Share

Part 07

Terbiasa dengan kehidupan serba minimalis dan ala kadarnya, tidur beralas sehelai karpet adalah bukan persoalan yang besar. Menyadari siapa dirinya, Ann tidak banyak menuntut atau mengeluh. Dia beraksi biasa saja, kemudian kakinya melangkah pada anak yang sedang menulis di sebelahnya. “Bolehkan aku minta beberapa lembar buku tulis dan pinjam pencil?” pinta Ann sedikit memelas.

Teman sekamarnya ini membuka lacinya, lalu mengeluarkan buku dan pensil, “Ini, buatmu saja!” ucapnya datar. Ann mengambil buku tersebut dan berterima kasih.

Kemudian, Ann duduk di kursi belajarnya lalu menulis kembali materi-materi yang diujikan waktu dia ulangan pelulusan. Kendatipun tidak yakin kalau besok akan diuji dengan soal yang sama.

Melihat itu, Angela dan Belle penasaran dengan apa yang Ann tulis, “Kamu menulis apa?” tanyanya sambil menengok ke arah buku.

“Aku menulis, operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat, membandingkan bilangan pecahan, mengingat kembali bilangan berpangkat bulat positif, kelipatan persekutuan terkecil dan factor persekutuan terbesar. Juga menulis dan mengingat, konsep, sifat-sifat, operasi himpunan dan bentuk aljabar. Nih, coba lihat!” terang Ann sambil memberikan hasil tulisannya.

Belle meraihnya dengan kasar, “Bagaimana kamu tahu ini?” tanyanya setelah memeriksanya sambil melempar buku tepat ke wajah Ann.

Ann menjawab sangat datar, “Apakah kamu tidak ingat dengan soal-soal dan materi di kelas enam?”

Kemudian, Ann pun segera mengalihkan kembali kefokusannya pada apa yang ada di dalam isi kepalanya. Sedangkan Belle dan Angela hanya saling menatap satu sama lain. Lalu, kembali ke tempatnya.

“Bagaimana dia bisa mengerti semuanya? Apakah di sekolah The West telah diajarkan?” ujar Angela terheran.

Belle segera menghubungi saudara Ibunya yang mengajar di sekolah The West. “Halo Paman, apakah benar di sekolah tempat mengajar paman siswa yang lulus kemarin sudah belajar matematika…” perkataan Belle terhenti karena dia lupa apa yang Ann tulis.

“Pasti belajar matematika lah Belle! Murid Paman yang bernama Ann Arthurian, bahkan belajar lebih dari materi tingkatannya. Dia sudah hafal dengan konsep dan sifat-sifat himpunan dan bentuk aljabar yang terdiri dari konstanta, variable dan koefisien yang dihubungkan melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan dan pengakaran. Itu sebetulnya untuk anak kelas 7. Emang kenapa?” Paman Belle menjelaskan diakhiri dengan pertanyaan.

Paman Belle itu ternyata Adrian, dia pun mengingat muridnya, Ann. 'Di mana kamu Ann, aku kemarin ke rumahmu agar kamu ikut test sekolah tidak berbayar,' ucapnya dalam senyap. Adrian tidak tahu kalau sepupunya satu asrama dengan Ann untuk ikut olimpiade matematika. Sedangkan Adrian sendiri merekomendasikan agar Ann masuk ke Sebuah Yayasan tidak berbayar.

Belle yang masih di ujung telepon genggamnya menyahut, “Oh, begitu Paman. Baiklah, terima kasih banyak informasinya!”

KLIK!

Telepon pun dimatikan, lalu Belle pun menghampiri Angela yang sedang sibuk mencari-cari materi tersebut.

“Betul, dia bahkan memahami lebih dari materi!” ujar Belle sambil menghela napas pendek.

Angela menjawab, “Cepat bantu aku mencarinya, kalau dia anak orang miskin saja bisa, kenapa kita tidak?”

Belle yang sudah mengantuk dan pasrah, dia tidak menjawab sepatah kata pun malah merebahkan badannya sambil menarik selimut. Selang beberapa saat dia pun sudah pulas dan terdengar dengkurannya.

Angela mengangkat bibir kirinya melihat kelakuan temannya ini. Sedangkan matanya melihat pada Ann yang masih konsentrasi .

***

Pagi-pagi sekali suster Maria menyalakan bel. Bel tersebut seperti suara peringatan akan ada kebakaran.

TRING! TRING!

Sontak saja suara yang baru diketahuinya itu, membuat Ann tergesa-gesa meraih buku materi matematika di atas meja belajar lalu berlari ke luar kamarnya. Sedangkan mulut mungilnya berteriak-teriak, “Kebakaran…kebakaran….”

Bump!

Brug!

Badan Ann menabrak tubuh besar Maria yang sedang berdiri di tengah-tengah pintu hingga tersungkur ke pojok meja sudut. Karena pantulannya begitu kencang, itu membuat teman-teman yang sudah terbangun menertawakannya.

Baru saja Maria hendak meraih badan Ann, tiba-tiba Nancy yang sudah berdiri di pinggir tempat tidur berbicara, “Ann, kamu semalam tidur di lantai?”

Ann berusaha berdiri pelan sambil tertatih-tatih menghampiri Nancy, “Iya, Ann tidur di lantai semalam dan tidak masalah, Kak." Jelasnya dengan napasnya yang turun naik.

"Sekarang tidak ada kebakaran ‘kan?" tanya Ann polos.

Bibir Nancy menyungging senyum lebar, tangannya mengelus lutut Ann yang pincang, “Tidak sayang, itu bunyi bel pertanda kalian harus bangun, mandi dan berdoa.” Jelasnya sambil meraih buku yang dipegangnya. “Ini punya siapa? Kenapa Ann tidur di lantai? Kasur Ann di mana?” sederet pernyataan diucapkan Suster Nancy.

Ann segera menjelaskan semuanya tanpa ada yang disembunyikan. Setelah mendengar penjelasan Ann, Nancy mengernyitkan dahi, pandangannya mengarah pada Maria. Sedangkan Maria pura-pura tidak mengetahuinya, dia langsung berkata dengan keras sekali, “Kalian semua bangun! Segarkan badan, lalu ke ruang ibadah. Cepat!” Maria pun tergesa-gesa pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan.

Melihat gelagat Maria seperti itu, Nancy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Suster Nancy akan mencari tahu siapa yang melakukan ini, Ann jangan khawatir!” jelasnya sambil ke luar dari kamar dan dengan cepat masuk ke dalam ruangan ketua yayasan.

Pintu diketuk dua kali, dari dalam ketua yayasan menyahut, “Masuklah!”

Nancy berdiri di depan dan berbisik tepat di kuping Ketua Yayasan, “Madam, kejadian tahun lalu kembali terjadi!”

Mendengar itu, Madam Julia Anastasia menyorotkan pandangannya, “Faktor kompetisi dan takut tersaingi memang sangat menakutkan!” ucapnya sambil beranjak berdiri, lalu dia pun ke luar dari ruangannya diikuti oleh Nancy.

Langkah Julia ke ruangan kamar Ann. Begitu sampai, kasur sudah tertata rapi dan setumpuk buku sudah ada di atas meja Ann. Melihat itu, mata Nancy terbelalak. Tangannya memuyu-muyu seakan meyakinkan kalau itu adalah kenyataan.

Julia menghela napas, “Kamu mungkin kurang tidur Nancy,” ucapnya datar sambil menepuk pundaknya dan meninggalkannya.

Sejenak Nancy terpaku, lalu dengan cepat pergi ke luar dari kamar walaupun masih tidak percaya dengan kejadian yang barusan terjadi. Dia pun bersiap-siap di ruang berdoa, tatapannya pada Maria yang sedang merapikan anak-anak. Mata Nancy berkeliling mencari Ann, dia pun memeriksa setiap anak, tapi dia tidak menemukannya. “Suster Maria, Ann mana?” tanyanya. Maria mengangkat bahunya, mempertandai kalau dirinya tidak mengetahui.

‘Ann di mana?’ ucapnya dalam senyap sambil ke luar dari ruangan.

-Dua puluh menit yang lalu-

Setelah kepergian Nancy ke ruangan Madam Julia, Maria dengan cepat mengambil kasur busa dan buku-buku yang disembunyikan di dalam gudang sebelah. Dia mengetahui kalau Julia sudah mengetahui kejadian ini. Maria pun takut kalau Julia akan segera memecatnya. Karena kejadian tahun lalu pun adalah ulah persengkongkolannya dengan siswa yang telah membayarnya.

Sesudahnya, Maria segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyeret tangan Ann ke dapur untuk membantunya membuat sarapan, bermaksud agar Ann telat berdoa dan tertinggal ke tempat olimpiade.

-Flashback off-

Tiba-tiba Ann ke luar dari dapur dalam keadaan belum mandi. “Ann, kamu belum siap-siap?” tanya Nancy.

Baru saja Ann hendak membuka mulutnya, Maria yang sudah ada di belakang Nancy memasang muka garang, itu membuat Ann mengurungkan perkataannya.  “Cepat mandi, lalu masuk ke ruang berdoa!” titah Nancy tegas.

Ann mempercepat langkahnya masuk ke kamar mandi, dari luar Maria tersenyum sinis sambil melepas kunci yang terkait dari dalam.

Cetrek!

Pintu kamar mandi dikunci dari luar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status