Share

Bab 02

Author: Ranisipenulis
last update Last Updated: 2024-01-12 16:42:59

"Kenapa nasibku jelek sekali. Aku sudah menunggu lebih dari 1 tahun untuk mendapatkan anak, di saat sudah dapat, anakku cacat dan buta," gumam Evan.

Ceklek.

Pintu ruang persalinan terbuka lagi, Evan menatap ke arah pintu itu dan melihat brankar keluar dari ruangan itu. Pria itu berdiri dan mendekat ke arah brankar yang berisi istrinya yang sedang berbaring dengan kedua mata tertutup.

"Ini anaknya, Tuan," ucap Suster menyodorkan bayi itu kepada Evan.

"Tidak, kamu saja yang menggendongnya," jawab Evan.

"Biarkan saja, Sus. Nanti di letakan di sebelah brankar Nyonya Whindy, di sana sudah ada ranjang khusus bayi," pinta Dokter.

"Baik, Dok," jawab Sister itu.

"Letakan di ruangan biasa saja. Jangan ruangan yang VVIP," pinta Evan.

Entah kenapa sekarang pria itu tidak mencintai dan menyayangi istrinya lagi. Apalagi keperdulian nya kepada sang istri, sudah memudar setelah bayi itu lahir.

"Baiklah," jawab Dokter itu.

Dokter itu sangat paham jika Evan tidak menerima bayi nya yang terlahir dengan cacat.

"Semoga saja Nyonya Whindy sadar menghadapi keluarga Avalon beserta suaminya. Semoga bayi itu selalu di limpahkan rezekinya, aamiin," batin Dokter yang bernama tag Dira.

Brankar di dorong ke arah ruangan yang kelas 3, atau ruangan yang paling murah di rumah sakit ini. Setelah sampai di ruang rawat, Suster itu langsung membaringkan bayi itu di ranjang khusus bayi di sebelah brankar Whindy.

"Apa istri saya masih lama sadar nya?" tanya Evan dengan wajah datar menatap Dokter Dira.

"Mungkin 10 menit lagi. Saya permisi, ayo, Sus," Dokter Dira menatap balik pria itu dengan tatapan datar juga.

Suster itu mengangguk lalu mereka keluar dari ruang rawat Whindy. Pria itu berjalan ke arah ranjang bayi dan menatap anaknya yang mungkin sedang tidur.

"Bagaimana aku bisa mengetahui bayi cacat ini tidur atau tidak. Dia saja tidak memiliki mata, astaga, reputasi ku bisa hancur, jika semua rekan kerja ku mengetahui jika aku memiliki anak yang cacat," Evan merasa sangat frustasi dan merasa takut jika reputasinya akan hancur.

Entah apa salah bayi malang itu. Dia masih sangat suci dan tidak berdosa, tapi keluarga dan Ayahnya tidak menerima kehadiran nya dan memilih reputasi nya dari pada kehadirannya di dunia ini.

"Aku tidak pernah berbuat dosa. Tapi kenapa aku di beri anak seperti itu," Evan merasa sangat marah.

Pria itu berjalan ke arah kursi yang terletak tidak jauh dari brankar istrinya. Dia mendudukkan tubuhnya lalu menunduk sembari memejamkan kedua matanya untuk menenangkan dirinya yang sedang di kuasai oleh amarah.

Whindy membuka matanya perlahan. Wanita itu melihat suaminya yang sedang menunduk sembari kedua tangannya meremas rambut.

"Mas..." panggil Whindy dengan suara pelan. Tapi masih bisa di dengar oleh suaminya.

Pria itu yang mendengar istrinya memanggil dirinya langsung menatap ke arahnya.

"Apa?" tanya Evan dengan wajah datar.

Deg!

Whindy sangat terkejut dengan jawaban suami nya dan raut wajahnya yang sangat berbeda dari biasanya.

"Mungkin Mas Evan kelelahan karena mengurus aku dan si bayi. Maka dari itu Mas Evan berbeda," batin Whindy positif thinking.

"Tidak ada, Mas. Jika Mas merasa lelah, Mas pulang saja lalu istirahat," pinta Whindy dengan suara pelan nya.

"Aku memang rencana ingin pulang. Kamu pinta Mama mu kemari saja, aku sangat lelah mengurus kamu, belum lagi aku ada beberapa meeting dengan rekan kerja ku yang sangat penting, jadi aku harus istirahat yang cukup untuk menunjukan presentasi ku kepada mereka," jelas Evan berdiri dari duduknya lalu mendekat ke arah brankar istrinya.

"Biasanya Mas mengutamakan aku dan anak kita waktu dia belum lahir. Tapi kenapa sekarang Mas mengutamakan pekerjaan?" tanya Whindy yang merasa heran dengan perubahan sifat suaminya kepada dirinya.

"Kamu jangan banyak bicara, Whindy. Jangan membantah suami, aku mengutamakan pekerjaan juga supaya mendapat uang banyak, kamu pikir biaya persalinan mu itu murah? Hah! Biayanya itu 35 juta, walaupun uang segitu kecil bagiku, tapi jika aku tidak bekerja ya lama-lama uang ku akan habis, pikir lah sampai ke situ," jelas Evan menatap tajam ke arah Whindy.

Wanita itu benar-benar sangat terkejut dengan apa yang suaminya jelaskan kepada dirinya. Ini pertama kalinya Evan berbicara dan menatap dirinya tajam seperti itu, nada bicaranya juga sangat ketus, yang membuat tidak enak di dengar oleh telinga wanita yang masih terbaring lemas di atas brankar itu.

"Ah sudahlah, berbicara dengan mu itu tidak ada gunanya. Ini ada uang 1 juta, untuk membeli makanan kamu dan Mama kamu," Evan meletakan uang 1 juta di atas nakas sebelah brankar Whindy.

Pria itu berjalan ke arah pintu lalu membuka pintunya dengan perlahan.

"Mas..." panggil Whindy lagi.

"Astaga. Ada apa? Whindy?" tanya Evan dengan wajah yang memerah karena merasa kesal.

"Mas tidak mencium anak kita terlebih dahulu?" tanya balik Whindy.

"Untuk apa aku mencium anak cacat itu," jawab Evan dengan nada ketus.

"Hah? Apa maksud Mas?" Whindy sangat heran dengan jawaban suaminya.

"Jangan pura-pura tidak mengetahuinya, Whindy. Lihat sendiri anak yang terlahir tidak memiliki dua mata itu, sudah cacat, buta pula," Evan menghina anaknya habis-habisan.

Hati Whindy rasanya di sayat-sayat oleh seribu silet yang sangat tajam. Benar-benar sangat menyakitkan, air mata wanita itu keluar karena merasa hatinya sangat sakit, mendengar suaminya secara terang-terangan menghina buah hati mereka.

Brakk!

Evan menutup pintu ruang rawat Whindy dengan kencang, sehingga membuat bayi itu terkejut lalu menangis.

"Owek... owek," tangis si bayi.

Whindy berusaha bergerak dan mengubah posisinya menjadi terduduk. Tapi sayangnya dia tidak bisa, karena tubuhnya yang masih sangat lemas.

"Ya Allah, aku harus bagaimana, tubuhku sangat lemas, aku tidak memiliki tenaga," ucap Whindy yang sesenggukan, karena sedang menangis akibat perkataan suaminya tadi.

Ceklek.

Pintu terbuka, Whindy menatap ke arah pintu dan melihat Suster datang membawa nampan. Wanita itu merasa lega karena ada orang yang datang ke ruangan nya di saat dia membutuhkan bantuan.

"Nyonya... ini makan siang nya. Harap di habiskan ya, supaya asi anda banyak," jelas Suster sembari meletakan nampan di atas nakas.

"Baik, Sus. Saya boleh minta tolong?" tanya Whindy menatap Suster itu.

"Tentu saja, Nyonya," jawab Suster itu dengan senyum ramahnya.

"Tolong ambilkan bayi saya, dan letakan di pangkuan saya. Satu lagi, ambilkan ponsel saya di sebelah uang itu," jelas Whindy.

"Baik, Nyonya," jawab Suster itu.

"Ah iya, Sus. Bantu saya duduk, atau di naikan sedikit brankar nya supaya saya tiduran sembari terduduk," pinta Whindy lagi.

"Baik," jawab Suster itu tersenyum kepada Whindy.

Suster itu mulai menaikan brankar sesuai kenyamanan Whindy, lalu Suster mengambil ponsel Whindy terlebih dahulu, setelah itu mengambil bayi nya yang masih menangis.

"Langsung di susui saja, Nyonya. Sepertinya dia sangat lapar," pinta Suster yang menatap sendu ke arah bayi itu.

"Iya, Sus," jawab Whindy membuka dua kancing pakaian pasien nya.

Wanita itu mengerti jika anaknya menangis bukan karena lapar saja. Tapi karena terkejut mendengarkan pintu yang di tutup kencang oleh suaminya tadi.

"Kamu sangat tampan. Semoga saja kamu menjadi anak yang sangat sukses suatu saat nanti," batin Suster itu.

Suster itu merasa sangat sedih dengan nasib bayi itu yang di jauhi keluarga dan Evan. Karena Suster itu yang menggendong bayi dan berkata kepada Evan untuk menggendongnya, tapi justru pria itu menolak dengan wajah datar yang mengartikan, jika pria itu tidak menerima bayi ini.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 14

    Dia tersenyum saat melihat Andres yang sedang tertidur nyenyak sembari memeluk lembut buah hatinya."Tuan Andres pasti merasa sangat lelah. Seharian menjalankan tugas dan menemaniku berbelanja untuk keperluan anakku," gumam Whindy sembari berjalan ke arah kasur busa.Karena anaknya tidak tidur di ayunan. Melainkan di kasur busa."Tuan Andres..." Whindy menepuk pelan lengan kekar pria itu.Beberapa detik kemudian, Andres membuka matanya. Lalu pria itu menatap ke arah Whindy."Astagfirullahaladzim," ucap Andre dengan raut wajah terkejutnya lalu mengubah posisi tiduran nya menjadi berdiri."Maafkan saya, Nyonya Whindy. Saya ketiduran saat menjaga baby boy," Andres menundukkan kepalanya, karena merasa sangat bersalah kepada istri majikan nya itu."Anda tidak salah, Tuan Andres. Saya yang harusnya minta maaf kepada anda, maafkan saya karena sudah membuat anda menunggu lama," ucap Windy merasa tidak enak hati kepada pria di hadapan nya yang masih menundukkan tubuhnya."Tidak, Nyonya. Ini bu

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 13

    "Benar yang di katakan suami saya, Pak Ergan. Ini memang sudah menjadi tradisi, anda tidak perlu merasa tidak enak hati kepada menantu kami," lanjut Hilda.Ergan merasa aneh dengan apa yang di katakan suami istri itu. Tapi dia hanya mengangguk saja, karena untuk menghormati tradisi di keluarga Avalon saja."Baiklah. Saya ingin lauk sayuran dan tempe goreng saja, Nyonya Whindy," ucap Ergan."Ini ada ayam goreng dan ayam bakar loh, Pak Ergan. Kenapa anda meminta tempe goreng," Hilda merasa heran kepada pria itu."Saya lebih suka tempe goreng, ketimbang ayam goreng ataupun ayam bakar, Nyonya Hilda. Karena saya sudah merasa bosan dengan ayam," jelas Ergan sembari tersenyum kepada Hilda.Wanita tua itu hanya mengangguk saja. Sedangkan Whindy mulai mengambilkan lauk yang di minta oleh Ergan. Wanita itu berjalan ke arah Ergan."Ini makanan nya, Pak Ergan. Silahkan di nikmati," ucap Whindy sembari tersenyum dan meletakan makanan nya di depan pria itu."Terima kasih, Nyonya Whindy. Maaf saya m

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 12

    Setelah sampai di lantai dua, Evan langsung berjalan ke kamarnya. Dia berjalan sedikit cepat.Ceklek.Pria itu membuka pintu kamar sedikit kasar, dia masuk ke dalam kamar dan.Brak!Evan menutup pintunya kencang."Astagfirullahaladzim, Mas Evan. Apa tidak bisa menutup pintunya dengan perlahan saja," ucap Whindy yang merasa sangat terkejut.Wanita itu sedang merias wajahnya di depan cermin meja rias. "Pak Ergan Alaska sudah datang, dia datang bersama aku. Ingat satu hal, awas saja jika kamu menunjukan bayi cacat itu ataupun bercerita tentang nya kepada Pak Ergan, aku tidak akan segan-segan menyakiti anak itu," jelas Evan yang mengancam Whindy lagi.Wanita itu hanya bisa menghela nafas lalu mengangguk."Namun, Mas," Whindy menatap suaminya dari pantulan meja riasnya."Apa?" tanya Evan sembari menaikan sebelah alis nya."Aku tidak mungkin meninggalkan anakku sendirian di kamar. Aku tidak tega," jawab Whindy.Jujur saja dia sangat khawatir jika meninggalkan anaknya sendirian di kamar ana

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 11

    Andres tersenyum dan merasa sangat terharu. Karena Whindy mendoakan dirinya begitu tulus."Aamiin, Nyonya. Apa ada hal yang bisa saya bantu lagi?" tanya Andres."Tidak ada, semuanya sudah selesai saya bereskan. Terima kasih atas bantuan nya," Whindy tersenyum kepada pria yang berdiri di hadapan nya itu."Baiklah. Jika begitu saya permisi terlebih dahulu," pamit Andres lalu mendekat ke arah Whindy."Sayang... Om pergi dulu ya. Jika kamu merasa kesepian dan membutuhkan teman bermain, pinta Mama mu untuk memanggil Om, nanti kita akan bermain bersama," jelas Andres sembari mengecup gemas pipi bayi itu.Bayi itu menggerakkan tangan nya untuk menjawab perkataan Andres. Whindy sangat terkejut melihat reaksi anaknya."Anak pintar. Jangan rewel ya " ucap Andres lalu berjalan ke arah pintu.Ceklek.Dengan perlahan Andres membuka pintu nya lalu keluar dari kamar. Tidak lupa pria itu menutup pintunya kembali dengan perlahan juga, karena takut bayi itu akan terkejut, jika dia tidak menutup pintuny

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 10

    Whindy menekankan matanya, dia berusaha menahan sirinya untuk tidak menangis. Andres merasa sangat terkejut mendengarkan perkataan Evan yang begitu kasar kepada Whindy."Kenapa Tuan Evan sangat berubah drastis, dulu dia sangat lembut kepada Nyonya Whindy. Tuan Evan juga sangat mencintai dan menyayangi Nyonya Whindy, apa ini gara-gara bayi tidak berdosa itu," batin Andres bertanya-tanya."Saya permisi ke kamar anak anda terlebih dahulu, Nyonya," pamit Andres."Baiklah," jawab Whindy singkat sembari menganggukkan kepalanya.Andres berjalan ke arah anak tangga lalu mulai menaiki anak tangga sedikit cepat. Sedangkan Whindy masih di tatap tajam oleh suaminya."Dia pasti sengaja pergi lama, Evan. Karena dia muak dengan kita," Hilda sengaja berbicara seperti itu.Evan menghela nafasnya lalu berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke arah istrinya."Nanti malam rekan bisnis ku akan ke sini, dia itu pria yang sangat-sangat sukses, terkaya juga di kalangan pembisnis, dia ke sini karena ingin menjen

  • Anakku Sangat Istimewa   Bab 09

    Bodyguard itu mulai menjalankan mobilnya ke arah rumah keluarga Avalon."Saya yang seharusnya minta maaf kepada anda, Nyonya. Saya sudah lancang memangil anda sayang dan dan mengaku-ngaku jika anda adalah istri saya di hadapan kedua satpam itu, saya mengerti Nyonya tidak nyaman," ucap Bodyguard itu menatap sekilas ke arah Whindy.Wanita itu tersenyum menatap pria yang sedang fokus menyetir itu."Jika saya merasa tidak nyaman. Pasti saya sudah mengatakan nya dari tadi, terima kasih, sudah membantu saya dan melindungi anak saya," Whindy menatap ke arah anaknya yang sedang tidur.Karena dia mendengar dengkuran kecil dan nafasnya teratur. Pria itu terkejut lalu dia melihat sekilas ke arah Whindy dan bayi itu, di usap lembut kaki bayi itu oleh Bodyguard."Apa Tuan muda sedang tidur, Nyonya? Dia anteng sekali, saat di tinggal anda berbelanja, dia juga sagat anteng, tidak rewel, saya sangat senang mengajaknya mengobrol," jelas Bodyguard tersenyum menatap ke arah jalanan."Benarkah? Syukurlah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status