"Kenneth! kapan kau datang?" Calvin meninggalkan meja kerjanya dan melangkah menuju ke seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.
Kenneth tersenyum hangat. "Apa aku datang di saat yang tidak tepat, Kak?" Kenneth melihat ke tumpukan berkas yang ada di meja kerja kakaknya.
"Oh, tidak, Ken. Kau tidak mengganggu sama sekali." Calvin membuka kedua tangannya lebar, lalu memeluk adiknya yang jarang ia lihat. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kakak merindukanmu."
Kenneth membalas pelukan Calvin. "Ayolah, kita baru bertemu dua bulan lalu." Kenneth melepaskan pelukannya.
"Dua bulan? Kenapa rasanya seperti sudah 2 tahun, ya?" gurau Calvin. Ia duduk di sofa begitu juga dengan Kenneth.
"Aku turut berduka atas kematian istrimu, Kak." Kalimat belasungkawa dari Kenneth membuat senyum di wajah Calvin memudar. Pria itu kini memasang wajah kehilangan bercampur kecewa. "Semua pasti terasa berat bagimu."
"Tidak ada kehilanga
Seperti ucapannya, Kenneth mengunjungi kediaman Calvin. Hanya saja ia tidak datang sepulang bekerja karena ternyata team dokter yang bekerja sama dengannya menyiapkan acara untuk merayakan bergabungnya dirinya ke dalam rumah sakit itu.Dengan boneka beruang berukuran besar, Kenneth masuk ke dalam rumah Calvin dan menunggu di ruang tamu. Sembari menunggu, Kenneth memperhatikan sekitarnya. Ini adalah pertama kalinya Kenneth mengunjungi kediaman kakaknya."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya setelah diberitahu oleh pelayan yang tinggal di kediaman Calvin."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya."Aku akan meminta maaf pada Meisie. Di mana dia sekarang," tanya Kenneth."Aku akan mengantarmu ke kamarnya." Calvin melangkah dan diikuti oleh Kenneth."Bagaimana hari pertamamu bekerja? Kau tidak membuat dokter residen menangis, kan?" Calvin memiringkan kepalanya, menatap sang adik dengan wajah tersenyum. Calvin sangat mengenal ad
Setelah kepulangan Kenneth, Briella kembali ke kediaman Calvin. Wanita ini harus pergi untuk sementara waktu agar Kenneth tidak mencurigai apapun."Kenapa kita harus menyembunyikan hubungan kita dari Ken? Cepat atau lambat ia akan mengetahui tentang hubungan kita." Briella merasa tidak senang karena harus menyembunyikan hubungannya di depan Calvin. Ia dan Calvin memang tidak akan menunjukan hubungan mereka di depan umum karena masalah nama baik mereka. Namun, jika di depan keluarga seharusnya itu tidak masalah. Lagipula ayah dan ibu Calvin sudah tahu tentang hubungan mereka."Aku adalah kakak yang sempurna bagi, Ken. Dan aku tidak ingin merusak itu. Tahan saja, Ken tidak akan setiap hari ke sini. Papa dan Mama tidak akan memberitahu Ken, jika memang mereka akan melakukannya maka mereka akan memberitahu Ken sejak mereka tahu kita masih berhubungan." Calvin melangkah menuju ke sofa."Kenapa kau selalu memikirkan citramu? Kau tidak memikirkan perasaanku? Aku harus
Mata Qyra memperhatikan Meisie dan Kenneth yang saat ini ada di tempat bermain ayunan. Wajah Meisie terlihat bahagia. Senyuman gadis kecil itu menular pada Qyra yang kini ikut tersenyum.Sembari menunggu Qyra menopang dagunya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain berada di meja kayu berbentuk bulat sembari ia ketuk-ketukan. Qyra telah berganti tubuh, tapi kebiasaannya masih sama. Masih Aletta yang dulu.Tanpa sengaja Kenneth melihat ke arah Qyra. Sejenak ia terpaku. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. Tampaknya kehilangan Aletta telah membuatnya gila. Bagaimana mungkin ia berhalusinasi bahwa Qyra adalah Aletta."Paman kenapa?" Meisie mendongakan kepalanya. Menatap Kenneth bingung.Aku pasti sudah gila. "Tidak apa-apa." Kenneth kembali mendorong pelan ayunan yang dinaiki oleh Meisie.Setelah beberapa saat Meisie berhenti bermain ayunan. Ia kembali ke Qyra dalam keadaan lapar."Bibi, aku lapar." Meisie merengek manja.
Briella melangkah mondar mandir karena takut kebusukannya benar-benar akan terbongkar. Sedang Calvin, ia terlihat sedang berpikir."Briella, berhentilah mondar-mandir, kau membuatku tidak bisa berpikir." Calvin mulai terganggu dengan kecemasan Briella.Briella melakukan seperti yang Calvin katakan. Ia segera mendekati Calvin lalu berkata, "Sebaiknya kita berikan saja uang itu padanya." Briella berpikir itulah satu-satunya jalan bagi permasalahan mereka saat ini, menuruti kehendak si penelpon."Aku tidak akan mengeluarkan satu dollar pun untuk orang itu," tolak Calvin tegas.5 juta dollar bukanlah uang yang bisa dengan mudah ia keluarkan. Apalagi untuk pemeras tidak tahu diri yang mencari uang tanpa mau bekerja keras. Tidak, Calvin tidak akan menyerahkan uang itu. Ia lebih sudi membayar orang untuk menemukan siapa si penelpon dan menghabisinya.Calvin benci jika ada orang yang mencoba mencari gara-gara dengannya."Dan kau memilih mengha
Calvin kembali ke kediamannya setelah mengantar Briella ke kediaman milik keluarga Evangellyn. Liburan serta kegiatan bisnis yang Calvin bayangkan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan tidak berakhir seperti yang ia inginkan.Liburannya hancur karena si penelpon. Perjalanan bisnisnya tidak berjalan mulus karena negosiasi yang ia lakukan tidak mencapai kesepakatan.Wajah Calvin terlihat tidak menyenangkan. Ia seperti diselimuti aura gelap yang siap menghisap orang lain.Mobilnya sampai di depan kediamannya. Ia turun dari sana dan disambut langsung oleh Meisie yang berlari ke arahnya dengan wajah berseri.Suasana hati Calvin yang buruk menjadi sedikit membaik karena melihat senyuman Meisie. Sudah lama ia tidak melihat wajah bahagia Meisie."Sudah kembali?" tanya Kenneth yang mengekori Meisie."Kau berharap aku tidak kembali, heh?" Calvin melangkah melewati Kenneth bersama dengan Meisie yang kini digendongannya."Bisnismu sepertin
Jam 4 adalah jam teramai di terminal B. Qyra sengaja memilih jam itu karena ia sudah memikirkan kemungkinan Calvin dan Briella akan mengkhianatinya.Arion dan beberapa bawahannya telah berjaga di posisi mereka. Sedang Qyra, ia baru saja memasuki terminal dengan pakaian serba hitam, ia mengenakan topi dan juga masker. Rambut panjangnya tergulung rapi, bersembunyi di balik topi yang ia kenakan.Dengan santai, Qyra menuju ke loker. Ia tersenyum kecil sembari membuka loker. Terdapat dua tas di sana. Uang itu hanya akan menjadi miliknya setengah saja. Sedangkan sisanya akan menjadi milik orang-orang yang tak ia kenali.Qyra mengambil dua tas itu, Arion dan orang-orangnya keluar dari persembunyian dan bergegas menuju ke Qyra.Qyra membuka resleting salah satu tasnya kemudian ia menghamburkan uang yang ada di tas itu hingga membuat orang yang ada di sana berhamburan untuk mengambil uang itu.Arion dan bawahannya tidak bisa mendekati Qyra karena orang-oran
Lagi-lagi Way.com membuat artikel yang menggemparkan. Foto Briella dan Calvin yang berada di hotel kini telah tersebar luas di media online."Briell, lihat ini." Asisten Briella menyerahkan tablet yang ia pegang je Briella.Mata Briella nyaris keluar dari tempatnya. "Bagaimana bisa?" Ia bertanya tak percaya. Jarinya bergerak di atas layar tablet, ia membaca tulisan di artikel itu. Darahnya mendidih karena isi artikel yang terlalu memprovokasi."Yuri! Jalang itu nampaknya sudah menunggu hari ini dengan baik." Tangan Briella mengepal kuat."Temukan nomor ponsel Yuri." Briella menyerahkan tablet asistennya."Baik." Asisten Briella segera bergerak. Ia menghubungi koneksinya dan berhasil mendapatkan nomor Yuri.Briella kini mengerti tatapan aneh rekan-rekan kerjanya, semua karena artikel sampah yang Yuri terbitkan."Aku sudah mendapatkan nomornya," seru asisten Briella.Briella tak menunggu lama. Ia segera menghubungi Yuri."
Kehidupan Briella setelah fotonya dan Calvin tersebar menjadi makin tidak tenang. Ia bahkan tidak bisa meninggalkan kediamannya karena wartawan yang berjaga di sana. Jika saja prianya bukan Calvin maka ia tak akan sekacau ini. Ia benci terlibat scandal padahal ia sendiri yang memilih jalan itu.Di kediaman orangtua Calvin, saat ini Moreno dan Delillah merasa makin kecewa dengan Calvin. Apakah Calvin berniat melemparkan lumpur ke wajah mereka?"Aku tidak tahu bahwa aku memiliki anak tidak berbakti seperti Calvin." Sorot mata Moreno memperlihatkan riak kemarahan yang mendalam. "Apa sebenarnya yang ada di otak Calvin?" Makin lama Moreno makin menderita kekecewaan."Berhentilah memikirkannya, Sayang. Kesehatanmu menurun karena kau terlalu banyak pikiran." Delillah menenangkan suaminya. Ia juga kecewa pada Calvin, tapi ia tidak bisa apa-apa. Calvin memiliki sifat yang sama kerasnya dengan Moreno, jadi sulit untuk mengubah pendirian Calvin."Apa yang Papa