Aksa tak meninggalkan Aletha sedikitpun. Dia masih setia menunggu Leta, bahkan hari ini dia tidak pergi ke kantor.
Farrel masuk ke dalam ruangan di mana Leta dirawat. Dia melihat tuannya duduk di samping sepupunya itu. Karena tuannya seperti tak menyadari kedatangannya, akhirnya Farrel beranjak keluar ruangan lagi.
Dia duduk di kursi tunggu yang berada di sana. Mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.
Panggilan berdering dan beberapa detik kemudian suara dari seberang terdengar.
"Hallo,"...
"Hallo Rossa , ini aku Farrel," katanya pada Rossa yang mengangkat panggilan tersebut.
"Ya mas, ada apa?" tanya Rossa.
"Bisakah kau memanggilkan ibuku, aku perlu bicara dengannya." ucap Farrel meminta tolong.
"Ya mas, tunggu sebentar ya," suara Rossa lagi, lalu telefon kembali hening.
Tak menunggu lama, kini ganti suara ibunya yang terdengar.
"Hallo Farrel, bagaimana keadaan Leta?" tanya ibunya.
"Baik ibu, tapi dia masih belu
Mobil mereka melaju membelah malam yang ramai. Farrel duduk di depan mengemudikan mobil. Sedangkan Aksa, Leta dan Kyra duduk di bangku belakang. Farrel sudah mengetahui semuanya setelah diceritakan ibunya. Dia turut senang akhirnya Aksa dekat dengan seorang wanita. Tak disangka wanita itu adalah sepupunya sendiri. Semoga hubungan mereka lancar, itulah yang dipikirkan Farrel.Kyra dengan semangat menceritakan hari-harinya selama tidak ada Leta. Leta dengan senantiasa mendengarkan dan sesekali menanggapi cerita tersebut. Meskipun baru sembuh dari sakit, tapi Leta merasa tubuhnya sudah sehat dan sangat bersemangat karena bisa keluar dari rumah sakit itu.Sedangkan Aksa daritadi fokus pada handphonenya. Dia sedang mengurus sesuatu, dia tersenyum terus memikirkan hal yang akan terjadi sebentar lagi.Mobil mereka memasuki parkiran sebuah restoran. Setelah mendapatkan posisi parkirnya Farrel menghentikan mobilnya. Dia keluar dan membuka pintu untuk Aksa. Setelahnya Aksa b
Farrel tersenyum telah berhasil menjalankan rencana tuannya. Kemarin saat hari pertama sepupunya itu masuk rumah sakit, Farrel mendapatkan tugas dari tuannya, untuk memesankan cincin untuk Aletha.Dia pergi langsung ke Welvs Jewelry dari rumah sakit. Memesan cincin polos dengan nama Aletha di dalamnya, dan cincin bermata permata kecil tapi tampak elegant, tak lupa nama Aksa tersisipkan di cincin itu juga.Darimana dia tahu ukurannya, itu karena Aksa memberikan dia sebuah tali yang sudah melingkar kecil. Tali itu dibuat untuk mengukur jarinya dan jari Leta. Setelahnya dia juga memesan tempat privacy di restoran yang sekarang menjadi tempat Aksa melamar Leta."Om, di mana ice creamnya?" tanya Kyra membuyarkan lamunan Farrel."Oh.. Eh iya om lupa. Kita akan pergi ke minimarket dulu untuk membeli ice cream," kata Farrel tergagap.Kyra mengangguk dalam gendongan Farrel. Farrel hanya meliriknya. Ini juga adalah rencana tuannya karena tak ingin Kyra mengganggu
Aksa sedang berada di kantornya saat ini. Pembicaraannya dengan Farrel tadi pagi membuat dia harus mengantisipasi apa yang direncanakan oleh bibinya.Dia memanggil Vino, sekretarisnya yang baru untuk segera memanggil jajaran tertinggi di perusahaan karena Aksa menginginkan rapat dadakan setengah jam dari sekarang.Vino pun mengiyakan dan segera melakukan perintah Aksa. Setelah kepergian Vino, Aksa menghela nafas kasar. Dia menyenderkan badannya dan memejamkan matanya.Dia harus segera menyingkirkan parasit itu dari kehidupannya atau kedepannya akan menjadi wabah bagi dirinya. Hah, andai saja dulu dia tidak menerima kedatangan orang tua itu. Pasti semua ini tak perlu terjadi, pikirnya.Aksa berjalan ke ruang rapat. Wajah tegas dan dingin itu selalu tertampang di wajahnya. Mungkin orang yang belum mengenal Aksa akan melihat Aksa adalah orang yang dingin, jarang bicara dan kejam. Tapi hal itu malah membuat sebagian karyawan wanitanya sering curi-curi pandang kep
Sudah tiga minggu Aksa sibuk dengan permasalahannya di perusahaan. Bibinya itu benar-benar membuat kondisi perusahaannya menjadi dwon kemaren. Sehingga Aksa harus berusaha lebih keras lagi untuk menstabilkan perusahaannya.Karena sudah tidak ada hal yang penting yang harus ditanganinya. Mungkin liburan akan menghilangkan penatnya dari bekerja. Ya, dia akan mengajak Leta dan Kyra liburan. Sudah lama dia tak mengunjungi villanya yang ada di kota sebelah yang berada di dekat pantai. Bagaimana jika dia membuat kejutan untuk Leta.Aksa sudah mengurus berkas-berkasnya. Hanya menunggu untuk sidang perceraiannya. Dia akan memerlukan beberapa orang untuk membuat kejutan ini, dan dia putuskan untuk mengajak paman Gandhi sekeluarga.Dia tersenyum dengan apa yang direncanakannya. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya sehingga dia bisa pulang lebih cepat.Malam ini Aksa menyuruh bi Prima dan paman Gandhi untuk datang ke ruangannya bersama Farrel. Setelah mereka semua berk
Aletha terbangun karena suara berisik di sebelahnya. Saat dia membuka matanya dia melihat Kyra dan Aksa sedang bermain di sampingnya, dqn yang membuat Leta kaget dan langsung tertawa adalah wajah Aksa yang banyak coretan putih. Apa itu bedak? pikir Leta.“Hahaha, kakak lihatlah. Papa selalu kalah bermain dengan Kyra,” ucap Kyra yang melihat Leta terbangun dan tertawa.Aksa yang melihat dua orang di depannya ini tertawa pun berlagak kesal. “Hei, Papa hanya sedang mengalah bukan karena kalah.” ucapnya.“Itu sama saja Papa,” kata Kyra tetap kekeuh.Leta akhirnya ikut duduk di ranjang bersama mereka, dia mengambil Kyra lalu memangkunya. “Memangnya apa yang kalian mainkan? Kenapa tidak mengajak kakak?" kata Leta bertanya pada Kyra.“Papa mengajak main batu gunting kertas, apa kakak mau ikut?” tanya Kyra balik.“Boleh, tapi nanti setelah kita ke pantai. Kita akan bermain ke pantai terlebih dulu,” ucap Leta tersenyum kepada Aksa. Bangun dari tidurnya tad
Aletha menggeliat geli ketika salah satu pegawai spa menggosok kakinya untuk memulai proses pedicure. Dia yang belum pernah melakukan ini tentu saja hal itu membuatnya geli.Saat ini Aletha sedang berada di salon. Menjalani spa lengkap sendirian dan tanpa teman. Tadi pagi Aksa berpamitan untuk pergi karena ada urusan pekerjaan mendadak yang kebetulan dekat dari sini. Leta pun memakluminya. Tapi saat dia tadi sedang bermain dengan Kyra, Farrel menjemputnya dan mengantarkannya di salon. Katanya Aksa akan membawanya ke pesta nanti malam.Tentu saja dia merasa gugup, dia tidak pernah pergi ke pesta. Bagaimana jika nanti dia akan mempermalukan Aksa. Huh.. Leta menghela nafas pelan. Kenapa juga Aksa tidak memberitahukannya langsung, bahkan dia sekarang sendirian di sini karena Farrel meninggalkannya dan berkata akan menjemputnya setelah selesai.Setelah pelayan tadi menyelesaikan pedicure, sekarang Leta disuruh mengganti bajunya dengan kain karena dia akan di pijat. Leta
Wkwkwkwkw, author ngenes dan merasa tersiksa nulis cerita kaya gini. But, buat para readers harap bijak memilah sebuah cerita. Author pada kalian💋💋**Semua tamu dadakan yang datang ke pesta itu satu-persatu mulai berpamitan, hanya tinggal beberapa orang lagi yang tersisa.Leta duduk, sesekali dia memijat tumitnya karena kakinya merasa pegal memakai high-heels terlalu lama.Kyra dan bibinya sudah pamit untuk kembali ke villa beserta pamannya dan penjaga villa, tak lupa Rossa juga.Aksa sedang berbicara dengan koleganya ketika melihat Leta duduk, wajahnya menyerngit tatkala melihat Leta membungkuk memijat kakinya. Aksa lalu berpamitan pada tamunya dan menghampiri Leta yang duduk bersama Farrel. Farrel yang melihat tuannya sudah datang langsung berpamitan pergi."Apa kau lelah?" tanya Aksa berdiri di hadapan Aletha.Leta yang mendengar suara Aksa mendongakkan kepalanya, hanya mengangguk dengan pertanyaan Aksa. Wajahnya terlihat sayu, benar-b
Jelita langsung pergi ke rumah sakit ketika pihak rumah sakit mengabarkan anaknya tadi sempat sadar. Dia tidak percaya, akhirnya apa yang selama ini diharapkannya terkabul.Dia masuk ke lorong rumah sakit, menelusuri jalan sampai dia ada di ruangan kamar putrinya. Dari kaca yang terpasang di pintu, Jelita masih melihat dokter di dalam sedang memeriksa.Dia melihat suster melepaskan alat-alat di tubuh anaknya. Apa yang terjadi, pikirnya. Bukankah tadi suster mengatakan bahwa anaknya sempat sadar, tapi kenapa sekarang begitu.. Tidak, tidak mungkin anaknya sudah tiada.Jelita panik dengan pemikirannya sendiri, dia ingin masuk tapi itu malah membuat keributan nantinya, akhirnya dia menunggu di depan ruangan itu, berjalan mondar-mandir sambil berdoa semoga apa yang dipikirkannya itu tidak terjadi.Jelita mengalihkan pandangannya ketika seorang suster keluar dari ruangan, dia segera mendekati suster itu."Bagaimana?" tanyanya."Silakan masuk Nyonya, dok