Share

Pertemuan Yang Tak Terduga

"Hai!"

Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja.

Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?"

Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?"

Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"

Sambil menunggu balasan darinya, Angel kembali melanjutkan pekerjaan. Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya orang itu membalas, "Ini aku, Riki. Apakah kamu masih ingat?"

Angel terdiam. Dia mencoba mengingat sambil memejamkan kedua matanya, "Riki ... Riki ... Riki ..." Dia melafalkan nama tersebut secara berulang-ulang. Angel tersentak. Jantungnya berdebar kencang tak karuan. Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu.

***

Riki adalah cinta pertama Angel. Dia sosok pria misterius sekaligus membingungkan. Saat masih SMA, Angel sempat mengutarakan perasaannya kepada Riki, namun diabaikan.

Angel berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hati Riki. Dia seringkali mencari perhatian agar Riki memerhatikannya. Cara yang dilakukan Angel untuk mencuri perhatian memanglah berbeda dengan siswi lain pada umumnya. Dia belajar dengan giat supaya mendapatkan predikat juara umum di sekolah.

Perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada akhir semester, dia berhasil menjadi juara umum di sekolahnya. Namun sayang, usahanya itu tidak mampu meluluhkan hati Riki.

Riki tetap tidak memedulikannya. Pria itu malah mendekati April, sahabat Angel dan menjadikannya sebagai kekasih. Padahal, sahabatnya itu tidaklah secantik dan sepintar Angel.

Dari situlah semuanya menjadi kacau. April yang kini menjadi kekasih Riki, tiba-tiba memusuhinya tanpa alasan. Begitu juga dengan Riki, dia semakin membenci Angel dan tidak mau menyapanya sampai mereka lulus sekolah.

Sampai pada akhirnya, Angel menyerah. Setelah lulus SMA, dia mulai melupakan Riki. Butuh waktu lama bagi Angel untuk melupakan cinta pertamanya itu.

Dalam batinnya, dia selalu membandingkan pria yang berkenalan dengannya itu dengan Riki. Hal itulah yang membuat Angel seringkali gagal dalam menjalani hubungan.

Angel sering kali mengingatkan dirinya sendiri untuk melupakan sosok Riki di dalam pikirannya, "Ayolah Angel! Kamu harus melupakannya! Kamu harus ingat kalau dia itu membencimu! Ya, dia sangat sangat dan sangat membencimu!"

Seberapa keras Angel berusaha untuk melupakannya, namun Tuhan berkehendak lain. Takdir mempertemukan mereka kembali dengan cara yang tak terduga.

Mereka berdua bertemu pada saat Angel sedang mempromosikan jasa les privatnya di Mall. Saat itu, Angel mengenakan kostum Sailormoon. Tanpa merasa malu, dia membagikan brosur tersebut kepada orang-orang yang lewat sambil tersenyum ramah.

"Silakan dibaca brosurnya, Kakak. Barangkali ber ... " ucapannya terhenti ketika dia melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Angel terkejut. Ternyata, sosok itu adalah Riki.

Berbeda dengan biasanya, kali ini pria dingin itu terlihat ramah, "Hai Angel! Sudah lama ya kita tidak bertemu."

Deg ... Angel hanya terdiam, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia menggeleng-gelengkan kepala. Batinnya berkata, "Hah, tidak ... tidak mungkin. Pasti penglihatanku salah. Dia bukanlah Riki. Ya, bukan. Dia tidak mungkin ramah seperti itu."

Riki heran melihat Angel menatapnya tajam seperti itu. "Kamu kenapa Angel? Kamu udah lupa sama aku? Ini aku, Riki."

Mendengar hal itu, Angel lari dari hadapannya. Dia melepas kedua sepatu haknya agar bisa lari dengan sangat cepat. Secara spontan, Riki pun mengejar wanita itu sambil memanggil namanya, "Angel berhenti! Jangan lari!"

Wanita itu tidak menghiraukan teriakan cinta pertamanya itu. Dia terus berlari, berlari, dan berlari, berusaha menghindar dari hadapan pria dingin itu. Dia tidak mau kenangan buruk itu hadir kembali di dalam benaknya.

Namun sayang, Riki mampu mengejarnya. Pria itu meraih tangan Angel. Seketika membuat wanita itu berhenti berlari. Kemudian menarik tangannya, lalu membalikkan tubuh wanita itu ke hadapannya. 

"Gel ... tunggu! Heuh ... kamuh ... kenapah lari pas ketemu akuh? Emang akuh salah ya nyapa kamuh?" tanya Riki dengan nafas yang terengah-engah. Angel tidak menjawab. Dia memalingkan wajah ke arah lain, karena dia enggan menatap Riki.

Kemudian, Riki teringat akan sesuatu, " Oh aku tahu. Kamu pasti masih marah kan sama aku, gara-gara kejadian waktu dulu?" Wanita itu tetap saja diam, tidak membuka suara sedikit pun. Meskipun begitu, Riki tak peduli. Dia masih melanjutkan pembicaraannya.

"Aku merasa bersyukur banget bisa ketemu kamu di sini. Sebelumnya, aku mau minta maaf atas perlakuan burukku pas sekolah. Sebenernya, aku nggak bermaksud untuk berbuat seperti itu sama kamu, hanya saja ... " tiba-tiba, Riki menghentikan perkataannya dan itu berhasil membuat Angel penasaran.

"Hanya apa? Ngomong kok setengah-setengah?" tanya Angel dengan sinisnya sambil berkacak pinggang.

Sejenak Riki terdiam. Dia menghela nafas kemudian menjelaskan secara panjang lebar, "Hanya saja aku merasa tidak pantas jika dirumorkan denganmu. Kamu itu murid berprestasi, sedangkan aku ... hanya murid bodoh. Orang-orang mengenalku hanya karena modal tampang dan kekayaan orang tua. Menurutku, itu bukanlah hal yang istimewa. Jadi, saat itu aku berpikir, lebih baik aku menghindarimu."

Riki menambahkan bahwa sejak saat itu dia diselimuti rasa bersalah. Butuh waktu dua tahun baginya untuk mencari informasi mengenai Angel. Dia bertanya ke beberapa temannya, namun sayang mereka sama sekali tidak tahu.

Riki merasa frustrasi. Sejak saat itu, dia pun pasrah. Sampai pada akhirnya, dia sangat bersyukur dan senang karena telah menemukan Angel dengan cara yang tak terduga.

***

Riki mengajak Angel makan berdua di sebuah foodcourt favoritnya, yang berada di Jalan RE. Martadinata. Setibanya di sana, pria dingin sekaligus menyebalkan itu memesan makanan favoritnya yaitu sate. Sedangkan Angel memesan tomyum seafood.

Sambil menunggu makanan, keduanya berbincang seperti biasa dan tak terlihat canggung sama sekali. 

"Oh ya Gel, kenapa tadi kamu menyebarkan brosur les privat? Apa kamu sedang tidak bekerja?" tanya Riki penasaran.

"Untuk sementara, aku tidak bekerja dulu. Ya bisa dibilang rehat sejenaklah. Meskipun begitu, aku bukanlah seorang pengangguran karena masih tetap fokus dan sibuk dengan rutinitasku." jawab Angel dengan santainya.

Riki terkekeh mendengar jawabannya, "Selain pintar secara akademis, ternyata kamu itu pintar menyangkal juga ya." 

Angel tersenyum, "Iya begitulah. Tapi ada juga loh, orang yang lebih pintar menyangkal, bahkan sampai bertahun-tahun selain aku?"

Riki bertanya-tanya, "Oh ya? Siapa orangnya?"

Angel mengarahkan jari telunjuknya ke arah Riki, "Kamu."

Pria dingin itu pun tertawa terbahak-bahak. "Ah kamu bisa saja."

Tak lama kemudian, pesanan datang. Mereka menghentikan obrolan sejenak demi menikmati makanan yang telah dipesan. Secara kebetulan, foodcourt tersebut mengadakan acara nonton bareng (nobar) pertandingan bola.

Riki menepuk jidatnya, "Oh iya, aku baru inget kalau malam ini ada pertandingan Persib lawan Persija. Gel, nggak apa-apa kan kamu pulang agak malem? Aku mau nonton bola dulu di sini. Nanti kalau udah selesai, aku bakal antar kamu pulang."

Sebenarnya Angel merasa keberatan, tapi apa boleh buat, "Ya udah kita nonton bola dulu. Habis itu jangan lupa anter aku pulang!" 

Riki mengangguk, "Iya aku janji."

Suasana yang awalnya hening pun berubah menjadi riuh dan penuh sorak ketika pertandingan dimulai. Angel celingak celinguk melihat keadaan sekitar.

"Ternyata, semua orang yang ada di sini pada ngedukung Persib ya?" celetuk Angel.

"Lah! Memangnya kamu ngedukung siapa?" tanya Riki heran.

"Kayaknya Persija."

Secara refleks, Riki menutup mulut Angel.

"Ssuut ... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Kalau mereka tahu bahwa kamu itu ngedukung Persija, bisa-bisa kamu diserang sama fans fanatiknya Persib."

Angel bengong, "Oh gitu, maaf aku nggak tahu sama sekali soal itu." 

Riki tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Ya udah nggak apa-apa, Gel. Lagian wajar kok kalau kamu nggak tahu, karena kebanyakan cewek nggak pada suka bola."

Angel menanggapi hanya dengan senyuman.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21.23. Satu per satu orang meninggalkan foodcourt dengan rasa kecewa. Ternyata Persija berhasil mengalahkan Persib dengan skor 4-2.

Riki pun menggerutu, "Yah, Persib kalah. Padahal tadi pemainnya pada bagus-bagus tuh, cuma sayang banget salah formasi mereka tuh. Harusnya ... "

Angel mencoba menenangkan, "Udahlah namanya juga pertandingan. Menang atau kalah itu hal biasa."

Riki mengiyakan. Kemudian, Angel menagih janji kepada Riki untuk mengantarnya pulang. 

Sesampainya di rumah, Riki berterima kasih kepada Angel karena telah menemaninya seharian. Sebelum berpamitan, dia memberi sesuatu kepada wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status