โPak.โ Albert menatap Evan yang diam menatap ke seseorang yang dilihat.Evan membuang napas kasar melalui mulut, sebelum akhirnya memilih melangkah, menghampiri Margaret yang sudah ada di perusahaan itu. Evan tidak menyangka kalau sang mama akan menyusulnya ke sana, tentu saja Evan bisa menebak maksud kedatangan wanita itu, untuk marah kepadanya.Margaret menatap tidak senang ke arah Evan, tentu saja dia ke sana bukan hanya sekadar untuk berkunjung.โMa.โ Evan langsung menyapa sang mama, bahkan hendak memeluk wanita itu.Namun, bukannya menyambut baik uluran tangan Evan, Margaret langsung melayangkan tamparan ke pipi Evan. Tentu saja hal itu membuat Albert, juga beberapa staf terkejut dan panik dengan yang dilakukan Margaret.Evan memalingkan wajah, terasa panas saat mendapat tamparan itu dari sang mama. Meski keduanya beberapa waktu ini sering bersitegang karena perbedaan pendapat, tapi tidak pernah sekali pun menampar dirinya. Dia pun berusaha untuk tenang, lantas menatap Margaret y
Evan membawa Margaret ke rumah sakit karena terkena serangan jantung. Sang mama langsung dibawa ke IGD dan mendapat penanganan di sana.โAl, hubungi Papa dan katakan kalau Mama terkena serangan jantung di sini,โ perintah Evan ke Albert.Albert mengangguk, lantas keluar dari IGD untuk menghubungi Edward. Evan sendiri menghubungi Max untuk agar menyusul ke IGD.โHalo, Max.โ Evan bicara sambil memijat kening.โKamu sudah selesai dengan pekerjaanmu? Dharu sejak tadi menanyakanmu,โ ucap Max dari seberang panggilan.Evan semakin pusing, hingga kemudian membalas, โBisakah kamu ke IGD, aku di sini karena Mama datang dan terkena serangan jantung.โโApa?โDi kamar inap Dharu, Max sangat terkejut mendengar ucapan Evan, tentu saja hal itu membuat Renata langsung menatap ke Max.โBaiklah, aku akan segera ke sana,โ kata Max kemudian.โMax, jangan beritahu Renata dulu jika mamaku di sini,โ ucap Evan dari seberang panggilan.Max paham akan maksud Evan, hingga berkata agar Evan tenang saja. Panggilan
โApa benar kalau kamu sebenarnya sudah memiliki anak karena menghamili wanita yang tidak kamu kenal?โPertanyaan itu terlontar saat Edward baru datang dan duduk bersama Evan.Edward sampai di sana setelah menempuh perjalanan beberapa jam menggunakan mobil bersama sopirnya. Dia ingin naik pesawat tapi tidak ada penerbangan di jam itu, membuat Edward memutuskan untuk menggunakan mobil.Selama menunggu Edward datang, Evan memilih hanya diam saat menjaga Margaret karena tidak ingin memicu perdebatan di antara keduanya. Kini Evan harus menghadapi Edward sebab sang ayah yang tahu akan masalah itu, sebab sang mama langsung mengadu.โYa,โ jawab Evan tegas.Edward menghela napas kasar, lantas menoleh dan melihat Margaret yang masih membuang muka dan tidak mau menatap Evan.โKenapa kamu tidak pernah menceritakan masalah ini ke kami? Bagaimana bisa kamu yang selalu kami banggakan karena bersikap baik, bisa-bisanya menghamili seorang wanita?โ tanya Edward lagi yang ingin meminta penjelasan dari E
Evan sedang bercanda dengan Dharu dan Dhira. Renata mengamati sambil mengupas buah untuk ketiganya. Dia senang, di saat mental Dharu dipertaruhkan, ada Evan yang mendukung, menyemangati, serta menjaga mental Dharu agar lebih berani, dan meyakinkan jika semua akan baik-baik saja.โBuah.โ Renata menyodorkan piring berisi potongan buah ke Evan.Evan mengulas senyum mendapat tawaran itu, lantas mengambil potongan buah dari piring, bukan untuk dimakan sendiri, tapi untuk disuapkan ke Dhira dan Dharu.โDharu di rumah sakit sampai kapan?โ tanya Dhira dengan mulut penuh buah.โSampai Dharu benar-benar sembuh,โ jawab Renata.Dhira terlihat berpikir, bahkan sampai menghitung dengan jari.โMasih lama, ya?โ tanya Dhira lagi.โNanti kalau Dhira bosan di rumah sakit, papa akan ajak keluar atau tidur di rumah,โ ujar Evan.Dhira melebarkan senyum, bahkan sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya. Dia senang karena Evan paham dan tahu maksud ucapannya.Renata mengambil sepotong apel, lantas menyodor
Sesaat sebelumya."Katakan, apa yang akan dilakukan Evan?" tanya Margaret penasaran."Kondisi Tante sedang kurang baik, nanti saja aku ceritakan. Maaf kalau sudah membuat Tante cemas," ucap Keysha menarik ulur."Katakan saja, Key. Tidak usah ada yang disembunyikan." Margaret tidak sabaran karena penasaran.Keysha terlihat berpikir, hingga akhirnya bercerita."Gini, Tan. Sebenarnya waktu itu aku membuntuti Evan pergi ke rumah sakit ini. Aku dengar kalau Evan akan mendonorkan sumsum tulang belakang untuk anak wanita itu," ujar Keysha akhirnya menjelaskan."Apa?" Margaret sangat terkejut."Entahlah, Tan. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Evan, padahal dia seharusnya tahu, kalau melakukan transplantasi itu, akan berdampak pada kesehatannya," ujar Keysha sambil menunjukkan rasa simpatinya.Margaret semakin syok dan tidak terima. Dia semakin yakin kalau Renata hanya memanfaatkannya saja. "Tidak bisa, aku tidak bisa diam dan membiarkan Evan melakukan itu." Margaret emosi dan men
โAp-apa yang kamu katakan?โ Margaret begitu syok mendengar ucapan Evan.โAda mental anak-anak yang perlu dijaga di sini, Ma. Jadi kumohon, pergi dari sini!โ Evan mengusir Margaret demi menjaga mental Dhira dan Dharu, terutama Dhira yang memang sangat labil.Dhira masih menangis sesenggukan, Renata memeluk dan ikut merasakan betapa sakitnya perasaan sang putri yang menangis sampai seperti itu.Edward menarik paksa Margaret agar mau keluar. Jika Evan sudah berkata demikian, berarti putranya itu sudah benar-benar tidak bisa bersabar menghadapi segala ucapan Margaret.Keysha menatap Evan yang kini berjongkok dan ingin menenangkan Dhira, hingga kemudian memilih untuk pergi menyusul Margaret dan Edward.โDhira, maafin mamanya papa, ya.โ Evan mencoba membujuk agar Dhira tidak terus marah dan menyimpan dendam.โNenek itu jahat. Dia marahin Mama terus.โ Dhira bicara dengan sesekali sesenggukan.Renata masih memeluk Dhira, lantas menatap Evan yang tulus menenangkan Dhira, sebab pria itu juga ti
โBiar aku bantu.โ Evan mengambil alih kompres yang dipegang Renata.Renata meminta ke perawat untuk mengompres pipi yang lebam, hingga Evan yang baru saja menidurkan Dhira, menghampiri dan mengambil alih kompres itu.Renata menatap Evan yang mulai mengompres pipinya, hingga tanpa sadar memuji wajah tampan pria itu, sebelum akhirnya sadar dan mengalihkan pandangan.โDhira sepertinya lelah karena terus menangis, sedangkan Dharu tampak pucat karena mungkin tertekan. Mereka sekarang tidur semua,โ ucap Evan sambil mengompres pipi Renata.Renata mengembuskan napas kasar mengingat kejadian tadi.โAku tidak menyangka kalau ini semua akan terjadi. Dhira emosinya labil, dia akan langsung marah jika merasa terancam atau tersakiti, beda dengan Dharu yang diam dan berpikir sebelum bertindak,โ ujar Renata.Evan menghentikan gerakan tangan, lantas menatap Renata yang tampak sedih.โMaaf, karenaku kamu dan anak-anak harus menghadapi situasi seperti tadi,โ ucap Evan menyesal.Renata mengulas senyum ti
โKenapa Papa ke sini? Bagaimana dengan Mama?โ Evan keheranan saat melihat sang papa datang ke kamar inap Dharu, kemudian mengajak Evan berbincang di luar. โBiarkan saja mamamu, biarkan dia berpikir sendiri,โ ucap Edward santai. Pria itu membeli dua cup kopi untuknya dan Evan, duduk berdua sambil merasakan embusan angin malam yang lembab dan dingin. Evan meminum kopi pemberian sang papa. Masih panas dan bisa sedikit membuat tubuhnya hangat. โMama masih marah?โ tanya Evan kemudian. โMasih, tapi biarkan saja. Dia bukan anak kecil lagi, seharusnya dia bisa berpikir dengan jernih saat tenang, bukan terus menuruti egonya saja,โ jawab Edward. Evan menoleh sang ayah, tersenyum dan senang karena sang papa mendukung keputusannya, padahal selama ini sang papa bersikap seolah tidak peduli kepadanya, tapi ternyata itu tidak benar. Edward tanpa sengaja menoleh Evan, hingga melihat putranya itu sedang memandang dirinya. โKenapa menatapku seperti itu?โ tanya Edward merasa aneh dengan tatapan
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kasih melahirkan dengan cara cesar. Kini Kasih sudah dipindah ke ruang inap, tapi bayinya masih dalam pemantauan dokter di ruangan khusus perawatan bayi. โSyukurlah semua berjalan dengan lancar,โ ucap Liliana penuh kelegaan melihat Kasih baik-baik saja. โKita akhirnya punya cucu.โ Jefrine merangkul istrinya, terlihat tatapan penuh kebahagiaan di mata pria itu. Dean melihat tatapan berbeda dari sang papa ke sang mama. Tatapan yang dianggapnya sudah lenyap sejak bertahun-tahun lamanya. โKamu sudah menghubungi ibunya Kasih?โ tanya Liliana yang ingat ke besannya itu. โSudah, Ma. Ibu bilang akan datang secepatnya naik kereta, jadi butuh waktu ke sini,โ jawab Dean. โIya ga papa, terpenting kamu sudah mengabarinya,โ ujar Liliana. Renata dan Evan senang melihat kebahagiaan Dean. Akhirnya bisa melihat pria itu bisa tersenyum penuh kelegaan dan bahagia. โKami pulang dulu, kalau nanti Kak Kasih bangun dan tanya, katakan kami akan datang besok,โ ujar R
โBenarkah? Ini berita yang sangat bagus.โRenata begitu senang mendengar Kasih dan Dean akhirnya berbaikan dengan Jefrine.Malam itu Kasih dan Dean mengajak makan malam Evan juga Renata, tentu saja untuk merayakan kebahagiaan keduanya yang kini sudah berbaikan dengan orang tua Dean.โYa, kami pun tak menyangka. Kupikir bertemu dengan Papa akan membuat kami kembali bertengkar hebat. Namun, siapa sangka jika kemarin malam adalah malam yang benar-benar di luar dugaanku,โ ujar Dean menjelaskan.Renata paham maksud Dean, hingga kemudian membalas, โTerkadang kita terlalu takut akan pemikiran kita sendiri. Kita merasa jika orang yang membenci kita, benar-benar akan terus membenci kita selamanya. Tapi siapa sangka jika ketakutan itu tidak benar, nyatanya papamu mau meminta maaf dulu.โโBenar, sama seperti Mama saat dulu tak suka Renata. Tiba-tiba saja datang dan meminta maaf, lalu menerima hubungan kami. Bukankah terkadang kita yang terlalu takut untuk memperbaiki kesalahan, hingga menunggu o
Dean dan yang lain terkejut saat melihat siapa yang kini berdiri memandang mereka, bahkan Liliana langsung berdiri karena panik.Dean langsung memalingkan wajah, seolah tak sudi melihat pria yang kini berdiri memandang dirinya.Kasih sendiri mengalihkan pandangan ke Dean, melihat suaminya yang terlihat tidak senang dan tidak nyaman.โKamu sudah pulang. Kupikir kamu akan pulang minggu depan,โ ujar Liliana dengan wajah panik.Jefrineโayah Dean, menatap istrinya yang sudah berdiri dengan sikap kebingungan.โMumpung kamu di sini, ada yang ingin kubicarakan denganmu,โ ujar Jefrine sambil menatap Dean.Kasih langsung memandang suaminya, terlihat jelas jika Dean benar-benar tertekan.Jefrine menunggu Dean bicara, hingga sekilas melirik ke Kasih.โHanya sebentar,โ ucap pria itu kemudian.Dean menghela napas kasar, hingga akhirnya berdiri lantas memandang ke arah Jefrine.โAku juga merasa perlu menyelesaikan sesuatu denganmu,โ ucap Dean yang tak mau bersikap sopan ke pria yang dianggapnya buru
Dean akhirnya setuju pergi makan malam ke rumah orang tuanya. Dia dan Kasih kini berada di mobil menuju rumah Liliana.Kasih menoleh Dean, melihat suaminya terlihat serius menyetir. Sebelumnya Dean tidak memberi keputusan apakah mau datang makan malam di rumah orang tuanya, tapi tiba-tiba saja sore ini Dean meminta Kasih bersiap.โDe, kamu tidak apa-apa, kan? Kalau memang masih tidak bisa, kita tidak usah datang. Mama juga pasti maklum kalau dijelaskan,โ ujar Kasih yang tidak tega memaksa suaminya pulang.Kasih tahu bagaimana suaminya itu berjuang melawan sang papa. Dia sendiri tidak pernah menyalahkan sikap Dean yang membenci ayahnya, semua tak terlepas dari perbuatan ayah Dean di masa lalu, yang membuat Dean memilih membenci sang ayah.Deon menoleh Kasih, melihat istrinya itu terlihat cemas.โAku tidak apa-apa. Sejak kita menikah, aku juga belum pernah melihat Mama. Ya, aku sadar jika membenci Papa, tapi Mama tidak salah sama sekali, jadi kupikir tidak ada salahnya berkunjung, selam
โKamu benar-benar tidak apa, kan? Bagaimana calon bayi kita? Dia tidak kaget, kan?โDean sangat mencemaskan kondisi Kasih. Bahkan kembali memastikan saat sudah sampai apartemen.โAku baik-baik saja, De. Serius.โ Kasih mencoba meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.Dean memandang Kasih. Dia sedih karena sang istri mendapat perlakukan tidak baik berulang kali.โApa kita pindah saja. Kita ke tempat Ibu saja,โ ujar Dean. Dia tidak bisa terus menerus panik karena istrinya beberapa kali hampir celaka.Kasih terkejut mendengar ucapan Dean. Jarak rumah ibu Kasih dan kota tempat mereka tinggal cukup jauh. Kasih tidak tega jika Dean harus bolak-balik menempuh jarak yang jauh.โTidak apa, De. Aku janji akan hati-hati lagi. Lagian aku kalau pergi pasti bersama Renata, jadi ada yang melindungiku. Tadi saja memang mengalami kejadian tak terduga, tapi serius aku baik-baik saja,โ balas Kasih mencoba meyakinkan.Dean menatap sendu. Dia sibuk bekerja sampai tidak bisa menemani istrinya pergi atau seka
Dean berjalan cepat menuju ke ruang guru begitu sampai di sekolah Dhira dan Dharu. Renata memang menghubungi Dean, agar pria itu bisa melindungi Kasih, serta tahu apa yang dilakukan Kanaya ke Kasih.Dean masuk ke ruang guru, lantas secepat kilat menghampiri Kasih yang duduk dengan ekspresi wajah terkejut menatapnya.โKamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?โ tanya Dean yang sangat panik. Dia mengecek tubuh sang istri apakah ada luka.โAku baik-baik saja, De.โ Kasih mencoba menenangkan istrinya.Kanaya terkejut melihat Dean di sana. Dia tidak pernah tahu jika Dean menikah dengan Kasih, karena pernikahan keduanya dilakukan secara tertutup dan hanya orang tertentu saja yang diundang.Renata melihat wajah panik Kanaya, lantas memberi isyarat ke Dean untuk menoleh ke pelaku yang mencoba menabrak Kasih.Dean menoleh ke Kanaya, tatapan tidak senang tersirat jelas dari sorot mata pria itu saat melihat Kanaya.Hingga beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke ruang guru, membuat semua ora
Renata benar-benar geram melihat siapa yang keluar dari mobil. Sungguh tak paham dengan pemikiran seperti manusia itu.โMatamu sudah buta, hah! Ini lingkungan sekolah, bukan area balapan yang bisa kamu jadikan tempat ajang ugal-ugalan!โRenata mengamuk, membuat banyak orang akhirnya kini memperhatikan dirinya.Kasih mendekat lantas mencoba menarik Renata agar tidak terlibat masalah.โSudah, Re. Aku juga baik-baik saja, tidak apa.โ Kasih mencoba menjauhkan Renata.โTidak bisa, Kak. Dia sengaja melakukannya!โ Renata tetap saja tidak terima.Kanaya tersenyum miring melihat Renata marah, lantas melirik ke Kasih yang mencoba mengajak pergi Renata.โTolong! Apa anaknya sekolah di sini? Apakah begini adab di dalam sekolah!โ Renata berteriak keras, meminta pendapat para orang tua di sana.โJika manusia seperti ini, berkeliaran dan ugal-ugalan di area sekolah, kemudian menabrak salah satu dari anak kalian, apa kalian akan terima?โ Renata menatap satu persatu orang tua yang ada di sana.Para or
โMaaf ya, Re. Aku sekarang jadi sering merepotkanmu.โ Kasih menatap tak enak hati karena terus meminta bantuan Renata untuk menemaninya.โTidak apa. Seperti kayak siapa saja. Dulu aku sering sekali merepotkan Kakak, sekarang anggap saja aku sedang membalasnya,โ balas Renata tidak masalah jika sering menemani Kasih.Kasih terharu mendengar balasan Renata, lantas merangkul tangan ibu tiga anak itu untuk jalan.โKamu tidak dimarahi Bibi karena sering meninggalkan Aldric, kan?โ tanya Kasih sambil berjalan.Kasih ingin jalan-jalan karena bosan di apartemen, tapi tidak berani pergi sendiri, sehingga mengajak Renata.โBukan marah, yang ada Mama malah senang karena Aldric aku tinggalkan sama Mama. Katanya kalau aku di rumah, Aldric akan banyak bersamaku,โ jawab Renata diakhiri tawa kecil.Kasih ikut tertawa mendengar jawaban Renata.โOh ya, tapi nanti siang aku jemput anak-anak sekalian ga apa-apa, kan?โ tanya Renata kemudian.โTentu saja, aku malah senang bisa ikut menjemput mereka,โ balas K
โTampaknya Kasih hanya dekat denganmu di sini.โ Renata menoleh ketika mendengar Margaret bicara. Dia melihat mertuanya itu berjalan masuk kamar menghampiri dirinya. โIya, Ma. Karena kata Evan, Kak Kasih memang tidak memiliki teman di sini,โ ujar Renata menjelaskan. Renata sedang menyusui Aldric, lantas menatap Margaret yang duduk di tepian ranjang memperhatikan dirinya. โHm โฆ ya, Mama jadi ingat saat pertama kali melihatnya. Dia pendiam bahkan mama lihat tidak pernah bergaul dengan mahasiswa lain,โ ujar Margaret karena memang dulu pernah menyelidiki siapa Kasih, sebab Evan berkata menyukainya. Margaret tiba-tiba menatap Renata dengan cepat, hingga kemudian kembali berkata, โKamu jangan salah paham. Mama bicara begini bukan apa-apa, hanya ingin bicara sesuatu yang mama tahu.โ Renata tertawa kecil melihat mertuanya salah tingkah. Dia pun kemudian membalas, โTenang saja, Ma. Baik aku atau Evan, sama-sama sudah menganggap itu masa lalu. Lagi pula hubungan kami baik, jadi Mama jangan