Share

Bab 5

Auteur: Siti_Rohmah21
last update Dernière mise à jour: 2023-03-31 22:22:10

Setelah dibukakan pintunya lebar-lebar. Kulihat Keyla datang tapi bersama suaminya, Firman. Pasti ia sengaja membuntuti istrinya karena disuruh oleh Mas Haviz.

Aku melayangkan senyuman miring, rasa tidak menyukai kedatangan Firman pun aku tonjolkan.

"Kenapa sih suamimu ngintil terus? Takut kehilangan kamu atau nggak percaya?" Aku sengaja memberikan pertanyaan ini padanya. Mata mereka saling beradu pandang, lalu mengeluarkan senyuman mengembang.

"Kami nggak disuruh duduk? Cuma disuruh masuk aja nih?" Sepertinya Firman sengaja mengalihkan.

Tenyata Mas Haviz sudah mewanti-wanti pada Firman. Ini justru membuatku semakin curiga. Apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Keyla? Kenapa harus dicegah kalau memang bukan hal yang biasa?

Aku mulai memikirkan ide, agar kedatangan Keyla tidak sia-sia. Sepertinya ia memang ingin mengatakan sesuatu. Namun, dihalangi suaminya, Firman. Caranya juga halus, dengan terus membuntuti Keyla. Jadi rumah tangga mereka pun tetap rukun tanpa harus ikut campur.

Firman ada benarnya. Namun, jika menutupi kebohongan bagaimana? Jika rahasia itu merugikanku, justru Firman salah menutupi ini semua.

Setelah berpikir cukup lama, Mbok Susi juga sudah melakukan tugasnya menyediakan minuman, di saat itulah ide terlintas. Kenapa aku tidak berikan obat tidur dalam minuman Firman?

"Sebentar ya, aku punya es sirup loh, kalian mau?" Aku coba menawarkan minuman yang lebih segar.

"Wah kebetulan, tadi mau pesan jangan teh hangat, tapi Mbok sudah keluar dari dapur duluan," tutur Firman.

"Aku nggak usah, Ra. Kemarin habis radang, jadi khawatir kambuh kalau minum es," susul Keyla. Kebetulan sekali, aku jadi tidak perlu repot-repot membedakan minuman mereka kalau Keyla sudah menolaknya.

"Oh baiklah, Key. Aku ambil dulu ya untuk Firman," ucapku sambil beranjak pergi.

Aku mencari obat tidur yang biasanya kusimpan di kotak p3k. Masih ada stok, dan langsung kularutkan ke dalam minumannya. Ya, beruntungnya Mas Haviz kadang insomnia, jadi ia punya stok obat tidur agar bisa istirahat lebih cepat.

Jangan heran dengan marahnya orang sabar, ia tidak marah disertai emosi, tapi dengan akal sehat dan berpikir jernih.

Setelah selesai membuatkan minuman untuk Firman. Aku kembali menyuguhkan minuman yang telah bercampur obat tidur kepada Firman.

"Minumannya sudah jadi," ucapku sambil meletakkan di atas meja. Firman langsung menyambar gelas tersebut. Lalu menenggak minuman yang telah kucampur itu.

Dalam hitungan menit, Firman ngantuk seketika. Beberapa kali telapak tangannya menutupi rongga mulutnya seraya tak tahan dengan rasa kantuk.

"Kamu nguap terus, Mas. Ngantuk?" tanya Keyla.

Firman hanya mengangguk, selang beberapa menit Keyla bertanya, ia sudah bersandar di sofa. Kemudian, terdengar suara dengkurannya.

Aku tersenyum menyoroti Keyla. Sedangkan Keyla yang tidak tahu itu ulahku pun mengernyitkan dahi ketika melihat aku tersenyum mengembang.

"Aku sudah duga, pasti ini perbuatanmu, ya kan, Ra?" tanya Keyla. Aku pun mengangkat alis disertai senyuman.

"Jadi, kamu bisa cerita padaku sekarang. Sebenarnya apa yang ingin kamu ceritakan, Keyla?" cecarku membuat Keyla menghela napas panjang.

Keyla terdiam lalu ia melirik ke arah suaminya.

"Suamimu, Ra."

"Iya, kenapa?" cecarku sungguh penasaran.

Kemudian, ia mengeluarkan ponsel dari tasnya. Lalu memberikan aku sebuah foto.

"Anggi. Foto itu adalah Anggi. Si anak kecil yang menyapa Mas Haviz dengan sebutan Ayah," celetukku sambil menyorot wajah Keyla.

"Kamu pernah ketemu?" tanya Keyla balik.

"Iya, aku ketemu bocah ini di mall," jawabku. "Memang siapa anak ini?" tanyaku menyelidik.

Tiba-tiba ada suara mobil terparkir di halaman rumah. Aku melirik ke luar, ternyata mertuaku yang datang. Astaga, ada saja yang menggagalkan rencanaku.

"Nanti cerita lagi ya, sekarang ada mertuaku datang," usulku pada Keyla.

"Nggak bisa, aku tuh sore ini mau berangkat ke Semarang, nunggu mertuamu pulang kayaknya lama, aku mau bawa pulang Mas Firman saja, biar dia pulang dalam keadaan tidur," tutur Keyla.

"Yah, nanti cerita di telepon ya," pintaku sambil tersenyum. Namun, Keyla menggelengkan kepalanya.

"Kamu ke jl. Mahoni nomor 15 saja, Ra. Lihat sendiri nanti di sana," jawab Keyla.

Aku terkejut dan mengingat sesuatu, nomor lima belas, seperti kode jari yang diberikan oleh Anggi, si bocah yang bertemu di taman.

Kemudian, mama mertuaku masuk, dan membawa banyak belanjaan ke rumah. Aku pun membantunya sambil meneriaki Mbok Susi.

"Eh, ada tamu," sapa mama pada Keyla. Ia pun menyodorkan tangannya dan mengecup punggung tangan mamaku.

"Tante baru datang?" tanya Keyla.

"Iya, disuruh Haviz tadi ke sini katanya suruh masak enak," jawabnya. Mau ada acara apa hingga mama mertuaku harus masak enak? Keyla hanya mengangguk dan tersenyum pada mama.

"Loh, Mas Haviz nggak bilang aku, Mah?" tanyaku.

"Sudahlah, Mama juga nggak ngerti. Mama ke dapur ya," ucapnya sambil melangkahkan kakinya.

Kemudian, Keyla pamit setelah berhasil membangunkan Firman dengan menyipratkan air ke wajah suaminya. Firman terperanjat dan kaget ketika ada air yang membuat mukanya basah.

"Ciyat, ciyat, bukan gue, Viz yang ngadu ke Ara!" teriak Firman sambil seperti orang bertarung, dan disertai mata yang masih terpejam. Lalu ia mulai membuka matanya, dan ketika melihatku, ia pun terkejut.

Akhirnya keceplosan juga kan meskipun bisa disanggah kebawa mimpi. Pasti ia sangat salah tingkah jika aku tanya mimpi apa barusan yang menyebutkan nama aku dan Mas Haviz secara tidak sadar.

Bersambung

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
nah bnr tuh Ara mngkin suamimu di rmh Anggi ank yg memanggil suamimu ayah
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 25

    Tiba-tiba team medis yang menangani Mas Haviz keluar. Dokter menghampiri kami semua."Dok, bagaimana suami saya?" Mata Anggi mendadak menyorotku ketika aku menyebut ayahnya adalah suamiku."Alhamdulilah, operasi berjalan lancar, setelah observasi enam jam, pasien akan masuk ke ruangan rawat inap," jawab dokter seketika membuatku dan keluarga bernapas lega."Terima kasih, Dok," ucapku sambil memeluk Anggi.Lalu Dhea menghampiri, ia ikut mendekatiku dan Anggi. "Anggi, wanita ini mengaku-ngaku istri ayahmu loh, kuburan ibumu masih basah," celetuk Dhea."Kan Tante Ara memang akan jadi mamaku," sahut Anggi.Kemudian, aku memutuskan tidak meladeninya. Namun, aku curiga ketika Dhea mendapatkan telepon masuk, ia menjauh dari kami. Akhirnya aku coba ikuti langkahnya.Dhea mengangkat telepon di balik pembatas dinding rumah sakit, aku coba menempelkan telinga ini untuk menguping pembicaraan."Makasih ya, Toni, sopir truk yang kamu kirim kerjanya bagus, tapi sayangnya orang yang kuincar tidak ter

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 24

    "Bu, ayo Bu kita ke rumah sakit! Kasihan anaknya khawatir ada luka dalam!" ajak salah satu petugas kepolisian yang melihatku berdiri tertegun menyorot Dhea."Iya, Pak." Aku menjawabnya sambil ikut masuk ke dalam ambulance yang sudah ada Mas Haviz terbaring lemah.Wajah Mas Haviz keluar darah segar, sepertinya ada benturan di bagian rahang pipinya. Tangan dan kaki sebelah kanan masih utuh tapi tidak tahu kondisi dalamnya seperti apa, sebab posisi Mas Haviz terjepit pintu yang diserempet oleh truk."Tante, Ayah baik-baik saja, kan?" tanya Anggi. Aku terdiam, ia pasti trauma setelah kehilangan dua orang sekaligus dalam satu hari."Anggi doakan saja, ya. Semoga Ayah baik-baik saja." Aku mengelus-elus rambut bocah yang sedang memegang tangan ayahnya.Suara ambulance mengingatkanku pada peristiwa empat tahun silam. Dimana saat itu kondisiku sakit tak berdaya. Mas Haviz begitu panik ketika almarhumah mertua mengabarkan bahwa aku tidak mampu berjalan. Ia menghubungi ambulance khawatir Mas Hav

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 23

    "Ara ada di sini?" Mas Haviz bertanya dengan senyum semringah. Kemudian, Anggi diajak turun oleh Mas Haviz. Ketika Anggi turun, ia tidak seperti biasanya, menyergap lalu memelukku, yang dilakukan Anggi justru menunduk sambil berjalan ke arahku dengan wajah sendu.Perlahan langkahnya lama-lama mendekatiku. Kemudian ia menyodorkan tangannya yang memegang sekuntum bunga mawar merah."Loh, biasanya mawar putih, kenapa sekarang mawar merah?" tanya diiringi dengan senyum, namun Anggi tak juga menyunggingkan senyuman dari bibirnya."Tante, ini bunga terakhir untuk Tante, mawar berduri," celetuknya. Aku meraih bunga mawar yang ia berikan, setelah itu menatap wajah anak dari Mas Haviz dan istri sirinya, lalu menyorotnya sambil tersenyum, dan aku memeluknya erat.Responnya masih datar, ia tak kunjung menyunggingkan senyuman."Tante kenapa meluk aku? Bukankah Tante sudah tidak mau bertemu lagi dengan anak haram?" Astaga, anak ini dapat kata-kata itu dari mana?Aku tercengang mendengar penuturan

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 22

    "Tante, aku ingin tinggal dengan Tante Ara," lirihnya membuatku berkaca-kaca. Anak ini tidak paham siapa aku, jika ia tinggal bersamaku, sama saja aku menyiksa diri. Meskipun ia tidak salah apa-apa, tapi wajahnya mengingatkanku pada masa lalu."Anggi, Tante nggak bisa, maafin Tante, ya," ucapku padanya. Kemudian, aku masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Kudengar suara tangisannya, ada rasa tidak tega bersemayam di dalam dada. Namun, aku tidak ingin menjilat ludahku sendiri. Ya, aku pernah berjanji akan meninggalkan Mas Haviz, dan tidak mungkin aku menarik perkataanku itu hanya karena kasihan kepadanya.Satu-satunya cara adalah tidak menemui anak itu untuk sementara waktu, agar iba dan belas kasih tidak muncul dalam benakku.Mama mengetuk pintu, ia izin untuk masuk dan bicara denganku. Mama duduk di sebelahku."Sudah pulang, Mah?" tanyaku saat mama duduk. Ia mengangguk, lalu aku tersenyum agak sedih."Mama tahu perasaan kamu, pasti teringat perbuatan Haviz padamu," ujar mama.

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 21

    "Apa-apaan kamu, Dhea! Sudahlah jangan menambah kesedihan Mama!" sentak Bu Dwi pada anaknya."Mah, kenapa sih Mama pilih kasih? Sewaktu Maya masih hidup, ia meminta untuk jadi suaminya Haviz diizinkan, padahal mereka sudah sebar undangan," sungut Dhea menjadikan pernikahan Maya suatu alasan."Cukup Dhea, cukup!" Bu Dwi pun berlalu pergi ke kamarnya.Kemudian, aku dan mama hendak pamit, supaya tidak menambah masalah dan kesedihan Bu Dwi. Namun, Anggi mencegahku untuk pergi. Ia merengek agar aku tetap berada di sampingnya.Akhirnya aku putuskan untuk menunggu Anggi tidur siang, setelah itu barulah kami berdua kembali ke kampung. Sambil mengelus-elus rambut dan punggung Anggi, aku dan mama tiba-tiba kepikiran dengan berkas yang telah kumasukkan ke pengadilan agama."Bagaimana dengan berkas kamu? Apa mau dicabut?" tanya mama, aku hanya bisa terdiam. "Cabut saja ya," suruhnya lagi."Kita bicarakan ini nanti, Mah. Sekarang lebih baik kita bersiap-siap pulang ke kampung, kasihan Papa, mungk

  • Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall   Bab 20

    "Anggi, aku juga Tante kamu, kenalkan ya, aku Tante Dhea." Dia memperkenalkan diri pada Anggi. Jadi namanya Dhea, entah apa hubungannya dengan Maya."Aku nggak kenal sama Tante, kata Mama, jangan dekat-dekat orang yang tidak dikenal," ucap Anggi. Lalu ia pindah ke dekatku. Aku tersenyum tipis, lalu menggandeng tangan kecil Anggi ke depan. Ya, proses pemakaman akan segera dilaksanakan. Nanti aku akan menanyakan siapa wanita tadi setelah pemakaman selesai.Kami berangkat dengan hati pilu, gerombolan orang yang serempak mengenakan baju hitam pekat pun mulai mengiringi jalannya jenazah untuk masuk ke ambulance.Tangisan Bu Dwi pecah, ia seakan tidak sanggup mengantarkan jenazah Maya. Namun, mamaku berusaha menguatkannya.Mobil beriringan menuju pemakaman yang katanya berjarak sekitar 7 kilo meter. "Yah, wanita tadi itu siapa ya, Yah? Yang mengaku Tante," tanya Anggi dengan polosnya. Mas Haviz yang menyupir mobil pun menoleh sedikit ke arahku seraya mempertanyakan padaku."Iya, Mas. Tadi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status