Share

Anak Untuk Suamiku
Anak Untuk Suamiku
Penulis: Cristi Rottie

Wanita Hamil

“Janin dalam perutku milik Kevin!”

“Apa katamu!?” tanya Jeceline Lorena tertawa bodoh menatap seorang wanita berambut panjang bergelombang yang berdiri di depan pintu rumah.

“Anak yang saya kandung milik dari Pak Kevin, suami Bu Selin!” ungkap seorang wanita muda berusia sekitar sembilan belas tahun sambil mengelus perutnya yang membulat besar.

“Nona, mungkin Anda salah alamat. Silakan pergi dari rumah saya, jangan membuat sensasi di sini.” Jeceline antara kesal dan ingin tertawa keras, sebab hal yang dituduhkan oleh seorang wanita asing sama sekali tidak benar dan tak menunjukkan karakter suaminya.

Jeceline bahkan menganggap kalau wanita hamil itu pasti hanya salah alamat sebab tidak mungkin suaminya—Kevin yang begitu setia dan menyayangi dia akan memiliki simpanan di luar sana. Bahkan jika itu memang harus benar, sangat tidak mungkin jika Kevin akan membiarkan wanita simpanannya secara terang-terangan mengakui hubungan mereka.

Seribu wanita atau pun gosip yang beredar di luar sana tidak akan menghancurkan kepercayaan terhadap Kevin sebab dia sangat tahu persis karakter dan sikap sang suami. Jadi kedatangan wanita tak dikenal ini sama sekali bukan urusannya.

“Saya rasa Bu Selin pasti lebih paham, ini hanya sensasi atau bukan. Apa Bu Selin sama sekali tidak mengenal saya?” sekali lagi sang wanita hamil menatap Jeceline dengan memasang wajah pengasihan.

Jeceline terdiam, dia memperhatikan wajah sang wanita, mencoba mengingat di mana dia pernah melihatnya. Kedua alis kening Jeceline mengerut menatap keseluruhan wajah wanita hamil yang masih berdiri di hadapannya. Dalam semenit, dia berhasil mengingat kembali adegan pertemuan dengan wanita itu saat mendampingi suaminya di undangan acara resepsi.

“Kita memang pernah bertemu sekali, tapi itu tidak akan membuktikan kebenaran dari perkataanmu. Silakan pergi dari sini, tolong!"

Mata sang gadis mulai berkaca-kaca, dia masih terdiam tak mau pergi dari hadapan Jeceline meski sudah diusir.

Jeceline semakin kesal sebab kedatangan wanita hamil itu memicu mobil misterius yang baru saja terparkir di luar pintu gerbang.

“Hei, apa yang kau lakukan? Cepat berdiri!” sergah Jeceline begitu melihat wanita hamil di depannya telah menekukkan kedua lutut di lantai.

“Aku tidak mau sebelum Bu Selin dan Pak Kevin bertanggung jawab akan bayi yang saya kandung,” tegas sang wanita mempertahankan posisinya meski Jeceline telah berupaya membantu dia berdiri.

Perasaan Jeceline bercampur aduk sebab telah menduga mobil misterius yang ada di luar gerbang pasti para wartawan. Dia terpaksa membujuk si wanita hamil untuk berdiri dan masuk ke dalam rumah agar bisa berbicara secara leluasa.

Meski dalam hati begitu kesal karena telah diancam secara halus oleh wanita hamil, tapi Jeceline mencoba menenangkan dirinya, berharap bisa mengorek informasi siapa yang mengirim wanita hamil itu sebab kedatangannya bertepatan dengan para wartawan di luar rumah.

Jeceline duduk di samping wanita dan menatapnya, terlebih memperhatikan perut yang mulai membesar. Dia memaksakan senyum di sudut bibir untuk membangun suasana agar lebih santai.

“Jadi, siapa yang menyuruhmu kemari dan membawa para wartawan itu?”

Sang wanita tersenyum paksa sambil menggelengkan kepalanya, “mengenai wartawan aku tidak tahu, tapi tentang siapa yang menyuruhku tentu saja karena ingin meminta tanggung jawab dari anak di dalam kandunganku terhadap ayah biologisnya?!”

Mata Jeceline memaku tepat ke manik sang wanita. Seberapa keras dia membujuk agar mendapatkan kenyataan sebenarnya, tapi tetap saja tak mendapatkan jawaban yang diinginkan.

“Berapa pun yang mereka bayar padamu untuk menjebak suamiku, akan aku bayar tiga kali lipat!”

“Bu Selin! Apa kau pikir lelaki di dunia ini hanya akan setia pada satu wanita saja?! Meski kau cantik, baik, perhatian, dan sempurna di matanya, tetap akan tergoda dengan wanita lain yang menawarkan apa yang tak pernah kau berikan padanya!”

Kalimat yang diucapkan sang wanita menusuk langsung tepat ke hati Jeceline. Selama tujuh tahun ini hal yang tak bisa dia berikan pada suami adalah melahirkan keturunan bagi keluarga mereka. Mulai dari sini timbul keraguan setelah beberapa menit lalu tetap teguh mempertahankan kepercayaannya terhadap sang suami.

“Bu Selin, aku bisa memberikan bukti padamu kalau perkataanku ini benar.” sang gadis merogoh tas dan mengeluarkan ponsel dari dalam. Dia menunjukan riwayat pesan dan panggilan yang tersimpan.

Jeceline yang mulai ragu mengambil ponsel dari tangan sang gadis lalu melihat riwayat chat antara wanita itu dan Kevin. Dia bahkan memeriksa kontak nomor untuk memastikan kalau itu benar-benar Kevin.

Sudut bibir Jeceline melengkung bersamaan dengan gelengan kepala setelah selesai membaca kembali riwayat chat di ponsel sang wanita. Meski ada kesamaan cara pengetikan dan pembicaraan mereka tentang pertemuan-pertemuan yang pernah Kevin kunjungi, tapi Jeceline malah menduga kalau itu semua hanyalah rekayasa, apalagi nomor kontak yang tersimpan dengan nama Kevin bukan milik suaminya.

Jeceline menyodorkan kembali ponsel ke depan sang wanita, “mungkin Kevin yang kamu maksudkan bukan suamiku.”

Sang wanita mengangguk tersenyum, dia masih belum menyerah mengotak-atik layar ponselnya seolah mencari bukti lain untuk ditunjukan.

“Bu Selin mungkin tidak mempercayaiku, tapi bukti yang akan aku tunjukan sudah pasti akan membenarkan perkataanku!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status