Share

Inikah Rasanya Menjadi ...

Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah.

Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ...

"Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel.

Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan muak.

"Mohon maaf Pak. Saya sudah tidak tahan lagi dengan perangai istri Bapak. Saya sudah lelah dituduh dan difitnah oleh istri Bapak. Saya mohon Anda mengerti." Angel menangis sejadi-jadinya.

Pak Sopian merasa tak tega melihat Angel menangis seperti itu. Dia pun meminta maaf kepada Angel atas kesalahan istrinya.

Akhirnya dia mengizinkan Angel untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Selain itu, dia juga memberikan biaya kompensasi kepada Angel.

Angel segera mengemasi barang-barangnya. Dia memastikan bahwa tidak ada satu barang pun yang tertinggal. Dengan tergesa-gesa dia pergi meninggalkan perusahaan. Dadanya terasa sesak jika terus berada di sana.

***

Angel beristirahat untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Dia masih belum siap untuk melamar kerja di perusahaan lain.

Beberapa hari kemudian, dia merasa kondisinya sudah pulih. Dia merasa kalau jadi pengangguran itu ternyata tidak enak.

Merasa bosan, dia pergi keluar untuk menghirup udara segar di pagi hari. Rasanya sudah lama dia tak merenggangkan tubuhnya.

Dia pergi ke salah satu taman yang dekat dengan rumahnya. Ketika sedang jogging, secara tak sengaja ia bertemu dengan Ferdi di Taman Cikondang.

Dia menyapa Ferdi, begitu juga sebaliknya. Mereka berhenti dan mencari tempat duduk yang teduh. Akhirnya, mereka duduk di bawah pohon yang dekat dengan air mancur.

Ferdi menanyakan apakah Angel masih bekerja di distributor alat kecantikan. Dia menjawab kalau sekarang dia sudah menjadi pengangguran.

Ferdi menanyakan alasannya. Angel sedikit ragu untuk bercerita, jadi dia hanya memberi sedikit gambaran atas kejadian yang telah menimpanya.

Ferdi teringat akan sesuatu, "Oh ya Gel, sebelumnya aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu. Aku minta maaf karena nggak sempet datang ke pemakaman."

Angel tersenyum sambil menepuk pelan tangan Ferdi, "It's okay Fer. Cukup kirim doa aja buat ayah aku." 

Angel bertanya balik mengenai kesibukan Ferdi akhir-akhir ini. "Kalau kamu sibuk apa Fer sekarang-sekarang?"

"Ya seperti biasa, aku sibuk mengurus ketampananku sendiri." gurau Ferdi.

"Masa sih? Coba aku lihat!" ucap Angel sambil mendekati wajahnya ke arah Ferdi.

Ferdi merasa canggung. Karena itu, dia menggunakan satu tangannya untuk menutup wajah Angel agar menjauh dari hadapannya.

"Aduh ... apa-apaan kamu ini?" Angel menggerutu.

Ferdi terkekeh, "Udah jangan deket-deket! Nanti kena virus lagi."

"Huh ... sembarangan. Oh ya, Fer, kamu punya info lowongan kerja nggak?"

Ferdi menjawab kalau dia tidak memiliki info lowongan kerja. Angel kecewa mendengarnya. Akan tetapi, Ferdi menawarkan suatu pekerjaan sampingan kepada Angel, yaitu membuat artikel.

Ferdi tahu bahwa selama sekolah, Angel selalu mendapat nilai bagus di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dia menawarkan pekerjaan tersebut kepada Angel.

Sistem kerjanya yaitu Angel harus menulis artikel sesuai dengan permintaan Ferdi. Dalam sehari, dia harus kerjakan maksimal 5 artikel. Bayaran yang ditawarkan memang tidak seberapa, namun apabila Angel rutin mengerjakannya, pendapatannya akan jauh lebih besar.

Angel berpikir sejenak mengenai tawaran Ferdi. Mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, mereka saling bertukar nomor ponsel.

Sesampainya di rumah, Angel dihubungi Ferdi. Dia meminta Angel untuk membuat artikel tentang "Bagaimana Menjadi Penulis Novel Yang Handal?" Dari situlah, Angel memulai proyeknya dengan Ferdi.

Baru sebulan proyek berjalan, Angel mendapat penghasilan yang lumayan besar. Dia pun jadi ketagihan dan semakin gencar membuat artikel. Dia pun mengajukan beberapa idenya kepada Ferdi.

Lambat-laun, Angel merasa kalau penghasilannya itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah adiknya. Dia juga ingin melanjutkan kuliahnya kembali supaya dia cepat lulus sarjana. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Jakarta.

***

"Kak Angel, gimana sih cara mengerjakan soal yang ini?" pinta Sasha, adik Angel, sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan soal matematika.

Angel melihat kertas itu. Dia meraih kertas lalu mengerjakan soal tersebut. Tidak butuh lama, Angel selesai mengerjakannya. Sasha terkagum-kagum melihat kakaknya yang begitu cerdas.

Sasha memiliki ide, "Oh iya ... Kak Angel kan pinter matematika. Gimana kalau Kakak buka les privat gitu? Lumayan kan kalau Kakak punya banyak murid. Selain untuk ngebiayain aku, Kakak juga bisa lanjut kuliah lagi."

"Ehmm ... boleh juga idemu, Sha. Okay deh, nanti Kakak coba."

Angel memasang sebuah kertas yang bertuliskan "Les Privat" di depan rumahnya. Dia juga memberikan selebaran-selebaran kepada para siswa SD dan SMP. Dia berharap semoga sebagian dari mereka ada yang berminat.

Ternyata, mendapatkan klien itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sudah 5 hari Angel belum juga mendapatkan murid. Angel pasrah dan tidak terlalu berharap. 

Akhirnya, dia melakukan sesuatu di luar dugaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status