Beranda / Romansa / Antara Kau, Aku & Papimu / BAB 2 : Kehadiran Herlambang

Share

BAB 2 : Kehadiran Herlambang

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-05 12:55:55

Pagi ini tidak seperti biasanya, Elena terlambat bangun pagi. Dan ia terbangun saat waktu menunjukkan pukul delapan lagi.

“Aduh.., kesiangan dah gue,” Elena bermonolog kala dilihat jam pada dinding kamarnya menunjukkan pukul delapan pagi.

Gegas Elena berjalan keluar kamarnya seraya mengambil apel dan roti coklat yang ada di nakasnya menuju dapur untuk memasak sarapan dan makan siang nanti.

Herlina yang masih di kamarnya dan baru saja terbangun, merasa kalau ia belum mencium aroma masakan dan mendengar suara dari kedua anaknya, maka ia pun beranjak dari tempat tidurnya berjalan menuju dapur.

Dilihat Elena baru menyiangi sayuran belum mulai memasak lalu Herlina pun menyapa putrinya, “Kesiangan yaa.., kita semua.”

“Iyaa Maa.., mungkin karena suasana libur, jadi matanya juga tau yaa.., hehehehehe,” canda Elena di pagi itu.

“Apa Mama mau minum kopi?” tanya Elena pada Herlina.

“Uhm.., boleh juga,” sahut Herlina.

Elena pun membuatkan kopi untuk Herlina dan pada saat Elena menuangkan air panas pada kopi dan gula pada cangkir, tercium aroma kopi yang menusuk hidungnya hingga rasa mual pun muncul seketika.

Namun, Elena segera memberikan kopi yang telah diseduh itu ke meja makan, agar aroma kopi yang menyengat itu tidak membuat perutnya bertambah merasakan mual.

Setelah itu, Elena mulai memasak sarapan dan makanan untuk makan siang. Usai menikmati secangkir kopi, Herlina membantu Elena memasak di dapur dengan menyiapkan sarapan terlebih dahulu, lalu menu makan siang pikirnya.

Keberadaan Herlina di dapur, membuat Elena menahan rasa mual yang luar biasa pada dirinya.

Bulir keringat dingin keluar dari pori-pori tubuh Elena saat menahan rasa mual yang luar biasa, terlebih aroma masakan menusuk hidungnya dan menciptakan rasa mual.

Sampai akhirnya Elena pun berlari ke toilet yang ada diluar, memuntahkan buah dan roti yang ia makan sewaktu bangun tidur.

Herlina yang tidak pernah sekali pun berpikir kalau putri cantiknya muntah-muntah karena hamil, membuatkan teh hangat, meminta Elena beristirahat di kamar dan ia berpikir untuk mengajaknya ke rumah sakit usai sarapan di pagi hari ini.

“Elena.., nanti kita ke rumah sakit aja yaa, Mama takut terjadi apa-apa sama kamu.., sayang, sekarang kamu istirahat aja di kamar. Selesai Mama masak, kita ke rumah sakit,” tutur Herlina mencemaskan keadaan putrinya yang muntah-muntah sejak pulang sekolah kemarin.

“Lena nggak kenapa-napa kok Maa.., memang asam lambungnya aja bermasalah. Maaf ya Maa.., Lena di kamar dulu. Nanti kalau udah enakkan Lena bantu di dapur lagi,” ujar Elena, kasihan melihat posisi Herlina yang baru saja pulih dari cedera dua tahun lalu.

Herlina keluar dari kamar Elena bersamaan dengan terdengarnya bel yang berdenting keras di dalam rumah itu.

Tok... Tok... Tok...

“Setya.., Setya.., bangun..!” perintah Herlina seraya mengetuk pintu anak lelakinya yang belum terjaga dari lelapnya, kala dilihat jam telah menunjukkan pukul delapan pagi.

Setya yang juga libur usai pengambilan rapor keluar dari kamar dengan mata masih terkantuk-kantuk dan berkata, “Ada apa sih.., Maa..”

“Setya.., mau kamu sekolah atau libur.., biasakan bangun pagi..! Coba liat siapa yang datang, Mama masih mencuci perabot di dapur,” perintah Herlina.

Setya membasuh wajahnya pada wastafel di samping dapur. Ketika tidak dilihat kakaknya, Setya pun bertanya pada Herlina, “Dimana kak Lena.., Maa.”

Kembali bel pada rumah itu berbunyi, usai berhenti sesaat. Gegas Setya berjalan keluar rumah untuk melihat tamu yang datang hari ini. Tampak Herlambang telah berada diluar pintu pagar.

Setya pun berlari dan membuka pintu pagar yang masih tergembok itu dan mempersilakan Herlambang masuk ke dalam rumah.

“Pagi.., Om.., silakan masuk,” sapa Setya saat membukakan pintu pagar dan tersenyum pada Herlambang. Kebetulan Om datang, dari kemarin kak Elena sakit. Pagi ini juga lak Elena belom keliatan, mungkin masih sakit,” sapa Satya yang langsung menceritakan kondisi Elena.

“Yaa.., Pagi Setya.., gimana kabar semuanya?” tanya Herlambang basa-basi, masuk ke dalam halaman dengan meminta sopir taxi untuk menunggu di halaman rumah Elena..

“Mama dan Setya sih baik-baik aja. Uhm... ya itu tadi Om.., cuman kak Elena saja dari kemarin dan barusan kata mama, pagi-pagi kak Elena muntah lagi lalu tidur lagi. Untung aja Om datang, tadi mama bilang sih mau dibawa ke rumah sakit,” ucap Setya menceritakan kondisi Elena.

“Apa..? Kak Elena masih muntah-muntah sampai sekarang?” tanya Herlambang cemas seraya melangkah lebar mendahului Setya masuk ke dalam rumah.

“Elena.., Lena..,” panggil Herlambang saat cemas dan lupa kalau Herlina ada di dalam rumah itu.

Herlina yang mendengar suara Herlambang keluar dari dapur, berjalan menuju ruang tamu dan menyambut Herlambang dengan senyuman.

“Selamat pagi Pak Her.., tumben pagi sekali sudah ke rumah. Apa Elena yang menghubungi bapak karena dia kurang enak badan? Manja sekali lama-lama anak itu sama Pak Her..,” sapa Herlina memandang sekilas lelaki tampan yang usianya lebih muda lima tahun darinya.

“Iyaa Mbak.., tadi Elena menghubungi saya,” sahutnya berbohong dan pandangannya menyapu beberapa ruangan untuk mencari keberadaan Elena dengan hati penuh kecemasan.

“Aduh.., itu anak bikin susah dan repot Pak Her saja. Dia cuman muntah-muntah saja. Kemungkinan asam lambungnya naik. Nanti saya akan antar ke rumah sakit setelah sarapan. Silakan duduk dulu Pak.., saya panggil Elena dulu,” ujar Herlina menjelaskan seraya mempersilakan Herlambang duduk.

Herlambang yang sejak turun dari pesawat mencemaskan keadaan Elena tidak bisa duduk dan ia meminta izin pada Herlina untuk melihat kondisi Elena.

“Biarkan Elena istirahat di kamarnya. Hemmm.., maaf.., boleh saya masuk ke kamarnya untuk melihat kondisinya, Buu...?” tanya Herlambang ragu-ragu meminta izin pada Herlina.

“Silakan Pak.., Monggo silakan.., Bapak itu sudah kami anggap anggota keluarga sendiri. Dan maaf kalau Elena manja sama Pak Her.., karena sejak papanya wafat, dia sering kangen sama papanya. Silakan Pak..,” tutur Herlina seraya mengantar Herlambang ke kamar Elena.

Mereka pun masuk ke kamar, terlihat Elena terlelap kembali di tempat tidurnya. Terlihat wajah cantik Elena memucat lalu saat Herlina ingin membangunkannya dari tidur, Herlambang pun melarangnya.

“Biarkan saja dia tidur.., apa boleh saya tunggu di kamar ini..?” tanya Herlambang menatap Herlina seraya memohon pengertiannya.

“Iyaa.., Pak Her. Silakan.., saya jadi terharu karena Bapak begitu memperhatikan Elena. Uhmm.., dia sekarang ini jadi menemukan sosok Papanya yang perhatian dan begitu dekat dengan dia. Selama ini saya kurang memperhatikannya karena penyakit saya dan kehidupan kami. Terima kasih, Pak.”

Herlina berkata pada Herlambang dengan mata berkaca-kaca. Sejak kedatangan Herlambang ke rumahnya di gang kecil di pemukiman kumuh nan padat dengan polusi luar biasa itu, Herlambang telah mem-proklamirkan dirinya sebagai papinya Erlangga yang menganggap Elena juga seperti anaknya sendiri.

Herlina pun meninggalkan Herlambang yang mengambil kursi pada meja belajar Elena, duduk persis disisi tempat tidurnya.

Dipandangi wajah cantik nan pucat itu. Dengan kasih sayangnya tangan Herlambang mengelus dahi dan rambut yang terurai lepas. Digenggamnya pula jemari lentik Elena.

Diciumnya jemari Elena dengan lembut seraya berkata, “Sayang..., bertahanlah. Kamu harus kuat jalani kehamilan ini.”

“Cup..!”

Herlambang dengan kasih sayang mengecup kening Elena dan mengusap lembut pipinya yang putih bak pualam nan lembut. Lalu Herlambang juga mengikuti garis bibir Elena dengan telunjuk tangannya disaat si empunya bibir terlelap.

Dalam hati Herlambang meradang, kala teringat kalau gadis yang dicintanya adalah kekasih putra sambungnya. Dalam hati Herlambang pun berbisik lirih.

‘Bagaimana kalau Elena mengandung anakku..? Apa memang aku bukan pria mandul? Ooh.., aku harus bagaimana bersikap pada Erlangga jika memang yang dikandung adalah putraku? Bagaimana mungkin kejahatan Tiara membuat Elena harus menderita seperti ini?’

Elena yang tangannya dalam genggaman Herlambang dan terus diciumnya terbangun dan mendapati Herlambang telah berada di hadapannya dengan menunduk dan mencium tangannya.

“Om Her...,” sapanya lirih membuat Herlambang melepas genggamannya dan menatap lekat gadis cantik yang kini dikasihi dan sering dirindukan.

Sejak dua minggu lalu, usai kejadian terakhir disaat mereka melewati pagi hari dengan hasrat liar dalam gelora yang membara antara dirinya dan Elena.

Herlambang memenuhi janjinya tidak menemui Elena, namun dua garis pada test pack Elena membuat Herlambang harus menemui gadis cantik jelita ini.

“Sayang.., apa masih mual?” tanya Herlambang dengan hati-hati mengusap lembut pipi Elena.

Elena menganggukkan kepalanya dan berbisik lirih, “Om.., apa bisa kita ngomong masalah ini diluar? Lena takut mama tahu kalau..?”

Herlambang pun menganggukkan kepalanya dan berkata, “Yaa.., sekalian Om mau ajak kamu ke dokter kandungan. Om mau kamu dan bayi yang kamu kandung baik-baik saja. Apa Erlangga ada ngomong atau menghubungi kamu pagi ini?”

Elena menggelengkan kepalanya dan menceritakan hal yang dikatakan oleh Erlangga saat ia mengatakan dirinya hamil semalam. Setelah mendengar penuturan Elena atas diri putra sambungnya, Herlambang pun meminta Elena untuk bersiap-siap keluar bersamanya.

“Sekarang Om tunggu kamu diluar yaa..,” ujar Herlambang, mengelus rambut Elena dan tersenyum samar. Dan Elena menjawab permintaannya dengan menganggukkan kepalanya lalu Herlambang berlalu dari dalam kamar Elena.

Herlambang pun keluar dari kamar Elena dan menyambangi Herlina yang tengah menyiapkan sarapan pagi saat jam telah menunjukkan pukul sembilan kurang.

“Buu.., saya yang akan membawa Elena ke rumah sakit hari ini. Jadi Ibu tinggal tunggu kabar aja. Saya rasa Elena akan baik-baik saja,” ucap Herlambang yang berdiri menghadap ke arah Herlina yang berdiri pada sisi pintu dapur.

“Sarapan dulu, Pak Her..,” ajak Herlina bersamaan kedatangan Elena ke ruang makan.

Herlambang melihat penolakan pada mata Elena saat Herlina memintanya untuk sarapan. Mengetahui hal itu Herlambang pun berdusta, “Nanti saja... biar kami cari bubur ayam saja, Kemungkinan pencernaan Elena bermasalah. Jadi dia harus makan makanan yang lembut.”

“Ooh.., begitu.., iyaa betul bisa jadi Elena lambungnya menolak makanan kasar dan aroma yang kuat,” sahut Herlina membenarkan apa yang di sampaikan oleh Herlambang.

Setelah itu, Elena pun berpamitan pada Herlina dengan mencium punggung tangannya, “Maa.., Lena jalan dulu yaa.., Mama jangan kuatir Lena baik-baik aja kok Maa..”

Herlambang pun berpamitan dan mereka pun keluar bersama diantar hingga teras rumah itu. Lalu Herlambang meminta Elena masuk ke dalam taxi yang menunggunya dan ia menutup pintu pagar rumah Elena.

Ketika taxi mulai berjalan meninggalkan kompleks perumahan menuju rumah sakit terdekat, Elena duduk di bagian belakang dan Herlambang duduk disisi sopir. Elena mulai kembali merasakan rasa mual pada perutnya.

Dan Elena yang menahan rasa mual dengan keringat dingin yang membasahi dahinya meminta pada sang sopir untuk menepi pada bahu jalan.

“Pak.., apa bisa menepi sebentar saja? Saya mau muntah..,” pinta Elena menahan mual.

Seketika mobil taxi pun menepi disisi kiri jalan. Herlambang yang mendengar keluhan Elena pun ikut keluar saat Elena berjongkok di tepi jalan dan memuntahkan isi perutnya yang hanya diisi dengan roti dan buah. Karena sejak merasa sering mual, Elena mendadak tidak menyukai nasi.

Herlambang ikut berjongkok dan memegangi tangan Elena yang muntah-muntah di tepi jalan. Usai memuntahkan seluruh isi perutnya, Herlambang dengan kasih sayang menyeka keringat pada dahi dan menyeka bibir Elena dari sisa muntah dengan sapu tangannya.

“Sebentar lagi kita sampai.., kamu yang kuat yaa,” pinta Herlambang merapikan rambut Elena yang tergerai.

Lalu mereka masuk pada bagian bangku penumpang. Kini Herlambang duduk disisi Elena dengan merangkulnya.

Elena pun menyandarkan kepalanya pada bahu Herlambang yang merengkuh dirinya. Ada rasa nyaman saat ia berada dalam dekapan Herlambang dan Elena merasa rasa mual nya hilang seketika saat dalam dekapannya.

Dalam hati terdalam Elena pun bergumam, ‘Hmmm., Kenapa gue kagak mual lagi? Apa karena Om Her... Ayah dari bayi yang gue kandung ini? Yaa.., Tuhan.., tolong jangan hukum diri ini atas kesalahan maminya Er.., kasihan Erlangga dan Om Her.’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
untuk semua pembaca Setia Good Novel... lanjut yaa ceritanya... Dijamin seru... makasih banyak & love sekebon untuk kakak semuaヾ⁠(⁠˙⁠❥⁠˙⁠)⁠ノmakasih (⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)...makasih(⁠✷⁠‿⁠✷⁠)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
kan sifat dari orang baik ya model gitu kak......️......️ makasih dah hadir
goodnovel comment avatar
baihaqi abdullah
Elena bukan nya mengasihani diri sendiri... malah masih sempet sempet nya kasihan sama Erlangga sama Om Herlambang...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 100 : The END AKA&P

    Mobil yang membawa Elena, Tiara dan Herlambang pun sampai di rumah Herlambang. Dan Tiara yang berjanji akan mempertemukan Elena dan Sakti meminta Elena untuk masuk ke kamar Sakti yang telah di dekorasi dengan warna biru. Dan Elena pun masuk ke dalam rumah itu dan mendapati Sakti bersama seorang pengasuh bayi.Melihat kedatangan Elena di kamar itu, Sakti yang telah mengenali Elena pun menangis dan minta di gendongnya seraya menangis. Lalu, Elena pun menggendong balita imut itu dengan perasaan bahagia dan terharu, karena Sakti sangat merindukan kehadiran Elena.Lalu, Elena pun bercengkerama dengan Sakti di saat Tiara tengah mempersiapkan makan siang untuk mereka.Herlambang yang tahu Elena berada di kamar Sakti, akhirnya berjalan ke kamar itu. Sesampai di kamar itu, Herlambang pun duduk pada sofa, sedangkan Elena tengah duduk di lantai yang telah di lapisi permadani. Memandang kehadiran Herlambang, Elena menoleh ke arahnya dan bermain kembali dengan Sakti.Di saat itu, Herlambang pun m

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 99 : Duka Mila & Luka Elena

    Erlangga, Alexander dan Bella yang tiba dari bandara tepat pukul sembilan pagi langsung menuju Rumah Sakit untuk ikut bersama TPU. Erlangga ikut bersama Bella yang dijemput oleh sopir pribadi dari keluarga Bella, sedangkan Alexander di jemput oleh Ermitha dengan tujuan yang sama menuju Rumah Sakit tempat kelima jenazah dari keluarga Jamila usai diautopsi dan usai di sholati oleh keluarga besar dari suami Jamila, keluarga Elena serta beberapa tetangga dari pemukiman kumuh, merasa kehilangan atas kelima tetangga mereka yang dikenal suka menolong.Mobil yang membawa Alexander, Ermitha, Bella dan Erlangga sampai di Rumah Sakit. Lalu, mereka pun keluar dari mobil yang membawa mereka. Terlihat, Erlangga menggandeng mesra tangan Bella berjalan menuju ruang pemulasan jenazah dan bertemu Jamila yang masih dalam kondisi terpukul dengan kedua mata sembab.“Mila.., gue ikut berduka atas musibah ini. Gue yakin Allah punya rencana besar buat elo. Yakin aja setiap musibah dan duka ada hal yang aka

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 98 : Duka Jamila

    Kebakaran yang terjadi di gang sempit di lingkungan kumuh tempat tinggal Jamila dan Elena kini tinggal debu. Puing-puing arang berwarna hitam menjadi pemandangan memilukan di area sepanjang gang sempit kumuh tersebut. Pabrik kulit terbesar di Jakarta itu terbakar. Dilingkungan kumuh itu tercatat, ada 5 orang tewas mengenaskan terpanggang di dalam rumahnya. Kelima orang yang tewas dalam kebakaran tersebut adalah keluarga Jamila. Yang terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga adiknya. Elena dan Herlina yang ke lokasi usai membawa Jamila ke Rumah Sakit, melihat rumah peninggalan Papanya Elena pun tinggal debu. Banyak penghuni dilingkungan kumuh itu menangisi kehilangan harta bendanya. Terlebih Jamila yang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya.“Maaa.., akhirnya rumah kesayangan Papa jadi debu.., apa masih boleh kita bangun lagi rumah disini?” isak Elena yang melihat tembok pada rumah peninggalan Sentana tinggal setengah. Yang tampak dalam pemandangan yang ada hanya hamparan puing-p

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 97 : Karma Jamila

    Elena yang tidak menyangka atas syarat yang dilakukan pada dirinya membuatnya menangis tersedu-sedu. Jamila yang mendengar syarat dari Erlangga, langsung menghubungi lelaki tampan itu lagi, namun tidak sekali pun panggilan Jamila dijawab olehnya. “Lena.., gue sih yakin.., Erlangga cuma gertak elo aja. Seingat gue sih.., Er di Perth nggak deket sama siapa pun. Masa sih elo kagak percaya sama laki elo sendiri. Udah elo tenang aja. Pikirin Er junior.., kasian itu bayi dalam kandungan elo, pasti bawaan si bayi kali.., bokapnya jadi seperti itu,” ungkap Jamila. “Tapi kan nggak usah pakai minta izin gue untuk kawin lagi. Er sengaja mau nyakitin hati gue. Emang sih gue salah. Tapi, semua itu gara-gara nyokap nya juga. Mila, ambil lagi aja Sakti, gue kagak mau kalau sampai Er kawin lagi. Buat apa coba? Mending kagak kenal dari awal sama Er dan keluarganya!” sengit Elena mondar mandir di dalam kamarnya. “Lena, kenapa sih sekarang ini gue liat elo beda sama waktu sekolah dulu. Kenapa sih, elo

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 96 : Keikhlasan Elena & Syarat Erlangga

    Elena yang diminta oleh Herlina untuk menemui Tiara yang berada di ruang keluarga, dengan terpaksa ditemuinya usai selesai menidurkan Sakti. Di dampingi Jamila, Elena pun berjalan menemui Tiara yang kini terlihat seperti musuh mengibarkan bendera putihnya. “Ngapaen sih dia ke rumah lagi. Nyebelin banget,” bisik Elena saat berada di sisi Jamila. “Pastinya bukan berita baik,” ujar Jamila pelan. Setelah mereka duduk dalam satu meja, Tiara mulai menceritakan penyakit dan kesempatan hidupnya di dunia ini. Setelah itu, tanpa di sadari Tiara telah berada di hadapan Elena dan memeluk gadis cantik jelita itu. “Lena.., demi Allah dan atas nama putra pertamaku. Kalau aku tidak akan menyakiti Sakti. Aku akan perlakukan Sakti layaknya Mas Herlambang memperlakukan Erlangga,” isak tangis Tiara memecah ruang keluarga yang hening. Sejenak Elena terdiam, menatap raut wajah Jamila, lalu Elena pun bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan, Tante?” “Berikan Sakti pada Mas Herlambang. Karena hanya Sakti k

  • Antara Kau, Aku & Papimu   BAB 95 : Tiara ke rumah Elena kembali

    Saat ini, Herlina, Elena dan Jamila berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan masalah Sakti yang diminta oleh keluarga Herlambang. Dan Herlina terlihat membujuk Elena untuk mau memberikan Sakti pada Herlambang.“Lena.., apa nggak sebaiknya kamu kasih aja Sakti ke keluarga Herlambang? Mama kasihan sama Pak Hermansyah dan Ibu Sitoresmi. Lagi pula mengurusi dua bayi sekaligus itu sangat sulit Lena. Apalagi kalau mereka berdua sakit. Juga besok atau lusa Sakti juga tahu siapa ibunya. Anak itu akan mencari ibunya,” nasihat Herlina pada putrinya.“Lena, coba kamu pikirkan lagi..., Mama liat Pak Herlambang serius mau ambil kamu jadi istri dan itu semua demi Sakti dan bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa nggak sebaiknya kamu mau terima Pak Herlambang, Mama ikhlas Lena,” ungkap Herlina atas gambaran pikirannya, mengingat Erlangga tampak telah marah dan tak peduli pada Elena.“Maa.., Lena kasihan sama Erlangga. Sekarang ini dia udah nggak mau bicara pada tante Tiara dan putus hubu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status