#FLASHBACK Setelah Kebersamaan Elena & Herlambang# Pagi sekali sekitar jam tujuh pagi tampak Erlangga telah berpakaian rapi menuruni tangga menuju ruang makan. Seorang pelayan menyapanya di pagi yang cerah ini. “Selamat pagi Tuan muda.., Bibi buatkan susu hangat atau teh hangat?” tanya seorang pelayan di meja makan. “Susu hangat aja. Sekalian buatkan roti bakar isi coklat dan keju,” perintah Erlangga seraya membuka tas sekolahnya untuk mengecek semua peralatan yang akan di pakai untuk mengerjakan soal pada semester ganjil ini. Erlangga mengirimkan pesan pada Bella teman satu kelasnya yang biasanya jam 7 pagi sudah di sekolah. [Pesan keluar Erlangga : Bella.., elo udah sampai sekolah?] “Silakan Tuan muda,” pelayan tersebut meletakan susu hangat dan roti sesuai permintaan Tuannya. Erlangga menikmati roti bakar isian coklat dan keju dengan sesekali memandang kearah ponselnya. Ia pun menggerutu sendiri, “Sialan nih Bella kagak jawab pesan gue.” Sepuluh menit kemudian, Erlangga pun
Sepanjang perjalanan yang hanya di tempuh selama sepuluh menit itu telah melambungkan pikiran Herlambang pada kejadian satu bulan lalu. Dan akhirnya mobil yang dikendarai Erlangga pun masuk ke halaman rumah mewah tersebut.Dimas menyambut kehadiran Herlambang dan Erlangga dengan tersenyum, namun tampaknya kedua lelaki tersebut sama sekali tidak melihat kehadirannya dan menyahut sapaannya. Dimas yang memandang kearah mereka berdua merasa mereka seperti dua orang asing yang tak saling mengenal dengan raut wajah menegang.Tiara bahagia saat melihat kedatangan Herlambang lebih awal bahkan lebih cepat dari dua minggu yang dijadwalkan kini hanya dua hari saja di Perth, terlebih Tiara melihat Erlangga yang pulang bersama Herlambang.“Er.., bagaimana dengan nilai rapor kamu?” tanya Tiara mengernyitkan dahinya memandang raut wajah Erlangga yang tampak tegang.“Er.., sini makan dulu..!” panggil Herlambang pada Erlangga yang berjalan menuju tangga dengan nada sedikit meninggi.Erlangga men
“Er.., bangunlah..,” pinta Herlambang pada putranya yang masih memegang kakinya.Erlangga tampak membangunkan Tiara juga dari tempatnya bersimpuh, lalu Herlambang pun melepaskan diri dari keduanya dan keluar dari ruangan. Namun Erlangga yang ingin kepastian dari Herlambang melangkah panjang mengikuti langkah lelaki tampan itu yang berjalan ke halaman menuju mobilnya.“Papii.., tunggu..! Papi mau kemana?” tanya Erlangga memegang pintu mobil Herlambang saat lelaki tampan itu akan menutup pintu mobilnya.“Papi ada janji bertemu kolega..,” sahut Herlambang menyalakan mobilnya dan mencoba menutup pintu mobilnya.Erlangga pun menghalangi untuk menutup pintu mobilnya dan mematikan mobil Herlambang dengan mengambil kuncinya.“Papi.., tolong selesaikan masalah Elena dulu.., Papi jangan pergi.., batalkan dulu janjinya.., Er kasian sama Elena kalau nggak kasih kepastian. Tolong Pii..,” pinta Erlangga dengan memelas.Dengan menarik napas panjang, Herlambang pun berkata, “Malam nanti kita ak
Herlambang pun menghentikan pembicaraan dengan Elena saat didengar seseorang memanggil Elena dan bel di dalam rumah itu pun berbunyi. Lena keluar dari ruang tamu dan tersenyum lebar.“Ayo masuk.., tumben gini hari belom siap-siap. Nggak kerja?” tanya Elena dengan wajah berseri seraya membukakan pintu pagar rumahnya.Ditariknya tangan Elena lalu Jamila pun berbisik, “Elo pasti abis begituan yaa sama Om Her..? Pantas aja nyokap elo nyuruh gue ke rumah.”“Ngawur lo.., kagak tuh..,” jawab Elena menelan ludah gugup.“Anjrit.., dari muka elo keliatan tahu..! Nanti cerita’in ke gue.., Ayoo kenalin gue sama dia,” ajak Jamila menggandeng tangan Elena dengan berbisik-bisik dan hal itu membuat wajah Elena merona.“Hello, Sore.., maaf ganggu jadinya,” ucap Jamila menatap tajam ke arah Herlambang.“Om Her.., ini Jamila teman sekolah Lena dan Er juga,” ujar Elena dan tampak Jamila mengulurkan tangannya tanpa melepas pandangannya pada lelaki gagah dan tampan itu.“Apa kabar Om..?” tanya Jamila tersen
Tiara yang kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan diri ke rumah Elena kembali berpikir untuk mengambil gadis yang dicinta oleh putranya ke rumah itu. Terbersit dalam benaknya untuk melepas Herlambang yang kini telah berubah seratus persen baik sikap dan kasih sayangnya.Dalam hati Tiara pun bergumam, ‘Lebih baik putraku tahu sebelum semua semakin menjadi buruk dibandingkan putraku menikahi wanita itu tapi di kemudian hari dia akan sakit dan akan menghancurkan hatinya. Lebih baik aku melepas satu lelaki dalam hidupku selamanya dan membawa Erlangga pergi jauh dari kekacauan yang aku buat.’“Mamii..., Mamii..., cepatlah..! Nanti keburu malam Mii..,” pinta Erlangga seraya mengetuk pintu Tiara berkali-kali.Tok... Tok... Tok...!!!“Mam...!” panggil Erlangga yang sudah tidak sabar menanti Tiara meminta waktu untuk mengganti pakaiannya.Ceklek..!“Er.., ada yang akan Mami katakan sama kamu!” ucap Tiara dengan suara bergetar.Dalam hati Tiara terus berupaya memberikan alasan penolakan atas di
Setelah Dimas dan Setya mampu melepaskan pecahan kaca pada tangan Erlangga dan Herlina mampu membuat Erlangga yakin kalau dia mendukung dirinya untuk menikahi Elena, akhirnya kekacauan di rumah Elena dapat diatasi dengan membawa Erlangga bersama Ermitha serta Elena ke Rumah Sakit.Sementara itu, Dimas diminta oleh Herlambang untuk membereskan semua kekacauan yang dilakukan oleh Erlangga di rumah Herlina serta menemani dan menenangkan mamanya Elena. Sesampai di Rumah Sakit, Dokter menangani luka sayatan pada pergelangan tangan pemuda itu dengan menjahitnya dan menangani luka pada tangan Ermitha. Erlangga yang ingin Elena tetap di sisinya pun dituruti agar pemuda itu lebih tenang dan emosinya kembali stabil. Sedang Ermitha keluar UGD saat pastikan tangannya hanya kena goresan kecil pada gelas kaca.“Ditunggu yaa pasiennya, kami akan bius lokal aja biar nggak sakit. Kurang sedikit lagi aja urat nadinya putus. Kenapa sampai seperti ini.., kasian tuh pacarnya sampai pucat,” ucap Dokter
“Tolong ngebut Pak..! ” perintah Herlambang pada sopir taxi tersebut.“Siap baik Pak..!” Sopir taxi itu pun menambah laju kendaraannya menembus malam dengan kondisi jalan yang telah lenggang. Lalu, mereka memasuki kompleks Perumahan Waringin tempat tinggal Elena dan sopir taxi itu pun menitipkan Kartu Tanda Pengenal bila akan masuk kompleks Perumahan tersebut.“Ikuti kata-kata saya , Pak!” perintah Herlambang pada sopir taxi usai memasuki area blok perumahan.Sampai akhirnya, Herlambang meminta pada sang sopir untuk memperlambat laju kendaraannya dan berhenti lima rumah dari rumah Elena.“Pak.., stop kiri.., matikan lampunya. Tunggu sampai mobil warna putih itu pergi kita ke rumah itu,” tunjuk Herlambang pada mobil di depan rumah Elena.“Maaf Pak.., tolong jangan buat masalah di rumah itu. Bapak tau sendiri, KTP saya di tahan sama sekuriti. Kalau ada apa-apa nanti saya yang repot ke kantor polisi,” tukas sopir taxi tersebut dengan rasa takut. Dan kini taxi itu berada lima ruma
Sesampai di kamar, Elena pun menaruh makanan di meja dan berkata, “Om.., ini makan, Lena mau ke kamar dulu. Kunci aja pintunya.., nanti kirim pesan aja kalau mau minta apa pun.” “Sayang..., suapi Om..,” dengan manja Herlambang menghalangi jalan Elena keluar dari kamar itu. “Om.., tadi Setya bangun.., Lena takut dia curiga..,” tutur Elena yang takut ketahuan Setya. “Satu kali suap aja.., tapi pakai tangan, abis itu Om akan makan sendiri,” ucap Herlambang merayu Elena. Lalu dengan menggelengkan kepala dan tersenyum Elena pun menyuapi Herlambang. Terlihat Herlambang sangat menikmati suapan dari tangan Elena sampai akhirnya bukan hanya satu kali suapan bahkan sampai makanan di piring itu tandas. “Hemm, bilang satu kali suap akhirnya sampai habis ini nasinya, Om sekarang telepon orang rumah atau pak Dimas untuk jemput Om disini.., mumpung baru jam satu,” usul Elena meminta Herlambang pulang. “Lena.., Om masih pengen sama kamu.., apa lagi kamu nggak mau diajak pergi dari sini. Jadi jan