Share

Part 08

Setelah mengunci pintu, Maria menaruh kunci tersebut di bawah tong sampah besar yang ada di dekat pintu kamar mandi. Kemudian dia pun kembali ke ruang ibadah bergabung dengan yang lain.

Di dalam ruangan, anak-anak dan para Suster berdoa dengan khusyuk. Di akhiri ceramah singkat oleh Madam Julia. “Semoga hari ini yang ikut olimpiade diberikan kemudahan oleh Tuhan. Amen!” tutupnya.

Ternyata Nancy menyadari kalau Ann tidak ikut berdoa, dia pun segera pergi ke kamar untuk memeriksanya. Sayangnya, Ann tidak ditemukan, begitu pula ketika dia memeriksa di ruang makan. Nancy mulai cemas, dia pun segera menemui Madam Julia, “Madam…Madam, Ann hilang! Dia tidak ada?” ujar Nancy terpengap-pengap.

Julia menatap wajah Nancy dan bertanya, “Kamu ini dari tadi pagi sudah tidak beres, tadi bilang kasur dan buku milik Ann hilang, sekarang Ann-nya yang hilang! Kamu ini kenapa?”

Nancy mencoba menstabilkan napas dan berbicara dengan tenang, “Madam, aku merasa yakin dengan kejadian waktu pagi, karena Ann sendiri yang mengatakan dia tidur di lantai, dan buku-bukunya tidak ada.”

Nancy sejenak terdiam. “Sekarang Ann tidak ada. Padahal hari ini dia harus ikut olimpiade matematika. Itu penentuannya untuk bisa masuk SLTP THE YOUTH, kalau dia bisa menang dan aku yakin dia bisa memenangkannya.” Tuturnya sambil memberikan lembaran materi yang Ann tulis semalam, dan Nancy temukan tergeletak di atas meja belajar milik Ann.

Julia memeriksanya dan berkata, “Lalu, kenapa kamu masih di sini? Cepat cari anak itu!”

Baru saja Nancy hendak berbalik, secara bersamaan Ann masuk.

Bump!

“Aduh,” rintih Ann sambil memegang keningnya yang terbentur badan Nancy. Nancy meraih tangan Ann, “Kamu ini ke mana saja?” gertaknya sambil mengusap kening Ann. Pandangan Nancy pun pada pakaiannya yang penuh lumpur, “Ann, kamu dari mana kotor seperti ini?”

Ann yang sudah mengerti akan ketidaksukaan Suster Maria padanya, dia pun mencoba menutupi semua kejadiannya demi hari ini. “Tadi Ann ke luar ke halaman untuk berolahraga, tetapi karena Ann tidak hati-hati, Ann pun terjatuh,” ucapnya berbohong.

Kendati sebenarnya bukan seperti itu kejadiannya. Setelah Ann mandi dan berpakaian, dia pun membuka pintu, namun pintu itu terkunci. Ann berusaha berteriak minta tolong tetapi tidak kunjung ada yang datang. Ann yang sudah terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri, dia pun tidak panik.

Mata Ann ke sekeliling jendela dan kaca, hingga akhirnya ada celah ke luar lewat jendela yang dekat gudang belakang. Begitu kakinya menjulur ke bawah, dari sana ada tangga yang terpasang dan membuat Ann dengan leluasa turun ke bawah tanpa harus menjatuhkan diri. Kalau tidak ada tangga tersebut, Ann akan terluka karena bangunan lumayan sangat tinggi.

Julia yang dari tadi mendengarkan percakapan Ann dan Nancy, dia pun ikut berbicara, “Suster, ambilkan pakaian yang lain. Biarkan dia berdoa dan sarapan karena waktu sudah sangat mendesak.

Julia menatap wajah Ann penuh arti, dia seperti membaca pada sorotan matanya. ‘Bungkam, terkadang jalan pintas untuk damai!’ ucapnya dalam senyap.

Di ruang ganti Nancy memberikan Ann pakaian, setelahnya menuntunnya masuk ke ruang makan. Maria yang sedang menyajikan makanan, dia terkejut melihat kedatangan Ann. Mata Maria melotot dan makanan yang ada di tangannya hampir terjatuh.

Melihat reaksi Maria seperti itu Nancy heran dan bertanya, “Suster Maria kenapa melongo seperti itu?”  

Sedangkan Ann semakin yakin kalau yang melakukan itu adalah Suster Maria, namun dia bereaksi seperti tidak terjadi apa-apa. Maria menghampiri Ann dan memberikan satu set sarapan sehat dengan segelas susu. “Terima kasih, Suster.” Ucap Ann lembut.

Tetapi, Maria tidak menjawabnya dia malah tergesa-gesa ke luar dari ruang makan.

Tiba-tiba, tangan Maria ada yang meraihnya dengan sangat kasar, “Suster Maria ini bagaimana? Si miskin itu kok bisa berkeliaran di sini?” tanya Angela dan Belle berdesis bersamaan.

Maria dengan cepat menaruh jarinya pada mulutnya mempertandai bicara jangan keras-keras. Maria pun membawa Angela dan Belle ke ruang kosong tempat meditasi dekat ruang meeting para Suster. Seketika Nancy yang sedang melintas, melihat hal mencurigakan tersebut. Dia pun memelankan langkahnya dan mengendap-endap di belakang pintu ruangan.

Tanpa ragu Maria pun berbicara dengan jelas, “Tadi Suster sudah mengunci Ann di dalam kamar mandi, kalau tidak percaya lihat ke sana! Kuncinya saja Suster taruh di bawah tong sampah!”

Mendengar itu, Nancy dengan cepat pergi ke kamar mandi, dia mencoba membuka pintu dan memang pintu itu terkunci, lalu memeriksa di bawah tong sampah.

Seketika Nancy menggeleng-geleng kepalanya, dia pun segera melaporkan apa yang di dengarnya pada Madam Julia dengan memperlihatkan kunci kamar mandi. Karena Julia sudah tidak percaya pada dirinya, penyebabnya kejadian pagi tadi.

Julia sudah mencium hal yang tidak wajar dari sorotan wajah Ann di ruang ibadah.

Sementara Maria di ruang meditasi sedang dicaci maki oleh anak usia 12 tahun, “Badan saja gede, tapi isi kepala kecil!” ketusnya sambil mendorongnya ke sudut. Lalu, mereka pun meninggalkan Maria begitu saja.

Sedangkan mini bus untuk mengantar anak-anak hebat ini sudah menunggu di halaman asrama. Sebelum mereka masuk ke dalam, Suster mengabsennya satu persatu agar tidak ada yang ketinggalan.

Ann pun sudah berbaris di antara teman-temannya, pandangannya pada Ronald yang berdiri tegak dekat jeepnya. Pandangan mereka beradu, Ann menyimpulkan senyum menawan di bibirnya. Pelan dan ragu Ronald menghampirinya sambil memutar-mutar kumisnya, “Kamu anak kecil! Semoga sukses!” ucapnya sambil mengelus halus rambut coklat Ann.

Tiba-tiba saja Ann memeluknya dengan erat dan membuat lelaki bertubuh kekar ini menyambut pelukannya agak kelagapan. Matanya pun mengeluarkan cairan bening. “Putri Bapak bersama malaikat di surga!” bisik Ann.

“Ann Arthurian!” namanya di panggil agar masuk ke dalam mini bus.

Satu ciuman dilabuhkan di pipi Ronald, lalu Ann pergi meninggalkan Ronald yang terpaku karenanya.

Ann beserta rombongan yang terdiri dari 25 anak pergi ke International Mathematical Olympiade di City Center. Mereka adalah anak-anak andalan yang diberikan kepercayaan untuk mengharumkan Selandia Baru.

Jarak tempuh yang hanya perlu tiga puluh lima menit, mini bus pun sudah ada di depan halaman gedung biru putih.

Kini, 25 anak sudah berada di antara barisan anak-anak dari negara lain, mereka dikawal sangat ketat seperti layaknya presiden.

Setelah screening tubuh demi mencegah dari kecurangan, mereka pun dimasukan ke dalam ruangan yang sangat tenang. Dua orang petugas datang memberikan satu pencil, penghapus dan satu botol kecil air mineral untuk setiap anak dengan tertib.

Ann duduk di jajaran paling depan, membuat dirinya sedikit nervous. Belum lagi dia sama sekali tidak ikut kursus atau persiapan apa pun. 'Kalau Tuhan baik sama aku, maka aku pun akan bisa mengisi soal-soal ini,' ucapnya sambil menyatukan kedua jemari tangannya sebelum dia membuka map yang berisi soal-soal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status