Kedua pria menatap Yuta dengan berbeda ekspresi dimana sebenarnya Wijaya baru mengetahui fakta ini, tidak ada yang tahu atau hanya dirinya saja yang tidak tahu mengenai masalah tersebut. Mencoba mengingat masa lalu tapi sayangnya tidak ditemukan sama sekali kenangan tentang hal itu dan kapan Sonny pernah mengatakan bahwa menyukai Vita, sepertinya nanti saat dirumah akan bertanya lebih pada Vita.
“Jadi begitu, saran aku berhati – hatilah karena sepertinya mereka tidak akan melakukan saat ini ya setidaknya kalian bisa tenang tapi bukan berarti kalian tidak menyiapkan senjata” Bobby berdiri “sesuai perkataanku tadi dimana orang – orang yang bersamaku selama ini akan menemani kamu dan keluarga serta teman – teman yang lain, nanti kalau ada waktu aku kabari lagi.”
Wijaya, Austin dan Yuta bersalaman dengan Bobby dimana tidak lama kemudian meninggalkan tempat makan mereka, Yuta menepuk bahu Wijaya pelan agar mereka juga keluar dari te
Vita menyambut kedatangan Wijaya dan Yuta dengan tersenyum namun tidak berlangsung lama karena ekspresi wajah mereka berdua membuat Vita sedikit bertanya – tanya, mencium kening Vita singkat sebelum masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri lalu memegang buah hatinya yang pasti sedang tidur. Meninggalkan mereka berdua yang pastinya dimana Yuta akan bercerita banyak hal tentang apa yang didengarnya tadi ketika bersama Austin dan juga Bobby karena mereka berdua sangat dekat.Menatap wajah Devan dan Via membuat sedikit masalah yang Wijaya alami sedikit lepas meski tidak terlalu banyak, kedua buah hatinya sangat bisa membuat hari – harinya menjadi lebih berwarna. Memutuskan keluar dari kamar setelah puas bersama Via dan Devan dimana pemandangan pertama yang Wijaya lihat adalah Yuta tampak serius berbicara dengan Vita membuat Wijaya tersenyum simpul, duduk disamping Vita membuat mereka tidak peduli sama sekali.“Kenapa kali ini kamu gak sadar?” Vit
Rencana Wijaya adalah bertemu dengan Sonny dimana secara kebetulan entah sengaja atau tidak salah satu perusahaannya akan melakukan kerjasama dengan Sonny, bukan perusahaan Wijaya melainkan keluarga Vita yang saat ini berada dalam kendali Wijaya. Dirinya bukan melupakan Sonny hanya saja memang tidak tahu sama sekali bagaimana bentuk atau modelan dari orang tersebut, langkah tegapnya membuat banyak pasang mata menatap dirinya tapi tidak pernah dihiraukan sama sekali.“Dia adalah Bapak Sonny pemilik perusahaan” Mukhtar memperkenalkan mereka berdua “Pak Wijaya pimpinan H&D Group.”Wijaya menatap Sonny dimana penampilannya tidak seperti dirinya atau ketiga sahabatnya, Sonny tampak terlihat menunjukkan bahwa dirinya adalah pria yang sangat berkuasa dan tidak semua orang bisa mendekati dirinya. Wijaya mencoba bersikap biasa saja karena memang tidak terlalu dekat dengan pria ini, dari tatapannya dimana Sonny tampak tidak menyukai dirinya sama sekal
Meletakkan Via yang sudah tidur dengan nyenyak sedangkan Vita berada di kamar mandi membersihkan diri, Wijaya membelai miliknya yang sudah lama tidak memasuki Vita karena berbagai macam alasan. Terkadang dirinya sedikit merasa cemburu saat kedua sahabatnya menceritakan bagaimana panasnya ranjang mereka, meski sudah pernah merasakan Mira tetap saja tidak bisa merasakan bagaimana nikmatnya kecuali mungkin saat bersama Helena sedangkan Nina hanya sebagai pemuas saja.“Membutuhkan pelampiasan” Wijaya menatap kearah Vita yang menggunakan pakaian mini “malam ini kamu bisa menyentuhku.”“Kenapa secara tiba-tiba?” Wijaya memandang curiga “kamu habis ngapain?.”Vita menatap tidak percaya atas pertanyaan Wijaya “apa gak boleh menyenangkan suami?.”Berjalan mendekati Wijaya secara perlahan dengan mencium bibirnya lembut, mendapatkan perlakuan dari Vita selama beberapa tahun pernikahan mereka membuat dirinya
Mendengarkan kata – kata Vita yang memang benar adanya membuat Wijaya dan ketiga sahabatnya mulai mengatur semua perusahaannya dengan sangat teliti, mereka berjalan sesuai dengan bidang masing – masing agar perusahaan ini berjalan sebagaimana mestinya. Gede yang memegang jabatan sebagai CEO ditempat sang mertua juga banyak membantu, bantuan datang juga dari Bobby dimana membaca kelemahan dari Sonny serta Bian. Semua dilakukan bukan untuk Wijaya tapi juga perusahaan miliknya yang mungkin akan terkena imbas jika mereka melakukan sesuatu, ditambah perusahaan kecil yang diperuntukkan Via ketika nanti besar dari Helena.“Semua berjalan lancar dan tidak ada kendala, Pak” Wijaya membaca berkas yang diberikan Gede “setidainya sampai detik ini tidak ada masalah.”“Perusahaan ini bergerak dibidang kontraktor jadi sangat perlu hati – hati karena untuk menjatuhkannya lebih besar dibandingkan yang lain” Gede mengangguk dimana ap
Tidak menjawab pertanyaan Vita dengan mengambil piring kotor lalu membersihkannya dan dapat terlihat wajah kesal istrinya tersebut, perlahan Wijaya melangkah kearah Vita dengan memeluknya dari belakang.“Apa sekarang perasaan itu sudah hadir sampai kamu membutuhkan jawaban?” dapat terasa bagaimana tegangnya Vita “jangan khawatir perasaan itu belum hadir sampai detik ini sesuai kesepatakan kita.”Wijaya sangat tahu apa yang dikatakannya jahat dan akan melukai wanita yang telah merawat anak – anaknya ini, memilih tidak peduli dengan melangkah kedalam kamar dimana tempatnya selama ini beristirahat. Badan yang lelah membuat Wijaya dengan mudah terlelap dimana meninggalkan Vita yang masih berada di meja makan sedang mencerna akan semuanya yang terjadi pada mereka, Vita sangat sadar dalam hubungan ranjang tidak pernah dirinya merasa nyaman karena perasaan itu tidak ada dan dirinya melakukan semua ini hanya sebagai bentuk kewajiban serta ketakuta
Menatap Felix tidak percaya atas apa yang baru saja didengar dan ekspresinya tampak santai saat mengatakan hal tersebut, Wijaya hanya bisa menggelengkan kepala karena meski dirinya tidak dekat dengan Elok yang notabene adalah adiknya beda ibu dan baru bertemu hanya dalam hitungan jari tetap saja tidak masuk akal bagaimana bisa ayah mereka melakukan hal gila seperti itu.“Semua terjadi secara kebetulan dimana saat itu ada lowongan sebagai sekretaris dan kita tidak prediksi sama sekali jika diterima, jadinya dengan Elok berada disana bisa membuat kita tahu apa yang direncanakan mereka.”“Bekerja sama siapa dia?” menatap tajam pada Felix.“Sonny dan tenang saja Elok tidak memasukkan nama ayah disana karena dia memiliki dua akta yang ada nama ayah dan tidak, Elok ingin bekerja tanpa orang tahu siapa dia sebenarnya.”“Lantas apa yang akan Elok lakukan?” Muklis membuka suara saat kedua pria tersebut saling menatap
Rencana mereka untuk menguatkan perusahaan masing – masing dan juga kerjasama diantara mereka berjalan lancar, gangguan Bian atau Sonny tidak terdengar sampai detik ini. Tahun berganti dimana hubungan Wijaya dengan Vita tidak banyak mengalami perubahan dimana tetap sama seperti dahulu, hal yang membedakan adalah dimana tepat saat Via berusia tiga tahun dan Devan empat tahun berita membahagiakan datang yaitu Vita tengah mengandung anak mereka.Kehamilan Vita disambut banyak orang termasuk sahabat – sahabatnya yang sangat senang dengan keadaan Vita saat ini terutama Mira yang tidak bisa hamil kembali karena kesehatan Regan yang tidak cukup baik, namun tetap saja bersyukur pasalnya Regan masih berada bersama semua. Yuta sendiri sudah menikah dengan Fenny dan masih setia menjadi orang kepercayaan Austin, sedangkan Austin sendiri sudah resmi bercerai dimana sang istri tidak lama kemudian menikah dengan ayah dari bayinya yang tidak lain adalah Sonny. Keadaan Austin send
Mentari atau Tari memberi warna berbeda pada rumah tangga Wijaya dan Vita dimana mereka tampak bahagia dengan begitu anak dengan jenis kelamin berbeda sudah mereka dapatkan, Wijaya sedikit bersyukur karena perhatian Vita pada Via tidak berkurang bahkan tetap sama seperti sebelumnya.Saat ini mereka sudah duduk dibangku putih abu – abu kecuali Tari yang masih berseragam putih biru, Devan pria satu – satunya adalah penjaga bagi kedua adiknya dan juga Tina. Devan menjadi pria protektif dan posesif jika sudah berhubungan dengan ketiga perempuan tersebut membuat sering bertengkar dengan Via.Wijaya sendiri sudah kehilangan kedua sahabatnya dimana yang pertama pergi terlebih dahulu adalah Austin, dirinya hanya bisa bertahan hingga Tari duduk di bangku sekolah dasar dan selalu menjadi paman kesayangan bagi putrinya tersebut dan itu sangat berdampak pada kehidupan Tari yang selalu menangis ketika teman – teman Wijaya datang tapi tidak menemukan Austin. Mereka