Share

Bab 2

"Mas sudah pulang?" tanya Anggraini dengan senyum yang entah mengapa kali ini Teguh merasa seperti berbeda.

Teguh tak langsung menjawab.

"Apa ada yang salah? Apa mas melakukan suatu kesalahan?" tanya Teguh sembari menatap Anggraini dengan mata penuh selidik.

Anggraini tersenyum mencibir sambil geleng-geleng kepala.

"Apa sih, Mas? Kesalahan apa maksudnya?" tanya Anggraini sembari melingkarkan tangannya di leher Teguh.

"Senyummu sedikit berbeda," jawab Teguh apa adanya.

Anggraini semakin mengembangkan senyumnya. Lelaki yang hebat, sadar juga ternyata dia pada perubahan sikap Anggraini. Kebalikan dari Anggraini yang bahkan tak menyadari pengkhianatan Teguh selama ini.

"Berubah apanya?" tanya Anggraini semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Teguh dengan cara menggoda.

"Ehmm, ehmm. Apa istriku ini sedang ada maunya?" tebak Teguh sembari berdehem.

Anggraini tersenyum.

"Kok tahu sih kamu, Mas?" tanyanya dengan nada merajuk.

"Ya, taulah. Masa nggak? Kenal kamu sudah berapa lama?"

Anggraini melepaskan pelukannya.

"Benar juga sih. Kita sudah kenal hampir sepuluh tahun harusnya sudah saling mengenal luar dalam masing-masing." Anggraini manggut-manggut.

"Itu kamu tau."

"Jadi gimana nih? Bisa minta nggak?"

"Minta apa dulu?"

Anggraini menyunggingkan senyum.

"Minta anak boleh?" ucapnya spontan seperti menggoda.

Teguh mengernyitkan keningnya. Reaksinya di luar dugaan.

"Apaan?" protesnya terlihat tak suka.

Hal itu membuat Anggraini bertanya-tanya dalam hati. Tadinya dia berpikir jika dia menanyakan hal ini mungkin saja Teguh akan menunjukkan sikap seperti menyambut dengan bahagia godaannya.

"Astaga, reaksimu ?kok gitu amat, Mas. Biasa aja dong mukanya. Jangan ditekuk gitu. Aku cuma becanda," kata Anggraini seolah apa yang dia lakukan hanya untuk menggoda Teguh semata.

Teguh geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Anggraini itu. Sambil berjalan ke kamar mandi dia mengomel pada Anggraini.

"Becanda itu yang benar-benar lucu, bikin orang lain ketawa. Bukannya sebaliknya bikin orang lain kesal," tukasnya ketus seolah apa yang dilakukan oleh Anggraini itu adalah sebuah kesalahan besar.

"Iya, iya. Mas ada masalah apa sih dikerjaan? Kok kayaknya sensi banget. Padahal seriusan loh aku cuma becanda aja. Suer!" Anggraini mengangkat jarinya membentuk huruf V.

Teguh berhenti sejenak di depan kamar mandi. Ia membalikkan tubuhnya untuk berbicara dengan Anggraini yang berdiri di dekat tempat tidur.

"Kayaknya kamu deh yang punya masalah. Biasanya kamu nggak pernah bercanda seperti itu. Kamu kan tahu betapa seriusnya masalah kelahiran seorang anak dan dampak lahirnya manusia baru yang menambah padatnya populasi manusia di dunia. Kita kan sudah sepakat untuk tidak menjadi salah satu penyumbang penyebab over populasi tersebut. Ya kan?" omel Teguh menceramahi Anggraini.

Anggraini terdiam terpaku. Dalam hatinya ia menyahut omelan Teguh itu.

Aku sampai kemarin masih berpegang teguh dengan prinsip itu, Mas. Tapi kamu sudah berapa tahun ini melupakan prinsip itu dan memiliki anak dengan wanita lain di belakangku? Lalu maksudmu apa tidak ingin memliki anak denganku sementara dengan perempuan lain boleh? batinnya.

"Apalagi dengan sikapmu yang childish selama ini. Aku bahkan yakin kalau kamu punya innerchild yang bahkan mungkin tidak kamu sadari selama ini. Kamu yakin bisa membesarkan dan mendidik anak-anak itu dengan layak? Coba pikir ke arah sana!"

Anggraini tersinggung akan kata-kata Teguh kali ini. Dia kekanakan? Dan apa-apaan dia itu menyinggung masalah tentang innerchild segala? Harusnya Teguh tahu itu adalah isu sensitif yang tak seharusnya ia katakan kepada Anggraini.

"Apa maksud Mas mengatakan hal seperti itu? Aku meminta maaf, tapi Mas sudah melebar kemana-mana. Baiklah, biar aku perjelas. Aku tidak ingin memiliki anak. Jadi tidak perlu mengatakan hal apa pun yang membuatku tersinggung, apalagi itu sampai menyinggung masa laluku!" kecam Anggraini menunjukkan ketidaksukaannya.

Usai mengatakan itu Anggraini langsung berbalik badan meninggalkan Teguh.

Anggraini tahu dia memang punya innerchild yang sulit sembuh dalam dirinya. Omongan Teguh tak salah tentang itu. Ada jiwa seorang anak kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasanya. Sesuatu yang menjadi penyebab kenapa ia menjadi antipati terhadap makhluk mungil bernama anak-anak.

Saat Teguh selesai mandi, Anggraini benar-benar tak ada lagi di kamarnya. Wanita itu benar-benar merajuk sekarang. Ck, sangat merepotkan.

Ia menemukan Anggraini sedang berada di lantai bawah.

"Sayang, kamu masih marah karena aku membahas innerchild?" sapa Teguh dari atas tangga.

Anggraini berdecak.

"Maafkan aku karena sudah dengan lancang mengatakan hal itu tanpa memikirkan perasaanmu. Tapi harusnya kamu juga jangan terlalu sensitif seperti itu dong. Yang punya innerchild bukan hanya kamu, aku juga punya. Itu sebabnya kita tidak bisa punya anak. Kita tidak boleh melukai manusia baru yang tidak berdosa itu karena keegoisan kita. Kamu pun pasti mengerti tentang hal itu. Benar?"

Dalam hatinya Anggraini mengumpat meski ia mengulas senyum di bibirnya.

Ya, bagimu hanya aku yang tidak boleh punya anak. Sementara kau bisa, batin Anggraini dalam hati.

"Ya, aku tentu saja mengerti," jawab Anggraini dengan full senyum.

"Jadi kita baikan?" tanya Teguh to the point.

"Yap!"

"Kalau gitu sini donk, peluk dulu!"

Dari tangga, Teguh yang masing mengenakan handuk mandi itu melambaikan tangannya memanggil Anggraini.

Anggraini berjalan mendekat dengan gaya menggoda. Dia tahu pasti tak lama akan ada pertarungan yang panas di antara mereka. Seperti biasa yang selalu mereka lakukan selama ini sesaat setelah mereka baru saja berbaikan.

"Maafin aku, Mas. Sepertinya aku memang terlalu sensitif akhir-akhir ini," aku Anggraini sembari meletakkan tangannya melingkar dari perut hingga punggung pria itu.

Teguh membalas pelukan itu dan mengelus leher hingga punggung istrinya itu.

"Mau di atas atau di bawah?" tanyanya nakal.

"Atas saja. Di kamar lebih aman," bisik Anggraini.

"Ahsyiaaap!"

Teguh bak seorang pengantin baru segera membopong tubuh istrinya itu menaiki tangga menuju ke kamar mereka. Dia siap melakukan misi mulia menghapus kesalahan Anggraini.

Sesampainya mereka di kamar, Teguh pun segera meletakkan tubuh Anggraini di ranjang.

Percintaan mereka berlangsung sangat panas hingga saat semua akan tuntas, Teguh teringat sesuatu. Ia meninggalkan Anggraini yang polos menuju lemari hias dan mencari sesuatu di sana.

"Perasaan masih ada," gerutunya.

Anggraini di belakangnya menyunggingkan senyumnya. Sepertinya semua berjalan persis seperti apa yang diinginkannya.

"Nyari apaan sih?" tanya Anggraini pura-pura tidak tahu.

"Alat kontrasepsilah. Apa lagi?!" jawab Teguh masih sambil mencari.

"Nggak usah kali Mas. Aku juga udah pasang IUD kok," kata Anggraini lagi.

"Hah, masa? Kapan?" tanya Teguh kaget. "Perasaan kamu nggak pernah pakai IUD deh? Sejak kapan?" tanya Teguh dengan tatapan curiga.

Yang Teguh tahu selama ini untuk mencegah kehamilan pada Anggraini, istrinya itu selalu menggunakan kontrasepsi suntik progestin setiap tiga bulan sekali. Anggraini tidak punya keberanian melakukan pemasangan kontrasepsi IUD.

Anggraini duduk dan menatap Teguh dengan senyum.

"Sejak dua hari lalu. Aku temani Tiara ke klinik buat cek kandungan, terus kepikiran aja tanya-tanya tentang pasang IUD ke dokternya. Dokternya berhasil ngeyakinin aku, terus langsung pasang deh," jawab Anggraini.

Teguh mengernyitkan kening masih tak percaya.

"Sudah nggak usah ragu. Amaaan sekarang. Lanjut yuk!" ajak Anggraini sembari mengedipkan matanya nakal pada Teguh.

Teguh membatalkan niatnya mencari alat pengaman pria dari laci. Kemudian ia berbalik badan siap mendekati lagi Anggraini yang masih menunggu dengan manis di ranjang.

Anggraini sudah siap dengan semua rencananya dan hampir ia menang, namun ia terkejut saat Teguh menarik diri darinya.

"Kenapa?" tanya Anggraini tak suka.

Teguh menggelengkan kepala. Dia ragu pada istrinya ini.

"Maaf, Anggre. Tiba-tiba aku pusing dan merasa mual. Ah, jetlag ini benar-benar mengganggu moment manisku …huegghh!!"

Teguh berjalan cepat menuju ke kamar mandi seolah ia sedang menahan sesuatu keluar dari perutnya. Sementar itu Anggraini menatap tajam punggung Teguh yang hilang di balik pintu kamar mandi.

"Jetlag? Atau kau tidak percaya padaku?" gumam Anggraini kesal.

Sungguh alasan yang tidak masuk akal. Bahkan selama ini perjalanan 12 jam dalam pesawat pun mereka pernah tapi tak pernah sekalipun Anggraini melihat Teguh jetlag sampai ingin muntah seperti itu.

Mas, kau menguji kesabaranku dan membuat aku muak! umpat Anggraini dalam hati.

***

Bersambung…

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau itu cuman istri utk bersenang2 alias pelacur halal teguh. g usah sok2an hebat mau balas dendam kau njing. kau layak diperlakukan kayak sampah bahkan lebih rendah dari sampah dannpelacur.
goodnovel comment avatar
Bugenvil
Anggraini ini istri untuk disetubuhi. Yg satunya istrinya untuk dijadikan ibu dari anaknya. Barangkali Aini bisa memenuhi fantasi/ekspekasi seks Teguh, makanya dinikahi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status