Laura Turun ke bawah hendak mengambil makanan ringan yang tadi ia bawa untuk Zehra. Dan saat kakinya berhenti di meja makan samar-samar ia dengar suara orang sedang bicara sambil terisak-isak. Gegas ia pun pergi mencari sumber suara."Mami lagi apa? Apa itu ART barunya Mami?" tanyanya sendiri.Laura mematung sebentar sambil memperhatikan mereka."Mungkin ini gak adil buat kamu Dewi, tapi Zehra juga berhak mendapat keadilan, kamu gak bisa menyalahkan Zehra hanya karena apa yang sudah terjadi, yang salah tetap suamimu, dan Zehra sama sekali gak tahu apa-apa," ujar Nyonya Trissy panjang lebar.Dewi diam dan kembali membuang wajahnya."Saya bicara seperti ini sebab pernah merasakan apa yang kamu rasakan sekarang, Dew," ujar Nyonya Trissy lagi."Saya tahu bagaimana beratnya kehidupan yang harus kita jalani saat seorang pria yang kita percaya justru menghancurkan hidup kita. Tapi Dew, semuanya sudah terjadi, meski kamu menangis seperti ini semua gak akan merubah keadaan. Dan satu yang pasti
Fras refleks mengeleng, "ah emm enggak, gak apa-apa.""Emang ya tuh laki gak bisa dikasih ampun, seenaknya aja ninggalin perempuan setelah apa yang sudah dia dapatkan." Laura bicara lagi seraya menonjok-nonjok telapak tangan kirinya dengan tangan kanan yang ia kepalkan.Lagi, Fras hanya bisa menelan ludah.________Sementara di dapur. Dewi menatap wajah majikannya dengan mata yang sudah merah dan sembab. "Bagaimana aku harus mengatakan yang sebenarnya? Kalau Nyonya Trissy tahu semua kebenarannya apa dia masih bisa berkata seperti itu padaku? Dia menyuruhku sabar, dia menyuruhku menerima anak sial itu, dia menyuruku kuat. Apa perlu kuberitahu sekarang juga bahawa pria yang telah menghancurkan hidupku sampai membuatku menjadi sosok yang tempramen seperti ini adalah adalah Fras, menantunya sendiri?" kelakar Dewi dalam hatinya."Ya sudah, lebih baik kamu istirahat dulu aja Dew, tenangin diri kamu di kamar, semua urusan rumah biar saya yang kerjain, lagipula anak saya udah dateng, dia aka
"Dosok tamal mandi, kata Mamah Cela halus dosok tamal mandi setiap bangun bobo," jawabnya polos.Nyonya Trissy terkejut, "eh gak usah, ayo ayo ke kasur lagi ayo." Zehra menggeleng, "enda Nyonya tatut Mamah malah.""Enggak, mulai sekarang mamamu itu gak akan berani marahin kamu lagi."Cepat Nyonyya Trissy mencuci tangan dan kaki Zehra dengan sabun lalu menggendong gadis kecil itu kembali ke kasur."Mama kamu itu keterlaluan banget, masa anak kecil disuruh gosokin kamar mandi sih. Cela bobo lagi ya, dan mulai sekarang Cela gak usah gosok kamar mandi lagi kalau bangun bobo." Trissy mengelus pipi Zehra lembut.Zehra pun mengangguk dan kembali tidur di atas kasur empuk Nyonya Trissy.-Pukul 7 saat Zehra bangun. Nyonya Trissy cepat memandikan gadis kecil itu karena hari ini ia berniat membawa Zehra pergi ke rumah Fras dan Laura untuk membicarakan keinginannya mengadopsi Zehra.Zehra merasa bahagia karena hari ini dia bisa bangun siang. Bagi Zehra bangun pukul 7 merupakan kebahagiaan yang
Fras mengusap wajahnya kasar, lalu mohon pamit untuk berangkat kerja saja. Dia tahu, berlama-lama di sana hanya akan membuat dadanya makin sempit dan tak tenang "Mi, kalau gitu Fras berangkat sekarang ya." "Ya udah, kamu hati-hati Fras."Setelah berpamitan pada mertua dan istrinya juga, Fras berangkat mengendarai mobil SUV kesayangannya.Sepanjang perjalanan hatinya diselimuti kegundahan. Entah apa yang akan terjadi nanti, dia hanya berharap hubungannya dengan Laura akan baik-baik saja, pria berhidung mancung itu benar-benar tak bisa jika harus kehilangan Laura.Laura adalah wanita yang baik, tulus dan bersahaja. Baginya, bisa menikah dengan Laura adalah anurgah terindah dari Tuhan. Karena itu Fras sangat menjaga hubungannya itu dengan Laura."Arghh." Fras memukul stir mobil. Kepalanya sangat berat dengan pikiran yang bercabang-cabang sekarang."Rumah Mami, apa sebaiknya aku mampir sebentar?" Dia bicara sendiri.Saat melewati rumah mertuanya itu, tiba-tiba terbesit dalam hati Fras
Laura gegas bangkit dari kursi dan mendekati gadis kecil yang tengah duduk di tepi kolam itu."Cela Sayaang, jangan pernah ngomong gitu lagi ya. Gak baik. Tante sedih loh dengernya. Lagian siapa bilang Ayah Cela sudah pergi? Ayah Cela 'kan masih ada cumaan dia belum datang aja."Zehra tersenyum polos."Ya udah, udah hampir sore nih, kita pulang dulu yuk Cel," ajak Nyonya Trissy seraya bangkit juga dari kursi taman.Walau tak mau berpisah dari gadis kecil itu, Laura akhirnya setuju saja."Gak apa-apa mulai besok 'kan Zehra tinggal di sini sama kamu, sekarang Zehra Mami bawa pulang dulu biar si Dewi bisa lihat Zehra dulu sebentar, walau bagaimanapun dia 'kan ibunya, besok Mami kesini lagi sekalian Mami bawain baju-baju Zehra," ujar Trissy panjang lebar, ia mencoba menghilangkan kesedihan Laura."Janji loh Mi, pagi-pagi bawa Zehra ke sini, 'kan mau daftar sekolah juga.""Iya."Pak Ebi pun gegas membawa Zehra dan Nyonya Trissy meluncur pulang. Sampai di rumah Nyonya Trissy langsung menyur
Untunglah kedua bola matanya melihat bangku yang ada di taman, secepat kilat ia pun duduk di sana."Siapapun yang sedang menuju ke sini, semoga orang itu akan percaya pada alasan yang akan kuberikan."Tap tap tap.Dewi melihat ternyata Nyonya Trissy yang berdiri di depan pintu. Sontak saja hal itu membuat keringat dingin berhamburan di wajah Dewi."Dewi? Kamu di sana? Ngapain malam-malam di luar?" "Emh a anu Nyonya, saya ... lagi nyari angin."Mata Nyonya Trissy menyipit, "Zehra mana?""Ti-tidur, Nyonya.""Kamu juga tidur, udah malem, gak baik membuka pintu malem-malem begini, takut ada orang berniat jahat.""Baik, Nyonya," balasnya seraya mengangguk dan menyeka keringat di keningnya.Nyonya Trissy kembali masuk, diikuti Dewi di belakangnya."Sial! Rencanaku gagal," dengusnya pelan.***Pukul 4 pagi Dewi sudah kembali bangun, sementara di sampingnya Zehra masih tidur lelap. Tangannya gatal, biasanya Dewi akan langsung menyeret Zehra agar gadis kecil itu juga gegas bangun, tapi kali in
"Enggak Mi, Laura nunggu di rumah, kasihan takut kecapekan kalau dia bolak-balik terus, nanti aja Fras jemput dia terus langsung ke sekolahan."Mata Dewi membeliak mendengar ucapan Fras untuk istri tercintanya.Apa dia bilang? Takut Laura kecapekan? Bolak-balik naik mobil aja takut kecapekan? Kemana aja kamu Fras? Aku di kampung menyusuri hutan dan kebun hanya untuk cari makan, duduk pinggir jalan demi uang tak seberapa, saat aku datang kamu malah acuhkan aku begini. Keterlaluan kamu Fras, keterlaluan! pekik Dewi dalam hatinya."Oh gituu, ya udah gimana baiknya aja."Fras mengangguk."Dew, mana bajunya Zehra?" Nyonya Trissy bicara lagi.Cepat Dewi memberikan tas berisi baju-baju gadis kecil itu lalu berjongkok di depannya."Zehra, jangan nakal ya Sayang. Kalau Zehra kangen Mamah, Zehra minta antar Om Fras aja ya," ucapnya seraya tersenyum lebar pada gadis kecil yang tengah berseri-seri itu."Ciap, Mamah."Alis Fras terangkat refleks. Dia merasa hari ini ada yang aneh dari Dewi.Tumben
"Bu ... Mas Fras, Bu ... Mas Fraaas.""Iya, kenapa dia?""Mas Fras pergi Bu, dia bilang kami selesai, Bu." Dewi menangis sesegukan di bawah kaki ibunya."Selesai? Selesai bagaimana?"Dewi tak bisa menjawab lagi. Lukanya begitu dalam, sakit di hatinya membekas bahkan hingga 4 tahun lamanya. 4 tahun Dewi lalui dengan susah payah, berpuluh-puluh kali ia menangis menyesali segalanya, dan beberapa kali wanita itu juga mencoba mengakhiri hidupnya.Untunglah ada Mbah Asti yang selalu mengingatkan Dewi, walau tak dipungkiri juga Mbah Asti sama sakit dan kecewanya dengan keadaan yang terpaksa harus mereka jalani.Mbah Asti sudah tua kala itu, dia juga sudah berhenti kerja dari rumah Nyonya Trissy, tapi terpaksa harus menjadi orang terdepan dan terkuat demi Dewi dan cucunya yang sekuat tenaga ia pertahankan."Jangan pernah coba-coba menyakiti apalagi menghilangkan nyawa anak tak berdosa itu Dewi. Ibu akan mengurusnya kalau kamu tidak mau." Ucapan itu yang kerap terlontar saat Dewi frustasi dan