Share

Bab 4 MENOLAK

Aku terus menangis di dalam kamar, bagaimana aku tidak menangis mama memaksaku untuk menerima perjodohan ini, aku tidak mau jika harus menikah di usia muda.

Bagaimana nasibku di masa depan, di saat teman-temanku sibuk hangout sedangkan aku sibuk mengurus suami dan anakku, dengan baju daster layaknya ibu-ibu yang sering aku temui, oh my gosh jangan sampai.

Sebenarnya aku sudah menolak nya beberapa kali, tapi mama tetap kekeh menyuruh ku untuk menerima perjodohan ini, bahkan mama sudah berbicara pada keluarga Reonaldi jika  aku menyetujui perjodohan ini, padahal aku sama sekali tidak pernah menerima perjodohan ini.

"Ka... Udah yah jangan nangis terus, aku jadi ikut sedih" Mohon Zahira yang sedari tadi menemani ku.

"Aku gamau nikah zah ... Gimana dong"

"Gima ... " Ucapan Zahira terpotong saat tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamarku, saat tau siapah yang masuk aku langsung  berlari dan memeluk nya sambil menangis sesenggukan.

"Bang, jihan gamau di jodohin ... Hiksss" Aduku pada bang deril, dia mengusap punggung ku beberapa kali, mencoba menenangkanku, setelah di rasa cukup tenang, dia menyuruh ku untuk kembali duduk

"Tenang abang gaakan ngebiarin itu terjadi ko" tuturnya  sambil memegang tanganku dia sudah berjongkok di hadapan ku.

"Jangan berani-berani kamu deril, mama sudah memutuskan itu jadi tak ada seorang pun yang dapat menolaknya" Kata mamaku yang sudah berdiri di ambang pintu, setelah itu mama berjalan masuk kedalam kamarku.

"Enggak mah aku gak setuju, masa depan jihan masih panjang, kalau misalnya dia menikah di usia muda mungkin ajah masa depan yang dia inginkan akan hancur, mama tau kan resiko nikah muda itu banyak banget" tolak bang deril.

"Dengan melihat kelakuannya yang seperti ini saja, sudah keliatan jika masa depannya sudah hancur. Lagi pula umurnya susah cukup untuk menikah jadi tidak ada masalah" Jawab mama yang membuatku kembali menangis.

Bagaimana bisa seorang ibu berbicara seperti itu pada anaknya sendiri, itu sama saja dia mendoakan masa depan anaknya sendiri hancur, kenapa mama selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti seperti itu.

"Emang mamah Tuhan?, yang bisa mengetahui masa depan, mah masa depan tuh gabisa di ukur dengan nilai yang kita dapatkan saat sekolah, jihan memang selalu mendapatkan nilai kecil tapi bukan berarti masa depan dia akan hancur ma."

" mama tetep akan menjodohkan jihan dengan Calvin." Kekeh mama ku, Jika sudah begini tidak ada yang bisa menolak.

"Jihan mamah rasa sudah waktunya kamu membanggakan orangtua kamu meskipun hanya sekali, kamu harus nya sadar selama ini kamu gak selalu mengecewakan mama, mulai dari tidak naik kelas 2 kali, dan di tambah nilai-nilai ujian kamu yang gak ada bagus-bagus nya itu" Aku menatap mama, apa maksud ucapannya?.

"Dengan cara kamu mau menikah dengan keluarga Leonardi itu bisa membuat kita bangga dengan kamu, dan itu juga bisa menutupi rasa malu mama karena telah melahirkan putri yang tidak berguna seperti kamu"

Mendengar itu aku langsung berdiri, setelah itu aku berlari keluar dari kamar, aku tak perduli zahira dan bang deril udah manggil-manggil aku.

Aku masih tidak menyangka ternyata alasan mama menjodohkan ku karena itu, aku rasa tidak pantas seorang ibu berbicara seperti itu pada anaknya sendiri hal. apa segitu memalukan nya aku di hadapan mereka, Apa mama tau perasaan aku sebenarnya setiap mama mengucapkan kalimat seperti itu.

Aku juga sangat sedih dan menyesal telah lahir kedunia ini, aku lahir hanya untuk menerima cacimaki dari orangtuaku sendiri, hanya karena aku bodoh mereka seenaknya bersikap seperti ini.

Dan mama selalu membandingkan aku dengan orang-orang di luaran sana, apa mama tau aku selalu menangis setiap dia membanding- bandingkan aku dengan oranglain, aku ini anak mereka tapi kenapa dia hanya membanggakan bang deril dan Zahira, kalau pun aku bisa memilih aku tidak mau hidup menjadi orang bodoh. tapi mau bagaimana lagi meski aku sudah berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, dia tetap tidak menghargai perjuangan ku, aku selalu kurang di mata mamaku.

Hari semakin gelap aku masih enggan untuk kembali ke rumah, aku hanya duduk di halte busway, aku tidak tauu harus pergi kemana, aku memperhatikan kaki ku, aku baru ingat kalau aku sama sekali tidak memakai alas kaki, dan aku hanya memakai kaos hitam polos dan celana di atas lutut.

Bodoh!! Kenapa aku keluar dengan keadaan seperti ini, aku baru menyadari sekarang, dan hari semakin malam dan semakin dingin.

Jika aku pulang sekarang pasti mama akan mengomel lagi.

"Argghhh" Teriak ku sambil mengacak-acak rambut dan menghentak-hentakan kaki dengan kesal, kenapa harus seperti ini sih.

Orang-orang yang ada di halte busway ini langsung menatap ku dengan bingung aku bisa mendengar mereka membicarakan ku.

"Apa dia gila"

"Kesian mana masih muda"

Aku sudah tidak perduli dengan ucapan mereka, dan tatap mereka, aku hanya memikirkan bagaimana nanti aku menjalani hidupku.

Aku merasa hidupku akan hancur jika harus menikah di usia 17 tahun, bagaimana nanti pernikahanku akan putus di tengah jalan, aku gamau yah di usia yang masih mudah sudah menjadi janda.

"Tidak baik mengubar aurat seperti itu, kamu itu perempuan harusnya menjaga aurat kamu dari laki-laki yang bukan mahrom kamu" Ucap seseorang sambil menutup kakiku dengan kain berwana crem.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat orang yang memberiku kain ini, sontak aku berdiri sambil menutup mulutku saking terkejut nya.

"NGAPAIN ELU DISINI" Tanyaku dengan suara yang cukup keras

"Suttt ... Jangan berisik" Katanya sambil menaru telunjuk di bibirnya

"Bagaimana bisa kamu keluar dari rumah dengan cara berpakaian seperti ini ... tidak baik mengumbar aurat, yang boleh melihat tubuh mu hanya suamimu nanti" Katanya sambil menyelimuti tubuh ku dengan kain yang tadi.

Suami your eyes, dengan santainya dia bicara seperti itu, dasar pedofil, Meskipun wajahnya tampan aku sama sekali tidak mau menikah dengannya.

Saat aku ingin melepaskan kain yang dia pakaian tadi, namun laki-laki itu segera menahannya.

"Jangan. Emang nya kamu tidak liat mereka menatap kamu dengan tatapan menjijikkan" Katanya sambil menujuk dengan dagunya ke arah laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri.

Apa yang dia bilang benar, jadi selama aku duduk laki-laki itu terusan memperhatikanku, dasar mata keranjang.

"APA LU LIAT-LIAT MAU GUA COLOK MATA LU" Sinisku pada laki-laki mata meranjang itu,dia segera membuang muka dasar tak tau malu.

"Sekarang lebih baik kamu masuk" Titahnya, Aku hanya diam, kalau aku masuk gengsi tapi kalau di sini terus bisa masuk angin.

"udah ayo masuk"ucapnya kemudian membuka pintu mobilnya.

Aku memperhatikannya sedari tadi, aneh sekali kenapa dia bisa tau kalau aku sedang ada di halte, aku yakin ini bukan suatu kebetulan.

"aku tau aku ganteng jadi stop perhatiin aku kaya gitu, tidak baik seorang perempuan menatap laki-laki yang bukan mahromnya, nanti ajah kalau kita udah nikah"

Mampus...aku langsung memalingkan wajahku karena malu.

"kamu ngapain diem di sana kaya orang stress?"tanya dia, aku bisa dengar dari nada bicaranya sepertinya dia sedang meledekku.

"iya gua stress mikirin perjodohan ini" jawabku sinis.

"oh gitu toh" dia menjawab dengan santaai,apa mungkin dia gak merasa keberatan dengan perjodohann ini.

"udah kali nikmatin aja gausah di bawa susah, meskipun kamu menolak mereka tetap akan melakukan itu semuah"

Apa yang dia bilang ada benarnya, meskipun aku menolak tapi mama akan tetap melakukan apa yang mereka mau.

"tapi gua gak yakin sih kalau nanti kita menikah elu bakal tahan sama sikap gue, mungkin dalam hitungan  waktu satu bulan elu bakal nyersh sama pernikahan ini,karena ngeliat kelakuan dan sikap gue" Tuturku, semoga ajah dengan cara aku ngomong kaya gini dia mau deh batalin pernikahnnya,Tapi dia malah memberikan jawaban yang membuat jantungku berdebar.

"Aku memang tidak bisa janji karena jika aku janji aku takut akan mengingkari, tapi aku akan membuktikan kalau aku tidak akan pernah meninggalkan kamu apapun yang terjadi, jadi aku harap kamu percaya itu"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status