Share

Jadi Primadona

"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.

Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.

Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik.

"Siapa ya wanita cantik itu?"

"Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh."

"Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?

"Emang dia bakal betah kerja di sini?"

"Entahlah, sepertinya dia akan menjadi bulan-bulanan Pak Joko selanjutnya."

"Hei kalian yang di sana! Bukannya kerja malah bergunjing. Cepat selesaikan pekerjaan kalian!" tegur Bu Vanya dengan tegasnya. Mereka semua pun kembali fokus pada pekerjaannya.

"Jangan dengarkan perkataan mereka ya Angel! Mereka memang tidak sopan seperti itu, jadi harap dimaklum ya!" ujar Bu Vanya.

Angel tidak mempermasalahkan hal tersebut, "Oh iya Bu, tenang saja. Saya tidak terlalu memerhatikan mereka, karena sedang fokus mendengarkan penjelasan dari Bu Vanya." ucap Angel sambil tersenyum. Kemudian, mereka lanjut berkeliling.

Selesai berkeliling, Bu Sekretaris memberi Angel sebuah map. Angel membuka map tersebut. Map itu berisikan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan deskripsi pekerjaan. Angel tertegun. Ternyata, banyak sekali tugas-tugas yang harus dikerjakan olehnya.

Dibacalah lembaran-lembaran tersebut oleh Angel. Bukan Angel namanya kalau dia tidak menggerutu dan mengeluh. Dia merasa pekerjaannya itu terlalu berat. Seharusnya seorang prialah yang cocok untuk posisi ini, bukan dirinya.

"Kalau saja ini bukan permintaan Ibu, mungkin sekarang aku sudah kabur dari sini." gumam Angel.

***

"Bagaimana hari pertama kamu kerja? Apakah kamu merasa kesulitan?" tanya Ibu dengan antusias sambil mengelus kepala Angel dengan lembut. Angel pura-pura memasang wajah ceria. Padahal di dalam hatinya, dia sama sekali merasa tidak nyaman selama bekerja di sana. Akan tetapi, dia tidak mau mengecewakan ibu tersayangnya itu.

"Ah ... tidak ada masalah Bu, semuanya berjalan dengan baik." jawab Angel.

"Oh, syukurlah kalau begitu. Lalu, bagaimana dengan teman kerjamu di sana? Apakah mereka berlaku baik kepadamu?" tanya Ibu yang masih penasaran.

Angel ragu-ragu menjawabnya, "Oh ... ehmm ... itu ... aku tidak sempat mengobrol dengan teman-teman, dikarenakan banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari itu juga. Kalau aku sudah senggang, mungkin aku akan mencoba beradaptasi dengan mereka."

Di tengah-tengah percakapan antara Angel dengan ibunya, tiba-tiba ponsel Angel yang tergeletak di atas meja berbunyi. Sekilas, ibu melihat nama 'Riki' tertera di layar ponsel. Ternyata, dia yang menghubungi Angel.

Angel segera menjawab panggilan tersebut, "Halo Riki!"

Ibu menatap Angel dengan tatapan sinis. Nampaknya, dia tidak suka melihat anaknya berhubungan dengan Riki. Merasa tidak nyaman karena diperhatikan oleh ibunya, Angel pun masuk ke dalam kamarnya.

Dia melanjutkan percakapannya dengan Riki yang sempat terputus. "Iya Ki, ada apa?"

"Mengapa hari ini kamu tidak datang ke kantorku?" tanya Riki agak kecewa.

Angel meminta maaf terlebih dahulu karena telah melanggar janji. Kemudian, dia mengutarakan alasannya, "Aku terpaksa ngebatalin janji, karena ibu bersikeras menyuruhku bekerja di PT. Segar Food. Kalau aku tidak menuruti permintaannya, nanti disebut anak durhaka lagi."

Riki memahami situasi yang telah dihadapi oleh Angel. Dia pun tidak terlalu mempermasalahkannya. "Oh ya, bagaimana kerjaannya?"

Angel mengatakan yang sejujurnya bahwa dia sangat tidak nyaman bekerja di PT. Segar Food. Dia merasa ada yang janggal di dalam perusahaan tersebut. Riki mencoba menepis pemikiran buruk temannya itu, "Sepertinya itu hanya perasaan kamu saja, Gel. Sudah ... kamu jangan berpikir yang aneh-aneh! Jalani saja dulu!"

"Ya, mau bagaimana lagi? Mau nggak mau, aku harus tetap menjalaninya." ujar Angel dengan nada sedikit malas.

Berhubung percakapan mereka sudah selesai, Angel pun menutup teleponnya. Tak terasa, mereka telah menghabiskan waktu untuk mengobrol selama satu jam. Wanita itu pun merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit dengan tatapan kosong, kemudian terlelap.

***

Angel sudah berada di tempat kerja sekitar pukul tujuh pagi. Dia tipikal orang yang disiplin, sehingga dia tidak pernah telat masuk kerja.

Diraihnya beberapa kertas dan pena yang terletak di atas meja kerjanya untuk mengabsen. Salah satu tugasnya yaitu mengecek kehadiran karyawan. Setelah itu, dia mengecek barang-barang yang akan dikeluarkan. Meskipun baru dua hari bekerja, Angel sudah paham akan tugas-tugasnya.

Selama bekerja, para pekerja pria banyak yang menggodanya. Hal itu membuat Angel merasa risih. Ingin sekali dia marah, akan tetapi dia merasa masih anak baru di perusahaan itu. "Tenang Gel, belum waktunya kamu memperlihatkan sifat aslimu." batin Angel.

Para pekerja wanita tidak menyukai kehadiran Angel. Mereka merasa tersaingi karena Angel lebih unggul dari mereka. Namun, ada salah satu pekerja yang masih bersikap ramah dengan Angel. Dia bernama Arni.

Ketika jam istirahat, Arni mendekati Angel. Pertama-tama mereka berkenalan. Kemudian, Arni menanyakan alasan Angel bekerja di sini. Dia sangat menyayangkan wanita cantik itu bekerja di PT. Segar Food. Angel hanya tersenyum dalam menanggapinya. Dia tidak mau terlalu akrab dengan para pekerja.

Arni memeringati Angel untuk berhati-hati selama bekerja, karena di sini tempatnya agak rawan. Selain itu, seringkali pekerja di sana merasakan aura mistis selama bekerja. Angel tidak terlalu menghiraukan ucapannya. Wanita itu berpikir bahwa Arni sedang menakut-nakutinya supaya dirinya tidak betah bekerja di PT. Segar Food.

***

Sepulang kerja, Angel menceritakan semua yanh terjadi di tempat kerjanya kepada ibu tersayangnya. Seperti biasa, Ibu mendengarkannya dengan antusias.

Di saat Angel sedang serius bercerita, tiba-tiba Ibu bersikap aneh. Hal itu membuat Angel bertanya, "Ada apa Bu?"

Ibu menghela napas dalam-dalam. Setelah itu, barulah dia membuka suara, "Angel, tidak terasa ya, kamu sudah menginjak usia 24 tahun ..."

Angel mengerutkan keningnya, "Ya ... terus? Ada apa dengan usia 24 tahun, Bu?"

Jantungnya berdebar kencang. Dia takut kalau ibunya mengucapkan sesuatu hal yang tidak diinginkan. Sebenarnya, dia benar-benar belum siap mendengar kelanjutan ucapan dari ibunya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status