Home / Urban / Anak Miliarder / 6. Sisi Lain

Share

6. Sisi Lain

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2022-02-08 20:19:37

"Hentikan, Sebastian!" teriak Derrick yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Sebastian.

"Kenapa aku harus berhenti?" ucap Sebastian. Dia tidak melonggarkan cengkeraman tangannya pada leher Vesa.

"Lepaskan dia atau aku ..."

Suara Derrick dipenuhi dengan tekanan yang terdengar seperti sebuah ancaman. Sayangnya, Sebastian tidak mendengarkan dan malah semakin mencekik leher Vesa.

Vesa berusaha melepaskan dirinya tapi tentu saja gagal, Sebastian mencengkeramnya begitu kuat hingga pria muda itu kesulitan untuk bernapas.

Alea yang menyaksikan itu tiba-tiba saja merinding. Dia memang membenci Vesa tapi dia tak ingin Vesa mati.

"Sebastian Wright, lepaskan dia!" teriak Derrick.

Sebastian masih mengacuhkannya. Derrick melihat wajah Vesa yang memerah, Derrick lalu menarik jaket Hoodie yang dikenakan Sebastian berbarengan dengan Alea yang ternyata mendorong Sebastian.

Sebastian terjatuh dengan agak keras akibat dorongan itu. Alea terkejut dengan tindakannya sendiri. Sedangkan Sebastian menatapnya tak percaya.

Derrick membantu Vesa yang sangat lemas akibat hampir kehabisan napas itu.

Sebastian berdiri dan menatap aneh ke arah Alea, "Apa yang sudah kau lakukan? Kau membelanya?"

Alea merasa linglung, "Aku .."

"Kenapa? Jangan bilang kalau kau ternyata menyukainya. Benar begitu, Alea? Jangan-jangan selama ini kau hanya berpura-pura saja tidak menyukainya. Alea, jawab!" ucap Sebastian setengah berteriak.

Alea tetap membisu. Derrick yang sudah melihat Vesa baik-baik saja itu berkata, "Memang kenapa kalau Alea menyukai Vesa? Apa yang salah? Lagi pula apa urusannya denganmu, Sebastian?"

Sebastian memandang sahabatnya itu dengan tatapan kesal. "Kau juga, Derrick. Kenapa kau malah membelanya? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau dan Alea berubah?"

Derrick hanya menatapnya lelah. Dia tak ingin berdebat. Dia lalu berjalan menuju bangkunya sendiri dan berniat duduk tapi Sebastian kemudian malah menjegalnya.

"Sialan. Apa maksudmu, hah?" bentak Derrick yang baru saja terjerembab.

Sebastian malah tersenyum mengejek.

"Aku sudah bosan harus bersikap lunak padamu, brengsek. Kau? Benar-benar orang yang menyedihkan, Derrick. Kalau kau bukan anak dari keluarga White, mana sudi aku menjadi temanmu. Dasar pecundang. Aku sudah muak melihat wajah sombongmu itu," ucap Sebastian dan dia menendang tas Derrick.

Derrick tentu saja terkejut melihatnya. Dia tak pernah mengira sekalipun jika ternyata orang yang telah berteman dengannya sejak mereka masih anak-anak itu tak pernah benar-benar tulus berteman dengannya.

Vesa melihat wajah kecewa Derrick. Dia lalu berjalan mengambil tas Derrick yang ditendang oleh Sebastian itu.

Sebastian berteriak, "Mau apa kau, sialan?"

Vesa tak menanggapi dan dia hanya memberikan tas milik Derrick itu pada sang empunya tas.

Sebastian geram melihat kedua orang yang terlihat saling membela itu. Dengan kesal dia kemudian meninju perut Vesa tapi dengan gesit Vesa berhasil menghindar dan kemudian mendorong Sebastian hingga pria itu membentur meja.

Alea membekap mulutnya sendiri menggunakan kedua tangannya. Selama ini Vesa tak pernah membalas siapapun yang menghinanya. Dia hanya diam dan mengabaikan mereka. Namun, kali ini dia melawan dan terlihat tak takut sama sekali.

Vesa lalu menarik leher Sebastian dan ganti mengunci tangan pemuda itu hingga Sebastian tak bisa bergerak.

"Lepaskan aku. Berani sekali kau. Apa kau sudah siap kehilangan nyawamu, hah?" ucap Sebastian marah.

Vesa malah semakin memelintir tangan Sebastian yang kemudian berteriak kesakitan itu.

"Brengsek. Tamatlah riwayatmu nanti, Vesa."

"Apa tidak kebalik? Kaulah yang bisa tamat sekarang. Apa kau tidak sadar jika saat ini kau tidak bisa lepas dariku? Kalau aku mau, dengan mudah aku bisa mematahkan tanganmu ini," ucap Vesa dengan tenangnya.

Vesa kembali memelintir tangan kanan Sebastian.

"Hentikan, sialan." Keringat dingin Sebastian sudah mengalir dengan deras. Tangannya sudah sangat sakit. Dia hampir tak kuat menahan rasa sakitnya. Wajahnya pun sudah memucat.

"Kenapa aku harus menghentikannya? Atau mau ku patahkan saja kakimu? Bagaimana? Tadi kau menendang tas Derrick kan? Baiklah, sekarang giliran kakimu."

Sebastian melotot kaget. Dia lalu berteriak, "Oke. Oke. Aku. Aku tak akan melakukannya lagi."

"Melakukan apa? Bicara yang jelas, Sebastian Wright!" ucap Vesa dingin.

"Aku tak akan mengganggumu lagi." Sebastian mengucapkan itu dengan sangat terpaksa. Dia tak mau kehilangan kaki dan tangannya sekarang. Tak masalah kali ini dia mengaku kalah saat ini.

Vesa tentu tak percaya pada perkataan Sebastian yang sejak lama sekali membully dirinya tapi untuk sekarang, dia tak ingin memperpanjang masalah itu jadi dia melepaskan teman sekelasnya itu.

Sebastian cukup malu atas perlakuan Vesa itu dan diam-diam dia berjanji jika dia akan membalas perbuatan Vesa itu nanti.

Derrick White yang sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari kejadian di depan matanya itu hanya bisa ternganga. Dia terlalu terkejut melihat sisi lain Vesa. Vesa yang dulu seolah-olah menjadi seorang pencundang, saat ini terlihat sangat berbeda.

"Vesa, apa kau baik-baik saja?" tanya Derrick dengan tatapan bingungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Herman
lanjut terus bro,,,,,,,
goodnovel comment avatar
Oliva Koneng
seruh ceritanya
goodnovel comment avatar
Ginanjar Kurniadi
lanjut thor...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Anak Miliarder   Cuap-cuap Penulis

    Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Akhirnya selesai juga season kedua ini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca kisah Vesa Araya, anak dari Valentino Araya ini dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah Vesa Araya ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.

  • Anak Miliarder   130. Akhir dari Dendam

    Tubuh Gea terlihat begitu mengerikan. Dadanya tertancap pisau dan mulutnya mengeluarkan busa serta matanya pun terbuka.Vesa langsung memerintah, "Hubungi polisi sekarang."Inka menutup wajahnya karena tak sanggup melihatnya. Vesa langsung saja memeluk gadis itu agar Inka tak merasa takut."Siapa yang membunuhnya? Itu terlalu kejam, Vesa. Sungguh mengerikan," ujar gadis itu dengan suara bergetar."Kita akan segera tahu, biarkan polisi yang menanganinya," ujar Vesa.Tak lama kemudian polisi datang dan langsung saja memeriksa kasus itu."Apakah Anda berdua bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?" tanya petugas polisi itu."Ya," jawab Vesa.Vesa pun mengajak Inka untuk ikut ketua polisi itu.Vesa dan Inka harus berada di kantor polisi setidaknya selama dua jam lamanya guna memberi kesaksian mereka. Dan saat dia telah selesai dan keluar dari ruang interogasi, dia melihat Lara, anak Gea itu datang ke kantor polisi dengan raut wajah yang penuh air mata."Apa Anda sudah mene

  • Anak Miliarder   129. Tidak Terduga

    "Aku tidak membencimu, Alea. Hanya saja kau sudah keterlaluan," ucap Vesa. Dia lalu menggandeng Lara pergi dari sana.Alea berteriak, "Vesa."Vesa tak memperdulikannya. Alea hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan perasaan getir. Vesa sudah tak mau berhubungan lagi dengannya. Pria muda itu pastilah sudah begitu jijik padanya.Alea menjambak rambutnya sendiri lalu pergi dari kampus itu karena tak tahan melihat para mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan aneh.Di sisi lain, Vesa berujar pelan, "Maafkan aku. Gara-gara aku, kamu jadi...""Tak apa. Well, omong-omong aku harus pergi sekarang, aku rasa temanku sudah datang," ujar Lara kemudian.Vesa mengangguk pelan, masih merasa begitu bersalah. Begitu gadis itu pergi, dia memilih untuk mengubah rencananya. Dia tak mungkin memanfaatkan Lara untuk menjebak Gea. Gadis itu tak tahu apa-apa. Entah kenapa, dia merasa jika Lara memang gadis polos. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyerang Gea tanpa melibatkan Lara. Sore itu dia kembali

  • Anak Miliarder   128. Berkeliling

    Hanya dalam waktu tak kurang dari tiga puluh detik saja, Stefan sudah mengirimkan sebuah photo begitu Vesa mematikan sambungan teleponnya.Vesa dengan tenang membuka pesan itu dan tersenyum miring begitu dia melihat photo itu.Kena kau, Gea. Vesa membatin.Segera dia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan mendekati Lara sambil tersenyum cerah."Sudah selesai menghubungimu?" tanya Vesa yng jauh lebih ramah dari pada sebelumnya."Sudah. Mau berkeliling sekarang?" tanya Lara balik."Ya, langsung saja. Aku tak akan mengambil waktumu banyak-banyak," ucap Vesa.Lara mengangguk dan kemudian mulai bertindak sebagai seorang tour guide di sana. Meskipun baru meninggalkan kampus itu selama tujuh bulan lamanya, tapi kampus itu sudah cukup banyak berubah.Vesa mengenang masa-masa di kampusnya itu. Walaupun memang banyak kenangan buruk di sana, dia tetap masih sedikit kenangan baik hingga sekarang dia cukup merasa kecewa lagi ketika teringat masa-masa awal pertemanannya dengan Derrick.Derrick

  • Anak Miliarder   127. Lara

    Lara Serafin tergesa-gesa masuk ke dalam kampusnya, Greenwich University. Dia telah berjanji pada Gemma Jones semalam untuk menemani gadis itu ke perpustakaan.Saat dia melangkahkan kakinya menuju tempat itu, dia harus melewati segerombolan mahasiswa dari fakultas lain yang terlihat sedang berbincang-bincang santai.Lara begitu menikmati kehidupan barunya di kampus itu. Meskipun pada awalnya dia merasa banyak sekali hal yang begitu janggal seperti alasan yang tidak jelas sang ibu yang memilih negara ini. Di samping itu, ibunya yang sekarang ini memilih untuk bekerja dari rumah tentu membuatnya semakin bertanya-tanya.Ibunya, Gea Raharjo beralasan jika bekerja dari rumah berarti membuatnya memiliki waktu yang lebih banyak dengannya. Dikarenakan hal itu juga, Lara tak pernah bisa memprotes ataupun bertanya lebih banyak mengenai alasan utama ibunya itu.Dan ketika Lara bertanya tentang pekerjaan ibunya itu, ibunya hanya akan menjawab jika dia bergelut dengan saham. Entah saham yang seper

  • Anak Miliarder   126. Siapa yang Salah?

    Derrick hanya bisa terdiam kala melihat sahabat baiknya pergi dari rumahnya. Dia melirik Alea sekilas, ingin sekali dia merengkuh tubuh Alea tapi di saat dia mendekat, Alea mundur ke belakang.Dengan wajah yang sudah basah karena air mata, Alea berkata dengan terisak-isak pelan, "Ini semua salahku. Salahku, Derrick."Derrick menggeleng, "Tidak. Ini salahku, Alea. Kau tidak salah. Aku yang membuat semuanya berantakan.""Aku yang datang padamu, aku yang paling bersalah," ujar Alea lagi."Aku yang memintamu datang, aku, Derrick," lanjut Alea.Derrick menyambar, "Dan aku juga mau datang ke sini. Oke, baiklah. Kita sama-sama bersalah. Kita berdua sama-sama bersalah."Alea jatuh terduduk di lantai halaman rumah Derrick, "Vesa pasti membenciku. Padahal kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi kenapa aku? Derrick, aku hanya kesal karena dia tak pernah mau mengunjungiku ke sini. Padahal kan jelas uang bukan masalah baginya. Tapi dia lebih mementingkan perusahaannya itu. Aku hany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status