Terbiasa dengan kehidupan serba minimalis dan ala kadarnya, tidur beralas sehelai karpet adalah bukan persoalan yang besar. Menyadari siapa dirinya, Ann tidak banyak menuntut atau mengeluh. Dia beraksi biasa saja, kemudian kakinya melangkah pada anak yang sedang menulis di sebelahnya. “Bolehkan aku minta beberapa lembar buku tulis dan pinjam pencil?” pinta Ann sedikit memelas.
Teman sekamarnya ini membuka lacinya, lalu mengeluarkan buku dan pensil, “Ini, buatmu saja!” ucapnya datar. Ann mengambil buku tersebut dan berterima kasih.
Kemudian, Ann duduk di kursi belajarnya lalu menulis kembali materi-materi yang diujikan waktu dia ulangan pelulusan. Kendatipun tidak yakin kalau besok akan diuji dengan soal yang sama.
Melihat itu, Angela dan Belle penasaran dengan apa yang Ann tulis, “Kamu menulis apa?” tanyanya sambil menengok ke arah buku.
“Aku menulis, operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat, membandingkan bilangan pecahan, mengingat kembali bilangan berpangkat bulat positif, kelipatan persekutuan terkecil dan factor persekutuan terbesar. Juga menulis dan mengingat, konsep, sifat-sifat, operasi himpunan dan bentuk aljabar. Nih, coba lihat!” terang Ann sambil memberikan hasil tulisannya.
Belle meraihnya dengan kasar, “Bagaimana kamu tahu ini?” tanyanya setelah memeriksanya sambil melempar buku tepat ke wajah Ann.
Ann menjawab sangat datar, “Apakah kamu tidak ingat dengan soal-soal dan materi di kelas enam?”
Kemudian, Ann pun segera mengalihkan kembali kefokusannya pada apa yang ada di dalam isi kepalanya. Sedangkan Belle dan Angela hanya saling menatap satu sama lain. Lalu, kembali ke tempatnya.
“Bagaimana dia bisa mengerti semuanya? Apakah di sekolah The West telah diajarkan?” ujar Angela terheran.
Belle segera menghubungi saudara Ibunya yang mengajar di sekolah The West. “Halo Paman, apakah benar di sekolah tempat mengajar paman siswa yang lulus kemarin sudah belajar matematika…” perkataan Belle terhenti karena dia lupa apa yang Ann tulis.
“Pasti belajar matematika lah Belle! Murid Paman yang bernama Ann Arthurian, bahkan belajar lebih dari materi tingkatannya. Dia sudah hafal dengan konsep dan sifat-sifat himpunan dan bentuk aljabar yang terdiri dari konstanta, variable dan koefisien yang dihubungkan melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan dan pengakaran. Itu sebetulnya untuk anak kelas 7. Emang kenapa?” Paman Belle menjelaskan diakhiri dengan pertanyaan.
Paman Belle itu ternyata Adrian, dia pun mengingat muridnya, Ann. 'Di mana kamu Ann, aku kemarin ke rumahmu agar kamu ikut test sekolah tidak berbayar,' ucapnya dalam senyap. Adrian tidak tahu kalau sepupunya satu asrama dengan Ann untuk ikut olimpiade matematika. Sedangkan Adrian sendiri merekomendasikan agar Ann masuk ke Sebuah Yayasan tidak berbayar.
Belle yang masih di ujung telepon genggamnya menyahut, “Oh, begitu Paman. Baiklah, terima kasih banyak informasinya!”
KLIK!
Telepon pun dimatikan, lalu Belle pun menghampiri Angela yang sedang sibuk mencari-cari materi tersebut.
“Betul, dia bahkan memahami lebih dari materi!” ujar Belle sambil menghela napas pendek.
Angela menjawab, “Cepat bantu aku mencarinya, kalau dia anak orang miskin saja bisa, kenapa kita tidak?”
Belle yang sudah mengantuk dan pasrah, dia tidak menjawab sepatah kata pun malah merebahkan badannya sambil menarik selimut. Selang beberapa saat dia pun sudah pulas dan terdengar dengkurannya.
Angela mengangkat bibir kirinya melihat kelakuan temannya ini. Sedangkan matanya melihat pada Ann yang masih konsentrasi .
***
Pagi-pagi sekali suster Maria menyalakan bel. Bel tersebut seperti suara peringatan akan ada kebakaran.
TRING! TRING!
Sontak saja suara yang baru diketahuinya itu, membuat Ann tergesa-gesa meraih buku materi matematika di atas meja belajar lalu berlari ke luar kamarnya. Sedangkan mulut mungilnya berteriak-teriak, “Kebakaran…kebakaran….”
Bump!
Brug!
Badan Ann menabrak tubuh besar Maria yang sedang berdiri di tengah-tengah pintu hingga tersungkur ke pojok meja sudut. Karena pantulannya begitu kencang, itu membuat teman-teman yang sudah terbangun menertawakannya.
Baru saja Maria hendak meraih badan Ann, tiba-tiba Nancy yang sudah berdiri di pinggir tempat tidur berbicara, “Ann, kamu semalam tidur di lantai?”
Ann berusaha berdiri pelan sambil tertatih-tatih menghampiri Nancy, “Iya, Ann tidur di lantai semalam dan tidak masalah, Kak." Jelasnya dengan napasnya yang turun naik.
"Sekarang tidak ada kebakaran ‘kan?" tanya Ann polos.
Bibir Nancy menyungging senyum lebar, tangannya mengelus lutut Ann yang pincang, “Tidak sayang, itu bunyi bel pertanda kalian harus bangun, mandi dan berdoa.” Jelasnya sambil meraih buku yang dipegangnya. “Ini punya siapa? Kenapa Ann tidur di lantai? Kasur Ann di mana?” sederet pernyataan diucapkan Suster Nancy.
Ann segera menjelaskan semuanya tanpa ada yang disembunyikan. Setelah mendengar penjelasan Ann, Nancy mengernyitkan dahi, pandangannya mengarah pada Maria. Sedangkan Maria pura-pura tidak mengetahuinya, dia langsung berkata dengan keras sekali, “Kalian semua bangun! Segarkan badan, lalu ke ruang ibadah. Cepat!” Maria pun tergesa-gesa pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan.
Melihat gelagat Maria seperti itu, Nancy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Suster Nancy akan mencari tahu siapa yang melakukan ini, Ann jangan khawatir!” jelasnya sambil ke luar dari kamar dan dengan cepat masuk ke dalam ruangan ketua yayasan.
Pintu diketuk dua kali, dari dalam ketua yayasan menyahut, “Masuklah!”
Nancy berdiri di depan dan berbisik tepat di kuping Ketua Yayasan, “Madam, kejadian tahun lalu kembali terjadi!”
Mendengar itu, Madam Julia Anastasia menyorotkan pandangannya, “Faktor kompetisi dan takut tersaingi memang sangat menakutkan!” ucapnya sambil beranjak berdiri, lalu dia pun ke luar dari ruangannya diikuti oleh Nancy.
Langkah Julia ke ruangan kamar Ann. Begitu sampai, kasur sudah tertata rapi dan setumpuk buku sudah ada di atas meja Ann. Melihat itu, mata Nancy terbelalak. Tangannya memuyu-muyu seakan meyakinkan kalau itu adalah kenyataan.
Julia menghela napas, “Kamu mungkin kurang tidur Nancy,” ucapnya datar sambil menepuk pundaknya dan meninggalkannya.
Sejenak Nancy terpaku, lalu dengan cepat pergi ke luar dari kamar walaupun masih tidak percaya dengan kejadian yang barusan terjadi. Dia pun bersiap-siap di ruang berdoa, tatapannya pada Maria yang sedang merapikan anak-anak. Mata Nancy berkeliling mencari Ann, dia pun memeriksa setiap anak, tapi dia tidak menemukannya. “Suster Maria, Ann mana?” tanyanya. Maria mengangkat bahunya, mempertandai kalau dirinya tidak mengetahui.
‘Ann di mana?’ ucapnya dalam senyap sambil ke luar dari ruangan.
-Dua puluh menit yang lalu-
Setelah kepergian Nancy ke ruangan Madam Julia, Maria dengan cepat mengambil kasur busa dan buku-buku yang disembunyikan di dalam gudang sebelah. Dia mengetahui kalau Julia sudah mengetahui kejadian ini. Maria pun takut kalau Julia akan segera memecatnya. Karena kejadian tahun lalu pun adalah ulah persengkongkolannya dengan siswa yang telah membayarnya.
Sesudahnya, Maria segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyeret tangan Ann ke dapur untuk membantunya membuat sarapan, bermaksud agar Ann telat berdoa dan tertinggal ke tempat olimpiade.
-Flashback off-
Tiba-tiba Ann ke luar dari dapur dalam keadaan belum mandi. “Ann, kamu belum siap-siap?” tanya Nancy.
Baru saja Ann hendak membuka mulutnya, Maria yang sudah ada di belakang Nancy memasang muka garang, itu membuat Ann mengurungkan perkataannya. “Cepat mandi, lalu masuk ke ruang berdoa!” titah Nancy tegas.
Ann mempercepat langkahnya masuk ke kamar mandi, dari luar Maria tersenyum sinis sambil melepas kunci yang terkait dari dalam.
Cetrek!
Pintu kamar mandi dikunci dari luar.
Setelah mengunci pintu, Maria menaruh kunci tersebut di bawah tong sampah besar yang ada di dekat pintu kamar mandi. Kemudian dia pun kembali ke ruang ibadah bergabung dengan yang lain. Di dalam ruangan, anak-anak dan para Suster berdoa dengan khusyuk. Di akhiri ceramah singkat oleh Madam Julia. “Semoga hari ini yang ikut olimpiade diberikan kemudahan oleh Tuhan. Amen!” tutupnya. Ternyata Nancy menyadari kalau Ann tidak ikut berdoa, dia pun segera pergi ke kamar untuk memeriksanya. Sayangnya, Ann tidak ditemukan, begitu pula ketika dia memeriksa di ruang makan. Nancy mulai cemas, dia pun segera menemui Madam Julia, “Madam…Madam, Ann hilang! Dia tidak ada?” ujar Nancy terpengap-pengap. Julia menatap wajah Nancy dan bertanya, “Kamu ini dari tadi pagi sudah tidak beres, tadi bilang kasur dan buku milik Ann hilang, sekarang Ann-nya yang hilang! Kamu ini kenapa?” Nancy mencoba menstabilkan napas dan berbicara dengan tenang, “Madam, aku merasa yakin dengan
Tangan Ann sedikit gemetaran dan dingin ketika membuka map isi soal-soal, setelah membukanya mata Ann berbinar. ‘Tuhan sekarang sangat baik, sangat baik!’ gumamnya, karena yang ada pada lembaran soal sesuai dan hampir sama dengan apa yang Ann pelajari semalam. Kepolosan Ann, dia akan mengira Tuhan baik, jika sedang memberikannya kemudahan, dan akan berpikiran sebaliknya jika sedang dalam kesulitan. Padahal Tuhan itu sangat baik dan bijaksana kepada seluruh umatnya. Oh Ann! Keberuntungan Ann mulai berpihak padanya karena dalam hitungan menit dia sudah bisa menyelesaikan lembar per lembar pertanyaan yang banyaknya lebih dari 100 soal. Santainya Ann menaruh di atas meja pengawas, lalu ke luar dari ruangan. Melihat itu Angela dan Belle terkejut, tepatnya hampir semua anak-anak terkejut. Sedangkan mereka masih belum menyelesaikan kalaupun separuhnya. Di luar pintu masuk, petugas keheranan melihat Ann sudah ke luar sebelum waktu yang telah ditentukan.
Ann hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah kata pun, sedangkan pelayan membalasnya dengan sentuhan halus pada rambut Ann. Setelah menikmati makanan yang membuat Ann seperti bermimpi ini, Ann kembali berkata dalam hati, ‘Tuhan baik!’ itu pun disertai dengan menyatukan jemarinya dan menundukan kepalanya. Melihat itu, Ronald tersenyum sambil meyakini kalau Ann adalah gadis kecil yang polos dan cerdas. Kemudian dia pun menuntun Ann dengan jemarinya yang besar dan kasar. Mereka berjalan menyusuri kota. Pandangan Ann menyatu ke arah sebuah tempat bermain modern, dia hanya memperhatikan tanpa meminta atau pun berpikiran memasukinya. Sedangkan Ronald yang sudah menganggap Ann adalah Marsha dia menarik tangannya dengan halus, “Sha, ayo masuk dulu…kita main komedi diputar….” ajaknya tanpa menyadari kalau yang diucapkannya membuat Ann sedikit agak terenyuh sedih. Ann memang tidak pernah mendapatkan itu dari sosok Johan Ayahnya, Johan akan pergi tiap hari dan pulang sore. Terlebih lagi dengan
Julia datang karena diberitahu oleh Nancy, kedua matanya mengarah ke ketiga orang yang sedang bergaduh. "Angela, Belle & kamu Maria! Ikut ke ruanganku sekarang!" ucapnya sangat tegas, dia pun segera berbalik dan diikuti oleh mereka bertiga. Di dalam ruangan, Maria, Angela dan Belle berdiri sejajar. Sedangkan kepala mereka menunduk dan bergeming. Julia beranjak dari tempat duduknya, dia jalan mengitari mereka bertiga, lalu berkata dengan sangat sinis, "Maria! Bukankah kejadian tahun kemarin hingga salah satu siswa bunuh diri karena ulahmu? Dan bagusnya orang tua siswa itu tidak memperpanjang kasusnya. Coba kalau tidak, bukan kamu saja yang akan masuk ke dalam penjara dan yayasan ini pun akan tercemar secara international!" Mendengar kemarahan Julia, Maria bersimpuh dan menukukan kepalanya, "Madam, aku sebetulnya tidak ingin berbuat seperti itu lagi, hanya saja...." Perkataannya terputus karena Angela dan Belle segera meraih kedua tangan Julia dan berkata, "M-madam Julia, sebetulnya ak
Nancy dan Julia segera mengeksekusi Ann dengan beribu tanya dan bahkan mengajaknya ke perpustakaan. Sedangkan Ann segera menenangkan mereka, "Suster Nancy, Madam Julia...Ann bisa menulis dengan hasil imajinasi, tapi tidak seperti ini. Kalau di sini Ann bisa baca-baca buku." Julia semakin tertarik pada Ann ini, dia segera mengambil buku-buku sastra dan memberikannya. "Kamu baca buku-buku ini, Ann" titahnya. "Dan kamu Nancy...bawakan Ann buku tulis dan pencil, biarkan dia sibuk dengan imajinasinya!" titah Julia pada Nancy. Dengan tidak keberatan Nancy langsung ke luar asrama untuk pergi ke stationery. Sedangkan Ann sendiri dia begitu sangat bahagia dengan semua ini, dia pun bergumam, 'Terima kasih Tuhan, kamu begitu sangat baik...baik sekali!' Begitu Natalie hendak ke luar pintu, tangannya ditarik Angela, "Kak...Kak Natalie...." panggilnya dengan membawanya ke pelataran yang sepi. "Hey, kamu ini siapa? Apa maumu?" spontan Natalie sambil menarik
Tetesan air mata jatuh membasahi pipi Ann dan cepat dia mengelapnya dengan punggung tangannya. Para wartawan pun mengambil gambar Ann dari berbagai sudut, sedangkan Andreas menyaksikan lewat layar kaca dia segera turun dan menghampiri Ann yang hendak masuk ke dalam jeep. "Ann...." Panggilnya agak berteriak. Dengan cepat Ann membalikan badannya, dia menatap wajah Andreas sambil menyimpulkan senyum manis. Nancy yang telah mengenal siapa Andreas dengan cepat menjabat tangannya, "Ann, Bapak ini adalah Kepala Dinas Pendidikan Selandia Baru...." ucap Nancy mengenalkan. "Ann, kamu besok datang pada acara penutupan olimpiade, datanglah bersama keluargamu!" kata Andreas sambil tersenyum bangga. Sepertinya Andreas belum mengetahui siapa sebenarnya Ann. Sedangkan Ann hanya menganggukan kepala dan kembali menyimpulkan senyumannya.Kemudian Ann pun masuk ke dalam Jeep diikuti oleh Nancy, mereka pun kembali ke asrama. *** Natalie yang mengetahui kemenangan Ann tanpa kec
Ann kembali ke ruang di mana acara berlangsung dan duduk dekat Nancy yang dari tadi gelisah mencarinya, "Ann,kamu ini dari mana saja?" tanyanya sambil memberikan satu botol minuman rasa buah-buahan. Ann menjawab singkat sambil tertawa kecil, "Menyasar..." *** Di dalam asrama Julia begitu sangat marah dengan kelakukan Angela dan Belle yang sudah sangat keterlaluan, dia pun mulai memberikan beberapa investigasi untuk mengetahui apa penyebab utamanya, "Ann memiliki kesalahan apa pada kalian berdua?" tanya Julia sambil melipat tangannya. Belle dengan tegas menjawab investigasti Julia, "Semua itu hanya karena tidak ingin ada yang mengalahkan kita! Dan kami tahu kalau Ann adalah anak andalan The West...dan ingin setidaknya orang tua kami bangga!" Mendengar pernyataan dari Belle tersebut Julia langsung menghubungi keluarganya dan dengan waktu hitungan menit Amanda dan Adrian datang. Mereka duduk berlima di ruangan tertutup. Mata Adrian pada B
Hari-hari berlalu dengan sangat tenang, kendati Angela sering berbuat ulah kecil-kecilan yang membuat Ann terkadang mengalah. Untungnya mereka berbeda sekolah, setidaknya Ann tidak begitu khawatir untuk dirinya mengerahkan energi dan perhatiannya pada hal tidak berguna. Sebab Ann memiliki misi kehidupan yang sudah lama diimpikan kendati masih belum memastikan ketepatannya. Untuk menjadi seorang penulis yang hebat dan sudah terpatri di dalam isi kepalanya adalah betul-betul cita-citanya dari semenjak dia suka berimajinasi, tetapi pada dasarnya Ann pun sangat memimpikan kehidupan yang layak agar bisa mengambil adiknya Renata dan mengeluarkannya dari rumah yatim piatu. Ambisi menjadi 'Seseorang' tidaklah mudah, Ann yang dibiayai oleh pemerintah pun kembali menelan pil pahit akan tingkat tinggi persaingan kehidupan socialnya bersama teman-temannya di SLTP THE YOUTH. Betul adanya masuk sekolah di sana memang bukan hanya kompetisi dalam hal strata nilai, tapi menyangkut se