aku kembali membuka mata, aku mengalami perasaan yang berbeda. Seluruh indra yang ada pada tubuhku menjadi lebih tajam bahkan dengan mudah merasakan energi alam.

Apa?

Apa terjadi?

Dua penjaga tadi meringkuk, sampai salah satu selir kaisar yang lain berteriak dengan lantang.

"Cambuk lagi!"

"Beraninya membuat kekacauan di istana langit!"

Kedua penjaga itu mencoba bangun meskipun dengan ekspresi yang belum sepenuhnya sigap.

Begitu salah satu dari mereka melayangkan cambuk, dengan segera aku mengangkat tangan kananku tinggi-tinggi, mengambil nafas dalam-dalam. Lalu dengan sekali gerakan.

DUAKKKK!

Tubuh penjaga itu terpental karena mendapatkan pukulan tanganku lalu menghantam salah satu patung air mancur hingga hancur lebur.

Jadi seperti ini efek kekuatan sihir kuno?

Meskipun aku tak begitu yakin bagaimana cara menggunakan kekuatan ini dengan benar, tapi setidaknya aku masih bisa menggunakannya untuk hal dasar.

Mata para selir melebar.

Tak hanya mereka, ibuku pun juga membuat ekspresi wajah terkejut.

"Kau! Apa-apaan kekuatanmu!?"

Wilona melontarkan pertanyaan dengan rasa kesal.

"Tidak! Bagaimana bisa darah rendah sepertimu!"

Aku melihat kedua tanganku yang sedikit kotor karena tanah dengan seksama. Tak ada tanda-tanda segel kutukan atau semacamnya.

Suara getaran tanah kurasakan, rombongan pengawal istana datang berbondong-bondong untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Dibelakangnya nampak pria dengan baju knight memiliki ekspresi menyeramkan dan dingin melangkah dengan berat.

Ia mengibaskan pedangnya sekelebat memotong salah satu tirai yang terbakar kemudian diinjak-injaknya tirai itu hingga menjadi debu.

"Apa yang terjadi disini?!"

Knight itu menatapku dari atas hingga bawah. Mengacungkan pedangnya dengan tajam kearahku.

"Apa ini semua perbuatanmu!?"

Semua mata tertuju padaku, ketiga selir kaisar memberikan senyuman miring. Merasakan kemenangan telak.

Masalah akan menjadi runyam karena ini.

Aku melirik sepintas kepada ibuku lalu kearah pelayan pribadinya, mengisyaratkan untuk membawa ibuku pergi secepatnya dari tempat ini.

Pelayan itu mengangguk dan segera menarik ibuku.

"Yang mulia ayo kita kembali ke Pavilliun anda."

Ibu tampak tak bergerak, tangannya berencana meraihku namu segera disingkap oleh pelayan itu.

"Ibu, silahkan pergi terlebih dahulu."

"Saya akan menyusul nanti."

Ibuku tampak masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, namun akhirnya pelayan itu berhasil membawanya pergi menjauh.

Aku menatap knight itu, pria paruh baya dengan badan kekar juga jenggot dan kumis tipis. Bajunya terbuat dari baja berkualitas tinggi tebal dan nampak berat berwarna merah mengkilat dipadu warna abu-abu besi.

Namanya adalah Barsan Razan, berusia sekitar empat puluh lima tahun. Dikehidupan sebelumnya aku tak terlalu terlibat dengan pria ini. Tapi setiap ada upacara atau pesta kekaisaran setelah kemenangan perang. Pria inilah yang menjadi tokoh paling berjasa.

"Ya, aku yang melakukanya."

Jawabku tanpa rasa takut.

Jika aku menunjukkan kelemahan, orang-orang istana akan semakin gencar untuk menginjak-injak aku dan ibu dimasa depan.

Wanita yang menutupi ekspresinya dengan kipas itu melangkahkan maju, selir pertama kaisar. Rosalina Derek Magnus.

Apa yang wanita itu rencanakan?

Dia menyingkap kipasnya lalu mulai berbicara.

"Tangkap anak ini! Dia sudah mengacau di istana para selir!"

"Dia mengeluarkan kekuatan aneh! Hampir membunuh kami semua!"

Tanganku mengepal menahan amarah. Tak disangka mulut Rosalina benar-benar beracun. Dengan mudah ia memanipulasi skenario, tapi lebih tidak beruntung karena yang terjadi memang mudah menimbulkan kesalahpahaman.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Melawan? Tidak.

Para penjaga terlalu banyak.

Aku akan mengalah untuk saat ini dan membiarkan mereka menangkapku.

Barsan terdiam sejenak sampai akhirnya mengeluarkan perintah.

"Tangkap! Lalu penjarakan!"

Para penjaga segera mengepungku, aku tidak berbuat apa-apa dan hanya pasrah ketika empat orang penjaga mendekat dan membelenggu kedua tanganku kebelakang.

Aku menghela nafas panjang.

Penjaga yang ada dibelakangku mendorongku dengan kasar supaya aku berjalan lebih cepat.

Rosetta tersenyum puas melihatku dibawa oleh para penjaga untuk dipenjara.

Baiklah.

Kali ini aku yang terlalu ceroboh.

Lain kali aku tidak akan kalah.

Selang beberapa menit dua orang penjaga menghantamku hingga ambruk kesalah satu sel penjara.

Para bajingan ini tidak menghormatiku sebagai pangeran sama sekali.

Ayah!

Apa anda benar-benar akan membiarkanku diperlakukan seperti ini.

***

Istana Matahari

Pintu ruangan kaisar terbuka, Marquis Lucien bersama Barsan sang Knight memasuki ruangan.

Keduanya bersamaan memberikan salam.

"Salam bagi matahari kekaisaran."

Valerius sang kaisar tengah sibuk seperti biasa dengan dokumen-dokumen istana.

Hari ini ia hanya mengenakan pakaian sederhana dengan bagian dada yang terbuka.

Pandangannya kini tertuju pada Marquis Lucien dan Barsan.

"Yang mulia, saat ini pangeran Cassian telah ditahan dipenjara kekaisaran."

Ucap Marquis Lucien.

"Apa yang terjadi?"

Suara kaisar terdengar berat dan mendominasi, ia meletakkan penanya dan fokus pada arah pembicaraan kali ini.

"Salah satu selir anda melaporkan, bahwa ia mengacau di kediaman para selir."

Barsan menimpali.

Valerius menyipitkan matanya, ia tau benar apa yang terjadi. Karena Valerius sendiri punya mata-mata yang bekerja seperti kamera pengawas disetiap sudut kekaisaran.

"Lepaskan dia."

Ucap Valerius singkat, suaranya memberikan keputusan mutlak.

Barsan tak membantah maupun menanyakan lebih lanjut, ia hanya membungkuk dan berucap.

"Baik."

Setelahnya, Barsan memutar balik badannya dan meninggalkan ruangan kaisar.

Marquis Lucien memberikan senyum miring.

"Tak disangka, pangeran kesepuluh langsung mendapatkan masalah begitu memasuki istana."

"Lucien."

Ucap Valerius memangil nama administratornya itu.

"Sebarkan lagi tingkat kedudukan anggota keluarga istana diseluruh sudut kekaisaran."

"Menyedihkan melihat seorang keturunan kaisar diinjak oleh selir."

Marquis Lucien menaikkan alisnya.

"Bukankah anda tidak berniat ikut campur dalam pertikaian ini yang mulia?"

Valerius mengambil kembali penanya.

"Aku hanya menegaskan aturan kekaisaran."

Lucien sedikit terkekeh karena sikap kaisar yang penuh dengan kepedulian berbalut ego.

"Sesuai perintah anda yang mulia."

Lucien berbalik meninggalkan ruangan itu.

***

Penjara kekaisaran.

Suara besi yang saling bertabrakan seperti rantai yang mengikat para tahanan. Cassian melihat sekeliling penjara, rupanya terdapat banyak tahanan dengan rupa yang sudah tak layak. Bau disana pun menyengat.

Ia menghela nafas. Tiba-tiba suara sepatu menggema mendekat.

"Rupanya anda, Marquis Lucien."

Marquis Lucien tersenyum dengan ejekan.

"Yang mulia, bukankah anda benar-benar terlalu impulsif."

Aku terkekeh dengan komentar pria itu.

"Aku tidak punya pilihan lain."

"Aku harus melindungi ibuku."

Lucien mendesah dengan panjang. Ia membuka kunci penjaraku dengan cepat.

"Saya sarankan lebih baik mengeluarkan ibu anda dari istana."

Tanganku mengepal.

"Justru itu lebih berbahaya."

"Tidak."

"Aku tidak ingin mengambil resiko."

Lucien terdiam sampai akhirnya berjalan. Aku mengikutinya dari belakang.

"Kedepannya anda tidak perlu khawatir."

"Yang mulia sudah memperjelas kedudukan antara keturunan kaisar dan selir."

"Tapi berusahalah untuk tidak terjebak dalam masalah yang lain."

Aku mengangguk, kami berdua keluar dari area penjara menuju ke istana. Sinar matahari menghujaniku, memberikan rasa kebebasan yang segar.

Sekarang aku harus mulai meneliti tentang blood magic dan sihir kuno. Tetapi mulai dari mana?

Aku menatap pria dihadapanku itu dengan sebuah ide.

"Marquis Lucien, apakah saya bisa menggunakan perpustakaan istana?"

Marquis Lucien terhenti, ia menoleh untuk menatapku. Berfikir sejenak kemudian mengangguk.

"Ya, tentu. Anda adalah pangeran sekarang."

"Terimakasih banyak."

***

Istana bintang

Aku kembali ke kediamanku. Lux sudah menunggu di halaman depan dengan wajah cemas.

Ia segera berlari menghampiriku.

"Yang mulia, anda baik-baik saja?"

"Saya mendengar insiden yang terjadi."

Aku mengangguk, terlihat dari jauh sudah ada hidangan diatas meja yang sudah dipersiapkan oleh pelayan. Tapi sudah jelas itu diatur secara rapi oleh permaisuri.

"Anda harus makan terlebih dahulu."

Ucap Lux mengantarku ke tempat duduk.

Para pelayan selain Lux pastilah terus menerus mengawasiku.

Cara bermain permaisuri memang licik dan menakutkan.

Aku tidak yakin apa penangkal racun itu benar-benar bekerja.

Tapi mari kita coba dan mencari tabib setelahnya untuk memantau kesehatan dalam tubuhku.

Aku duduk di kursi halaman. Tepat didepanku sudah terpampang hidangan yang lezat. Ayam panggang, daging dan ikan goreng.

Beberapa diantaranya ada hidangan penutup yang manis.

Sayang sekali, makanan-makanan lezat ini sudah diracun seluruhnya. Padahal baunya sangat menggugah selera.

Aku mengambil paha ayam, lalu mendekatkannya ke mulutku. Begitu menyentuh lidah memang hanya seperti makanan biasa.

Apakah aku yang terlalu waspada?

Atau wanita itu menggunakan racun yang tidak bisa dideteksi?

Aku tersenyum miring memiliki ide.

"Lux panggil dua pelayan itu."

Lux awalnya sempat bingung namun tetap melaksanakan perintahku. Ia memanggil dua pelayan wanita yang berjaga di halaman paviliun.

Keduanya menghadap.

"Ya, yang mulia?"

"Makan."

"Maksud anda?"

"Makan!"

"Kami tidak berani, bagaimana bisa

mengambil makanan yang mulia."

Lux menatap mereka dengan ketidakpuasan sampai akhirnya dengan tangan gemetar keduanya mengambil salah satu hidangan itu dan mendekatkannya ke mulut.

Begitu makanan itu hampir tersentuh lidah mereka, keduanya nampak pucat. Namun terpaksa kedua orang itu tetap melahapnya dari pada harus menimbulkan kecurigaan.

"Bagus."

Kedua orang itu melirikku sekilas dengan tatapan gelap.

"Lux, mulai besok aku akan pergi ke area training untuk latihan pedang."

Lux menoleh, nampak ada hal yang menggangu pikirannya.

"Tapi yang mulai, anda belum punya guru pedang seperti pangeran yang lain."

"Tak masalah, aku akan mencari sendiri."

Lux menghela nafas masih terbesit keraguan pada raut wajahnya.

"Sesuai keinginan anda."

***

Istana bulan

Langkah kaki yang berat berdenting menuju ruangan permaisuri. Sosok dengan badan proporsional mengenakan jubah beludru berwarna merah maroon terhenti.

"Ibu, saya sudah kembali."

Alactra Derek Magnus, pemuda berusia enam belas tahun itu telah kembali dari akademi.

Tubuhnya berbentuk trapezoid nampak menawan mengenakan pakaian kerjaan. Wajahnya persegi dengan rahang tegas memberikan kesan sosok yang kuat bila dipandang. Mata hooded terlihat teliti mengamati lingkungan sekitar tak lupa alis melengkung tajam dan tebal.

Kesan pertama bila melihat pemuda itu adalah rasa intimidasi yang kuat.

Setelah Alactra memberikan salam, ibunya sang permaisuri memberikan senyum miring.

"Putraku, kamu sudah semakin dewasa."

Rosetta duduk di kursi santainya. Menyenderkan tubuhnya setengah duduk.

Jemarinya bermain dengan rambutnya yang sedikit ikal.

"Kamu sudah mendengar kabarnya?"

Tanya Rosetta, membuat Alactra diam sejenak. Hubungan antara Ibu dan anak itu nampaknya harmonis. Akan tetapi, Rosetta mendidik putra tertuanya dengan banyak manipulasi dan hukuman fisik.

"Ya, saya dengar adik bungsu saya sudah memasuki istana."

Alactra mengepalkan tangannya. Dengan masuknya Cassian tentu menambah daftar penghalang yang dapat mengancamnya meraih singgasana.

"Jangan biarkan dia lebih unggul."

Rosetta menambahkan, baginya kekuasaan adalah segalanya. Jika putranya menjadi pewaris selanjutnya, maka secara otomatis kekuasaannya akan lebih stabil.

Bahkan kaisar pun tak akan berani macam-macam kepadanya.

Banyak rahasia yang permaisuri simpan untuk dirinya sendiri, namun ini demi keamanan dan taktik jitu mengalahkan musuh.

Baginya perang paling ampuh adalah dengan menyerang psikologis. Pengucilan, hinaan dan cacian. Semua itu yang membuat manusia semakin lemah.

"Apa yang harus saya lakukan ibu?"

Tanya Alactra, kini raut wajahnya sedikit getir. Ruangan itu menjadi hening dengan atmosfer berat. Suara jam berdetik menambahkan ketegangan antara anak dan ibu.

"Cukup lakukan yang terbaik, sisanya serahkan pada ibu."

"Ibu pastikan tahta itu hanya untukmu."

Rosetta melempar pisau kecil mengenai sebuah apel merah yang tampak segar. Kini tatapannya tajam, seakan siap menyingkirkan siapapun yang berani menghalangi tujuannya.

Dengan semua ini jalan masihlah sangat panjang bagi Cassian dan ibunya. Posisi yang tidak aman bahkan dalam istana yang merupakan haknya, juga tidak ada bantuan dari siapapun.

Hidup dan mati ada ditangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 5 : Tambang

    "Ibu pastikan tahta itu hanya untukmu." Rosetta melempar pisau kecil mengenai sebuah apel merah yang tampak segar. Kini tatapannya tajam, seakan siap menyingkirkan siapapun yang berani menghalangi tujuannya. Dengan semua ini jalan masihlah sangat panjang bagi Cassian dan ibunya. Posisi yang tidak aman bahkan dalam istana yang merupakan haknya, juga tidak ada bantuan dari siapapun. Hidup dan mati ada ditangannya. Alactra tak berucap apapun setelah itu, pandangannya nampak kosong sekakan tak terbesit sesuatu apapun dalam pikirannya. Ia hanya memberikan hormat kepada sang ibu lalu meninggalkan ruangan itu, menapak lantai dan kembali menuju kediamannya. *** Paviliun putra mahkota Alactra Derek Magnus Alactra sedang termenung dalam duduknya, dengan menghadap jendela. Ia sibuk namun juga tak fokus berbincan dengan sang penasehat. Dokan Laryn Dokan Laryn sendiri merupakan seorang sarjana muda yang direkrut permaisuri untuk membimbing putra tertuanya. Ia merupakan lulusan t

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 4 : Sudah Kembali

    Aku mendekatkan langkah ku mengitari satu sama lain dari mereka, lalu kembali berucap. "Mungkin jika kalian mengajari aku dengan baik." "Aku bisa kembali mengajari para putra dan putri kalian." "Untuk mengingat ajaran ibu mereka." Wajah mereka menjadi gelap, tatapan tajam menghujaniku. "Arogan! Sungguh arogan!" "Cassian Leonce Magnus, banyak-banyaklah bercermin." Ucap Wilona seraya meraih semangkuk tehnya. "Aku akui kau punya keberanian yang besar, Cassian." "Tapi, permainan kami anggota keluarga kekaisaran tidak semudah yang kau kira." Dua orang pengawal datang menekan tubuhku hingga aku berlutut. KGH! Bersamaan dengan itu aku merasakan sensasi aneh seperti ratusan jarum menusuk jantungku. Aku mengatupkan rahangku karena rasa sakit yang luar biasa. Tanganku mengepal menahan rasa perih dan harga diri yang mereka coba injak-injak. Mereka benar-benar tidak pandang bulu untuk menginjak seseorang! Aku masihlah putra kaisar! Beraninya kalian memperlakukan pangeran yang resmi

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 3 : Pesta Teh

    Lanjut pemuda itu melangkahkan kaki kebagian sisi rak."Apa kau tau kenapa racun itu dijuluki racun ular perak?"Aku menggelengkan kepalaku pelan."Racun itu bisa menciptakan katalisator darah atau blood magic, membuka segel garis keturunan tertentu dan mengaktifkan sihir kuno."Aku melebarkan mataku.Apa benar hal seperti itu ada?Jangan-jangan aku kembali ke masa lalu juga karena racun ular perak?Pemuda itu meraih rak paling atas, terdapat ramuan berwarna biru tua. Baunya sedikit menyengat, campuran antara bunga mawar dan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.Ia menyodorkan ramuan itu ke meja."Ini dia penangkal racun yang kau cari."Pemuda ini tidak mempermainkanku kan?Apa dia benar-benar bisa dipercaya?Tidak, lebih dari itu apa aku masih punya waktu untuk pilih-pilih?Pada akhirnya aku harus mengambil resiko."Berapa?""Gratis."Aku menaikkan alisku.Gratis?Kenapa?"Kenapa?""Yah, soalnya.""Akan merepotkan aku mengambil uang jika nanti hasilnya ada seseorang yang akan mati."Di

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 2 : Memasuki Instana

    CLANG. "Lindungi pangeran dan tangkap para pembunuh!" Pasukan kerajaan? Kepalaku mulai berputar akibat terbentur dinding. Pandanganku menjadi samar bagai kabut. Kesadaranku hilang seketika. Samar-samar, suara bergemuruh mengerubungiku. Namun aku tidak kuasa menjawab suara-suara itu. "Cassian!" Teriakan ibuku terdengar menggema bagai tetesan embun memanggil namaku, namun aku tak bisa menjawab ataupun membuka mataku. Pintu gerbang dibuka, pintu yang selama ini menjadi tanda perbatasan antara Istana dan daerah luar. Pintu itu terbuat dari baja berlapis yang tampak kokoh dan kuat. Berukir motif simetris dan nampak klasik. Suara salah seorang penjaga menggema dengan lantang. "YANG MULIA KAISAR TELAH TIBA...!" Sebuah kereta kuda megah berlapis perak dan emas, ukurannya lebih besar dari milik bangsawan biasa. Sebuah tirai sutra berwarna merah tua tersingkap. Tandu itu memiliki atribut khusus disetiap sudutnya, sehingga bagi siapa saja yang melihatnya akan tau dengan jelas bahwa itu

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 1 : Aku Kembali?

    Rasa sakit yang luar biasa merambat ke dalam tubuhku. Ini adalah racun ular perak—racun yang orang-orang bilang sangat langka bahkan hampir mustahil untuk ditemukan. Yang menjadi ironi adalah seluruh anggota istana mengetahui dengan pasti bahwa ini adalah rencana permaisuri. Wanita licik itu tidak menyerah dalam misinya menyingkirkanku sejak dulu. Ia berdiri dengan senyum miring. Para pelayan yang betugas pun diam saja saat orang suruhan wanita berambut ungu gelap itu kerap mondar-mandir dengan gerak-gerik mencurigakan. Tak ada satupun yang melapor ataupun menghentikan. "Cassian! Jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan ibumu yang hanya seorang pelayan!" ungkap wanita itu membentangkan kedua lengannya bagai selebrasi atas sebuah kemenangan. Kalimat yang keluar dari kedua bibir bengisnya selalu mendarat tajam tanpa belas kasihan. Sosok itu mengenakan gaun beludru ungu tua, warnanya pekat dan berwibawa. Lengan bajunya panjang melebar, ujungnya disulam benang emas membentuk pola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status