Share

3. Tawaran Besar

Saat mengintip dari jendela, Kara mendapati seorang perempuan seumuran ibunya. Penampilannya rapi dan berkharisma. Samar-samar, Kara dapat melihat kerlip mutiara pada bros di dada kirinya. 

Di belakang wanita itu, dua orang pengawal berdiri tegap. Raut mereka tegas dan penuh waspada, tidak tampak membahayakan tetapi tetap mencurigakan. Meski demikian, Kara memberanikan diri untuk menemui tamunya.

 “Selamat malam, Nona Martin. Saya Vivian Bell dari Savior Group. Apakah Anda keberatan meluangkan waktu untuk berbincang?”

Kara berkedip bimbang. Tangannya enggan melepas gagang pintu.

Mengamati keraguan gadis itu, Vivian pun menyodorkan kartu nama. Begitu memeriksanya, Kara tersentak.

“Dia seorang komisaris? Untuk apa orang berpangkat sebesar ini menemuiku? Dan bukankah Savior Group adalah perusahaan terkenal di kota tetangga? Apakah mereka ini penipu?”

“Saya sebetulnya berencana untuk menemui Anda besok siang. Sayangnya, saya harus kembali ke L City malam ini.”

Menimbang tutur bicara yang sangat tertata dan pembawaannya yang tenang, Kara akhirnya mempersilakan. Kalaupun wanita itu memang penipu, tidak ada banyak yang bisa diambilnya. Rekening Kara sekarat.

Saat memasuki ruang tamu, Vivian melihat sekilas kondisi sekitar. Ia tidak tampak terganggu dengan ukuran ruang yang sempit ataupun perabotan yang serba sederhana. Tidak ada kesan menyindir ataupun menyudutkan. Hanya sekadar melihat, tersenyum kepada anak-anak, lalu memulai percakapan.

"Savior Group sedang mencari sekretaris terbaik. Anda mungkin heran mengapa saya sampai turun tangan. Tapi, CEO kami sangat pemilih. Selama tiga tahun terakhir saja, dia sudah mengganti sekretarisnya sebanyak 50 kali."

"Lima puluh kali?" Kara terbelalak. 

"CEO itu pasti sangat menyebalkan. Sekretarisnya tidak bisa bertahan lebih dari satu bulan," celetuk Louis tanpa mengalihkan pandangan dari rubik. 

Mendengar komentar cerdas dari anak jenius itu, Vivian tersenyum. Ia tampak tertarik pada Louis. Sayangnya, ia tidak punya banyak waktu untuk basa-basi. 

"CEO kami itu perfeksionis. Dia membenci kesalahan dan tidak segan-segan memecat karyawan. Karena itu, kami membutuhkan sekretaris profesional yang sempurna untuknya."

Mata Kara bergerak ke sana kemari. Kesimpulan dalam benaknya terlalu sulit dipercaya. "Apakah Anda menawari saya pekerjaan tersebut?"

"Benar, Nona. Beberapa minggu ini, kami sudah melakukan banyak investigasi. Kami berhenti setelah menemukan resume Anda."

"Tapi, saya belum pernah menjadi sekretaris. Sebelumnya, saya bekerja di bidang pemasaran. Titel sarjana saya pun rendah, bukan magister ataupun doktoral. Apakah mungkin saya orang yang kalian cari?"

Vivian tidak mengubah ekspresi. Bibir kecilnya tetap melengkung pada sudut yang sempurna.  "Anda berhasil menduduki jabatan manajer hanya dalam waktu satu tahun sepuluh bulan setelah magang. Miller Corporation tidak sembarangan menilai karyawan, bukan?"

Sedetik kemudian, Vivian meletakkan secarik kertas di atas meja. "Ini kompensasi yang kami tawarkan pada minggu pertama kalau Anda bersedia."

Kara dan si Kembar kompak mengulurkan kepala. Begitu melihat angkanya, Kara tertegun. 

"Itu cukup untuk biaya hidup sebulan!"

Tiba-tiba, Vivian meletakkan kertas lain.

"Ini kompensasi kalau Anda bisa bertahan lebih dari satu bulan."

Mata Kara semakin lebar. "Itu cukup untuk biaya sekolah anak-anak!"

"Dan kalau Anda bisa bertahan selama tiga bulan, ini akan menjadi kompensasi untuk bulan-bulan selanjutnya."

Begitu kertas terakhir diletakkan, mulut Kara ternganga lebar. Ia seperti melihat jalan keluar yang begitu terang.

"Aku tidak perlu khawatir lagi jika jumlah itu masuk ke rekening setiap bulan. Bukan hanya anak-anak yang sejahtera, Ibu juga bisa pensiun dari perpustakaan!"

"Hei, Emily. Itu berapa? Kamu yang lebih pintar matematika," bisik Louis seraya menyenggol lengan saudaranya.

"Aku tidak tahu. Aku hanya tahu kalau nolnya ada enam itu satu juta. Itu nolnya ada delapan. Apakah seratus juta?"

"Mama terima saja. Nolnya banyak," bisik Louis sambil menutupi mulut dengan sebelah tangan. Ia tidak peduli jika Vivian tertawa simpul, sedangkan sang nenek memicingkan mata ke arahnya.

"Kalau Mama menerima pekerjaan ini, itu berarti kita harus pindah ke kota lain. Apakah kalian tidak keberatan?" tanya Kara dengan nada bijak. Ia tidak punya banyak waktu untuk berunding di ruangan lain.

Mendapat pertanyaan seserius itu, Emily berkedip-kedip, sedangkan Louis menatap Vivian dengan raut penasaran. "Bagaimana keadaan di kota Anda, Nyonya? Apakah aman dan menyenangkan?"

Vivian spontan menaikkan alis. Ia tidak menduga akan mendapat pertanyaan semacam itu dari seorang bocah yang masih sangat kecil.

"Tingkat kejahatannya cenderung rendah dan itu kota yang menyenangkan. Ada lebih banyak taman bermain dan pusat perbelanjaan di sana. Kalian bisa bersenang-senang bersama ibu kalian di akhir pekan."

"Bagaimana dengan perpustakaan? Nenek kami seorang pustakawan. Kami suka membantu Nenek setiap kali dia bekerja," tanya Emily dengan suara kecilnya yang memikat hati. Ia semanis gulali. Vivian akhirnya meloloskan tawa karenanya.

"Kebetulan sekali, kami baru membangun sebuah perpustakaan. Itu proyek amal. Kalau nenek kalian bersedia bekerja di sana, kami akan dengan senang hati menyambutnya."

Sementara Susan berterima kasih, si Kembar kompak melipat tangan dan berpandangan. Mereka persis seperti Kara yang sedang berpikir. Setelah menyipitkan mata dan memainkan alis, mereka mengangguk bersama. 

"Baiklah, Mama. Kami tidak keberatan."

Melihat harapan yang terpancar dari mata si Kembar, sudut bibir Kara naik dengan sendirinya. Ia tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan. Siapa CEO itu dan seberapa menyebalkan dirinya sama sekali bukan masalah. Demi menafkahi dua malaikat ciliknya, ia siap menghadapi bos besar yang perfeksionis itu.

“Kesempatan emas ini tidak boleh terlewatkan.”

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Evi Elfiatun Nurhadi
CEO itu ayahnya si kembar
goodnovel comment avatar
Ririn Khalimi
cuekin aja ceo nya kara
goodnovel comment avatar
Musniwati Elikibasmahulette
anak anak yang jenius ,hebat kalian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status