Share

18. Sabia

“Jadi kamu yakin akan melakukan ini?”

Aku menatap Tante Mirna sendu. Memegang perutku yang kebanyakan lapisannya adalah lemak yang sangat menggemaskan. Duh, kok tak tega, ya?

Aku mengangguk ragu.

“Kita mulai dengan mengatur pola makanmu,” kata Tante Mirna. “dimulai dari mengatur defisit kalori yang masuk ke tubuh kamu.”

“Apa ini akan berhasil?”

“Insya Allah jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.” Tante Mirna beranjak dari duduknya.

Beliau masuk ke dalam kamarnya, tak lama kemudian datang kembali dengan sebuah album foto ditangannya.

“Lihat.” Tante Mirna menunjukkan sebuah foto.

E buset apaan, tuh? Sudah kayak anak Dugong saja.

“Itu foto Tante setelah melahirkan.”

Astaghfirullah. Berdosa sekali Sabia. Maafkan Sabia yang telah mengatai Tante Mirna anak Dugong, ya Allah. Untung Cuma dalam hati, coba kalau mulutku keceplosan, bisa langsung jadi gelandangan aku.

“Tante melakukan defisit kalori dan olahraga.”

Mataku berbinar. Harapan itu selalu ada asal kita mau berusaha.

Ya ampun. Sabia pu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status