Hans langsung menyeruput segelas minuman dingin yang diberikan Xena. Tanpa sadar, dia meneguk layaknya orang kehausan, seperti berada di tengah gurun pasir yang panas menyengat.
Tak puas hanya segelas minuman, dia langsung menyambar gelas minuman milik Xena.
Gluk, gluk-gluk!
“Ah segarnya! Perutku kenyang! Aku ingin tidur!” gumam Hans kenikmatan sembari mengusap-usap perutnya, pikirannya sejenak terlupakan dengan para kesatria yang datang menghampirinya.
Para kesatria sangat keheranan dengan tingkah laku Hans. Sementara Xena hanya tersenyum, sembari terus memandangi wajah Hans, “Makhluk Bumi sangat aneh! Kau bisa tidur di pangkuanku … tapi sebelum itu, kita kedatangan tamu!”
Kabel ingatan Hans kembali terhubung, dia terkejut. Hans ketakutan dan spontan mundur beberapa langkah hingga jatuh terduduk. “K-kalian?”
“Dengan segala hormat, Raja memerintahkan Anda menuju ke istana! Pelantikan Anda menjadi Raja Baru akan segera dimulai!” u
Tetap semangat mengikuti cerita Another Maze! :-) Semoga tetap terhibur! Terima Kasih!
Noel menatap lurus ke arah Neirda. Tangannya tiba-tiba gemetaran, jantungnya berdebar-debar. “Siapa makhluk ini? Auranya kuat sekali!” Nina perlahan mundur beberapa langkah, tiba-tiba tubuhnya ambruk bertekuk lutut. “Ada apa dengan diriku? Mengapa tekanannya kuat sekali?” Ladrof yang biasanya spontan menyerang, dia terdiam berpikir dua kali. “Entah mengapa firasatku buruk soal ini … dia bukan lawan yang bisa dihadapi walau bersama-sama!” Sementara Gavazo berpikiran sama dengan Ladrof, dia memilih diam tak menyerang. “Neirda si penyihir?” ucap Xena lirih. Hans spontan melepas baju kebesarannya dan kembali mengenakan jas labnya. “Kau benar! Kita harus segera pergi melanjutkan perjalanan. Aku juga cemas dengan Zora.” Xena terperanjat. Mendengar Hans mengucap kata Zora membuat perasaan Xena mendadak gelisah tak keruan. Xena tampak lesu. Namun, karena situasi tak mendukung, dia mencoba menahan diri tak bertanya pada Hans. “Xena,” uc
Suasana berubah mencekam. Neirda bertingkah aneh. Dia mendadak mengeluarkan aura hijau pekat dengan tekanan terasa puluhan kali lebih berat. Noel tak kuat menahan tekanan aura dahsyat Neirda yang mendadak hilang kendali, di sisi lain Xena langsung terjatuh pingsan. “Mustahil! Kekuatan ini melebihi Monster! Sangat berat! Tubuhku tak kuat lagi ….” Bruk! Noel mendadak ambruk terjatuh. Kakek tua misterius itu spontan mengubah wujud dan penampilannya. Dia menjadi seorang gadis belia cantik, berkacamata dengan rambut biru panjang berkepang dua. Mengenakan armor kuning keemasan dibalut selendang merah. Perempuan itu juga mengenakan mahkota unik, dan di atas kepalanya terdapat tiga lingkar cincin halo menyala-nyala. Masing-masing tangannya terikat rantai. Tiba-tiba di hadapan gadis itu muncul sebuah senjata palu raksasa tanpa diawali merapal sihir. Aura hijau Neirda berubah merah mendidih dan meningkat ratusan kali li
Tumpukan berkas penelitian berserakan di atas meja, se porsi snack utuh tak tersentuh. Dengan tangan kanan memegang bolpoin, kepala bersandar di atas meja, tampak Robert Hans tertidur pulas. Jam digital menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit pagi, ruangan Hans tampak tertutup. Dari luar pintu terdengar suara bel berbunyi. Ting. Tong. “Tuan Hans, Anda di dalam?” suara perempuan dari luar pintu. Tak ada jawaban, bel kedua kembali berbunyi. Ting. Tong. “Tuan Hans saya Dhea, Anda di dalam?” Tetap tak ada jawaban. Dhea, perempuan berkacamata dengan mengenakan jas lab dan setelan celana jeans hitam membuka pintu ruang Hans. Dhea terkejut, menyadari ternyata pintu ruangan tak terkunci. Sambil membawa tumpukan berkas, Dhea masuk ke dalam. “Maaf Tuan Hans saya masuk ruangan Anda ….” Hawa dingin ruangan terasa menyembul keluar setelah pintu terbuka. Blak! Pintu berdecit kembali
Sampai di depan lift, dari lantai tiga Hans menekan lantai bawah sambil memasukkan kode rahasia, sementara Dhea berdiri di belakang Hans. “Jadi, Dhe belum tahu kalau ruangan ini berada di bawah tanah?” tanya Hans. “Bawah tanah? Bukannya di lantai dua sacred room-nya?” “Ya benar tapi sudah banyak yang tahu ruangan itu, ruangan ini beda, kamu pasti terkejut.” “Paling-paling ruangan itu isinya koleksi barang-barang alien semua.” ucap Dhea asal menebak. “Tidak,” “Lihat saja di sana.” timpal Hans menyeringai. Lift terbuka, Hans dan Dhea berada di dalam lift menuju lantai bawah. Di dalam lift suasana agak canggung, Dhea yang telah bekerja selama delapan tahun di lembaga penelitian Hans tak pernah menyangka diajak berkeliling oleh atasannya itu. Pekerjaan Dhea hanya seorang asisten, memberikan berkas laporan kepada Hans, serta mengawasi para karyawan atas perintah Hans. Sambil menunggu, Han
Hans sejenak menatap lurus wajah masing-masing robot pelayannya. “My Candy, beralih ke mode perang!” Para robot pelayan dengan serentak berubah penampilan. Hanya dalam hitungan detik, mereka langsung bertransformasi menjadi beragam pasukan elite, robot nano hologram beragam jenis. Mereka dilengkapi armor pelindung dan beragam senjata laser-gun, ion bomber, double metal high-sword dan berbagai jenis future weapon unik yang belum pernah ada. ** Plak! Plak! Hans menepuk tangan dua kali, dan muncullah sebuah tablet hologram di depannya. Hans lalu men-setting dan beralih ke mode admin, mengetikkan sebuah kode dan menekan tombol aktivasi. Alarm berbunyi. S
Hans berada di sisi kiri, sementara Dhea di sisi kanan. Hitungan waktu berjalan, perburuan robot dimulai. Zab! Zab! Zab! Tembakan laser Hans begitu cepat melesat mengenai robot pelayan yang tiba-tiba muncul dari arah depan menembakinya. Di sisi lain, Dhea mencari tempat berlindung yang aman untuk bersembunyi. Dia tampak cemas, wajahnya ketakutan. Perburuan robot berjalan ke hitungan delapan belas. Salah satu robot pelayan tiba-tiba menyerang Hans dari arah depan, dengan senjata double sword. Saat pedang dihunuskan ke arahnya, dengan bantuan teknologi nano di lapisan pelindung yang dipakai Hans, membuatnya dengan sigap menghindar serangan. Hans berhasil membidik tepat sasaran mengenai kepala robot, dan headshot! Robot pelayan hancur seketika menjadi kepingan hologram. Hitungan berjalan ke sembilan belas. Dhea belum memburu satu pun. Sebuah unit Robot pelayan t
Hans langsung masuk ke dalam, dikawal sebuah robot hologram, diikuti Dhea membuntut di belakang Hans. Tepat berdiri di pintu ruangan, sebuah pemandangan menakjubkan yang belum pernah dia lihat sebelumnya kini terpampang jelas di mata Dhea. Sebuah pesawat tempur raksasa stealth bomber hitam teknologi nano hologram berjajar rapi dengan gagah dalam sebuah ruang kosong. “Woahh!" “Besar sekali ... siapa yang membuat pesawat ini, Tuan?” “Ehm!” Hans berdehem seakan menunjukkan bahwa yang membuat adalah dirinya. Dhea tak berhenti-hentinya memandang pesawat itu, dirabanya terasa dingin seperti sungguhan. “Dengan dibantu para Candy setiaku, perlu dua tahun untuk menyelesaikan pesawat ini.” sahut Hans. “Jadi semua yang bekerja di sini, termasuk para peneliti dan pemerintah belum tahu apa-apa tentang penelitian tuan Hans?” tanya Dhea. “Ya mereka belum tahu. Khususnya tek
#Chapter ini hanya bonus, tidak termasuk ke dalam cerita# *** Sekolah Menengah Atas Lorensia. Seorang murid baru melangkahkan kaki, masuk ke dalam ruang kelas. Murid itu berpenampilan aneh, mengenakan jubah hitam dengan wajah tertutup tudung, dan membawa sebuah tongkat kecil. Tatapannya dingin dengan wajah pucat tanpa ekspresi. Seluruh mata se isi kelas tertuju pada murid aneh tersebut, termasuk Robert Hans. Sang guru, Miranda mempersilakan murid itu untuk mulai memperkenalkan diri. “Okay class, kali ini kita kedatangan seorang murid baru, dia seorang murid pindahan dari luar negeri.” tutur Miranda, sementara Zora hanya menatap sinis ke arah murid baru tersebut, “Karena suatu alasan, sekolah memperbolehkan dia untuk tetap mengenakan jubah. Oleh karena itu, Ibu harap kalian bisa akrab dengannya.” Miranda menepuk lirih pundak murid tersebut seraya berbisik ke arahnya, “Silakan perkenalkan dirimu!” Murid itu menur