Share

bab 10

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-03-28 08:19:08

Reina berjalan-jalan untuk mencari cara agar bisa melarikan diri dari Satya dan kembali ke perbatasan. Namun, upayanya terasa sia-sia. Tidak ada celah untuk kabur, dan penjagaan di sekitar markas begitu ketat. Setiap sudut wilayah ini dijaga oleh tentara yang siap siaga, membuat Reina frustasi.

Kesempatan datang ketika Letnan Dito menawarkan untuk menemaninya berjalan-jalan di sekitar markas. Dengan penuh perhitungan, Reina berusaha memanfaatkan situasi itu. Saat mereka sampai di tempat yang cukup sepi, Reina berpura-pura lelah dan meminta untuk meminjam ponsel Dito.

"Sebentar saja, aku hanya ingin mengecek sesuatu," katanya dengan wajah meyakinkan.

Dito sempat ragu, tapi akhirnya menyerahkan ponselnya. Dengan cepat, Reina mengetik nomor Arian dan mencoba menghubunginya. Namun, setiap kali ia menelepon, panggilannya selalu gagal tersambung. Ia menghela napas panjang, lalu segera menghapus jejak panggilannya dari daftar riwayat.

"Tolong, jangan ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 11 Rumah Sakit

    Satya membawa Reina ke dalam kamar begitu mereka tiba. Tanpa banyak bicara, dia membuka laci meja dan mengambil kotak P3K. Gerakannya cepat dan efisien, seperti seseorang yang sudah terbiasa menangani luka di medan tempur."Duduk," perintahnya, suaranya tetap tegas, tapi ada nada lembut yang sulit ia sembunyikan.Reina menurut, duduk di tepi ranjang. Satya berlutut di hadapannya, membuka botol antiseptik dan menuangkannya ke kapas. Dia tidak terburu-buru, memastikan setiap gerakannya tidak menambah rasa sakit.Saat kapas menyentuh luka di lengan Reina, Satya bisa merasakan tubuh perempuan itu menegang sesaat."Sakit?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan."Enggak," jawab Reina cepat, tapi wajahnya jelas berkata lain.Satya hanya mendesah pelan. Dia tahu Reina selalu berusaha terlihat kuat, tapi itu tidak mengurangi kepeduliannya. Dengan cekatan, dia mulai membalut luka itu. Namun, gerakannya tiba-tiba terhenti saat matanya menangkap sesuatu—sebuah bekas luka lama di lengan Reina. Suda

    Last Updated : 2025-03-29
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 12 Alam Bebas

    Sersan Hendra menggerutu sepanjang perjalanan menuju akademi. Sudah seminggu ini ia tidak diizinkan menjenguk Reina di rumah sakit. “Mayor Satya benar-benar aneh. Dia menahan seorang siswa di rumah sakit hanya karena pingsan. Apa dia pikir Rei itu siapa?” Di sampingnya, Reina hanya tersenyum tipis sambil melihat ke luar jendela. Dalam hati, ia justru lega karena drama ini akhirnya selesai. Setibanya di akademi, Reina langsung menuju kamarnya. Teman-temannya yang sudah lama tak melihatnya segera menyambut dengan antusias. “Reihardi! Akhirnya kamu kembali! Kami pikir kamu diculik alien!” seru Daniel sambil berusaha memeluknya, tapi Reina dengan lincah menghindar. Reina terkekeh. “Rasanya lebih parah daripada diculik alien. Aku sendirian di rumah sakit tanpa boleh dijenguk siapa pun!” Teman-temannya mendekat, penasaran ingin tahu lebih banyak. “Jadi kenapa kamu sampai pingsan? Apa benar karena kelelahan?” tanya salah satu dari mereka. Reina mengangkat bahu. “Mungkin. Aku jug

    Last Updated : 2025-03-30
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 13

    Reina menarik napas panjang sebelum melangkah keluar menuju lapangan. Ia merasa pandangan Satya kembali tertuju padanya, tapi ia tetap menatap lurus ke depan, bergabung dengan barisan siswa lain."Baik, dengarkan baik-baik!" suara lantang Mayor Satya menggema di lapangan, membuat semua siswa terdiam. "Latihan bertahan hidup ini akan berlangsung selama tujuh hari. Kalian akan dikelompokkan dalam tim kecil, dan setiap tim harus mampu bertahan di hutan tanpa bantuan eksternal. Siapa pun yang tidak mampu mengikuti aturan, akan dievaluasi lebih lanjut dan akan menjadi tentara barusan terdepan."Suasana semakin tegang. Beberapa siswa menelan ludah, sementara yang lain tampak berusaha tetap tenang. Reina tetap diam, tetapi pikirannya berputar cepat. Ia harus tetap fokus, tidak boleh menunjukkan tanda-tanda kelemahan.Satya melanjutkan, "Setiap tim akan mendapatkan satu kompas, satu pisau, dan satu kantong air. Tidak ada makanan. Kalian harus mencari sendiri. Jangan lupa, dalam kondisi darura

    Last Updated : 2025-03-31
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 14 – Terjebak dalam Badai

    Hujan mulai turun saat tim Reina masih sibuk mencari tempat berlindung. Awalnya hanya gerimis kecil, tetapi dalam hitungan menit, hujan berubah menjadi badai yang menggila. "Aduh, celanaku basah semua!" keluh Daniel sambil memeluk dirinya sendiri, menggigil. "Kamu pikir aku kering?" sahut Malik, mencoba mengibaskan air dari bajunya yang sudah melekat di tubuh. "Kita semua basah kuyup!" Reina menghela napas panjang, mencoba tetap fokus di tengah situasi yang semakin sulit. "Kita harus segera mencari tempat berlindung sebelum badai semakin parah. Ada gua atau pohon besar di sekitar sini?" Tio menunjuk ke arah bebatuan di kejauhan. "Di sana ada cekungan batu! Mungkin bisa kita pakai untuk berteduh!" Mereka segera bergerak ke sana, tetapi tanah di bawah kaki mereka semakin licin. Adit terpeleset, hampir jatuh ke kubangan lumpur, tetapi Reina dengan sigap menarik kerah bajunya sebelum ia terjerembab. "Aku hampir mati barusan," desis Adit dengan napas terengah. "Kamu baru hampi

    Last Updated : 2025-04-01
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 15 Terpisah Dalam Kegelapan

    Tanah di lereng bukit mulai longsor, Reina dan kawan-kawan mulai panik. "HATI-HATI!" teriak Reina sekuat tenaga.Namun, sudah terlambat. Longsoran tanah dan bebatuan meluncur deras, memisahkan mereka dalam sekejap. Reina hanya bisa melihat sekilas bayangan teman-temannya sebelum semuanya tertelan oleh tanah dan lumpur.Saat debu dan lumpur mereda, Reina merangkak keluar dari timbunan tanah. Napasnya terengah-engah, jantungnya masih berdebar kencang."Daniel? Malik? Adit?" serunya, namun hanya suara hujan yang menjawabnya.Hutan terasa lebih mencekam dari sebelumnya. Reina berdiri perlahan, mencoba memahami situasinya. Ia sendirian.Sementara itu, di sisi lain...Malik dan Tio terbatuk-batuk, berusaha menghapus lumpur dari wajah mereka. "Sial! Rei? Daniel?" teriak Malik."Aku di sini!" sahut Daniel, muncul dari balik semak-semak dengan Adit yang masih gemetaran di belakangnya. "Tapi Reina tidak ada."Mereka saling bertukar pandang dengan wajah penuh kecemasan.Sementara itu, Reina ber

    Last Updated : 2025-04-03
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 16 Titik Temu

    Satya menatap jalanan di depan mobilnya yang basah kuyup oleh hujan. Sejak menerima telepon darurat tentang bencana longsor di daerah latihan, hatinya tidak bisa tenang. Wajahnya tetap datar, tetapi di dalam, kekhawatirannya semakin membuncah.Ia hampir sampai di gerbang istana ketika suara telepon di tangannya kembali berbunyi, laporan terbaru dari pos pelatihan yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang.“Mayor Satya, beberapa siswa masih terjebak di hutan. Ada yang belum ditemukan, dan kondisi medan semakin memburuk. Kami membutuhkan bantuan segera!”“Lanjutkan pencarian!” jawab Satya tegas. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa mereka tidak cukup cepat. Waktu telah terbuang terlalu banyak.Setibanya di pos pelatihan, Satya langsung meminta untuk turun dan bergabung dengan tim pencarian. Namun, komandan yang ada di sana menahannya dengan suara keras.“Mayor, ini bukan tugas Anda! Kami sudah menyiapkan tim profesional. Anda harus kembali ke istana. Ada masalah lain yang menunggu.”

    Last Updated : 2025-04-04
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 17

    Hari mulai gelap dan hawa dingin semakin menusuk. Kabut tipis turun perlahan, bergulung di antara pepohonan, membawa udara lembah yang menggigit kulit. Reina memeluk dirinya sendiri, menggigil meski sudah mengenakan jaket tambahan yang diberikan Satya sebelumnya. Nafasnya terlihat samar dalam embusan dingin. Setelah menyusuri hutan lebih jauh, mereka akhirnya menemukan Malik dan Adit. Keduanya duduk meringkuk di bawah cekungan batu besar, wajah lelah dan mata nyaris tertutup karena kelelahan. Satya segera berlutut, mengecek kondisi mereka. “Kalian baik-baik saja?” tanyanya cepat. “Aku... kaki keseleo sedikit,” gumam Adit, sementara Malik hanya mengangguk lemah. “Tidak ada luka serius, syukurlah,” ujar Satya sambil membuka ransel. Ia mengeluarkan selimut termal, beberapa bungkus makanan darurat, dan radio kecil. “Kalian harus bertahan di sini malam ini,” katanya tegas. Ia menyerahkan selimut ke Malik, lalu beralih ke Reina, tatapannya serius dan dalam. “Tolong jaga mereka mala

    Last Updated : 2025-04-05
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 18 Evakuasi

    Reina dan Satya saling pandang. Langkah mereka terhenti sejenak di antara kabut yang menyelimuti hutan. Hening. Hanya napas mereka yang terdengar berat.Reina merasa detak jantungnya berpacu tak karuan. “Tio...” tanyanya hati-hati. “Kamu... tadi denger apa, ya?”Tio yang dipapah Satya dan duduk setengah nyandar di tanah, tersenyum miring meski wajahnya masih pucat. “Hmm... nggak banyak sih. Cuma... aku sempat denger Pak Satya bilang sesuatu kayak... ‘istri’?”Reina langsung membeku. “Itu... mungkin kamu salah denger,” ujarnya cepat, terlalu cepat.Satya menoleh pelan. Tatapannya ke Tio datar tapi ada kilat waspada. “Kamu lagi luka, jangan terlalu mikir yang nggak penting.”Tio menaikkan alis, kepalanya sedikit miring. “Ooo... rahasia ya? Wah, aku suka nih suasana kayak sinetron malam Jumat.”Reina memukul pelan lututnya. “Tio! Fokus ke kakimu, bukan drama hidup orang.”Satya menapaki lereng perlahan, membawa Tio di punggungnya. Nafasnya teratur, langkahnya mantap meski medan masih lic

    Last Updated : 2025-04-06

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 51

    Cahaya pagi menyusup lewat jendela, menari di sela-sela tirai putih yang melambai pelan. Reina duduk di tepi ranjang, mengenakan pakaian latihan, tapi belum juga beranjak. Pandangannya terpaku ke lantai, bibirnya mengatup tegang.Pertemuan semalam masih berputar di kepalanya."Kalau kau pergi, mereka akan menganggapku berkhianat," katanya waktu itu. Dan wajah Satya—atau siapapun dia sebenarnya—saat itu... tegang, marah, tapi juga cemas.Reina menggigit bibir, lalu berdiri cepat. Ia membuka laci kecil dan menarik keluar gulungan kain tempat menyimpan belatinya. Tangannya sedikit gemetar saat mengikat sarung senjata di pergelangan pahanya.“Bodoh... kenapa aku malah menyuruhnya menemui Pangeran Satya?” gumamnya lirih, penuh sesal. “Bagaimana kalau dia tertangkap? Bagaimana kalau—”Pintu kamar diketuk dua kali.Reina refleks berdiri dan meraih belatinya.Suara dari balik pintu. “Putri Aliya, latihan pagi akan dimulai sepuluh menit lagi.”“Segera,” jawab Reina, suaranya tenang meski jantu

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 50

    Langit mendung. Cahaya lampu hanya separuh menerangi lorong batu tua. Satya melangkah cepat, jubah panjang digulung ke lengan, sepatu botnya dibungkam kain hitam.Dua pengawal berjaga di depan kamar Reina. Ia menghentikan langkah di balik pilar batu.Isyarat tangan. Tiga jari.Satu napas. Dua langkah.Gerak cepat—pengawal pertama dihantam dengan bokong belati ke tengkuk. Satya menangkap tubuhnya sebelum jatuh. Pengawal kedua menoleh, sempat mengangkat senjata—Braak!Satya menjatuhkannya dengan hantaman lutut ke dada. Pistol terlepas. Ia hempaskan tubuh si penjaga ke dinding tanpa suara.Napasnya masih stabil. Ia buka pintu pelan-pelan.Di atas ranjang, seseorang duduk membelakanginya. Rambut digelung rapi, mengenakan gaun tidur tipis khas bangsawan Ghana. Reina menoleh kaget.“Mas Satya?”Dia berdiri setengah, bingung. “Bagaimana kau bisa di sini? Kau tak bisa—”Satya melangkah cepat, menutup pintu dan menguncinya.“Kita bicara sekarang,” katanya tegas.Reina beringsut mundur. “Apa y

  • Antara Misi Dan Hati    bab 49 Rebut Dia

    Pintu terbuka cepat. Ditto masuk tanpa diizinkan.Satya, yang sedang mengikat sarung pedangnya, menoleh tajam. “Berani sekali masuk tanpa laporan," ucap Satya tersenyum bercanda .”“Maaf, Yang Mulia. Ini darurat,” kata Ditto cepat, napasnya masih belum teratur.Satya diam sejenak, lalu menaruh pedangnya ke meja. “Bicara.”Ditto menelan ludah. “Ada kemungkinan penyamaran Nyonya terbongkar.”Satya berhenti sejenak. “Sejak kapan?”“Tiga bulan lalu. Keluarga aslinya menghilang dari wilayah perbatasan. Rumah mereka dibakar habis. Tapi baru kemarin laporan lengkapnya sampai ke tangan saya.”Suara Satya turun dua oktaf. “Kenapa baru sekarang kau laporkan?”“Saya baru temukan salinan catatan pengungsi dari distrik timur. Sebelumnya... data itu disembunyikan oleh petugas lokal.”Satya mengepalkan tangan. Napasnya berat.“Dia tahu?”Ditto menggeleng. “Sepertinya tidak, Mayor. Dia terus jalankan tugas. Tidak ada tanda dia curiga.”Satya membalik badan, mengambil mantel, lalu melangkah cepat ke a

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 48 Surat Rahasia

    Suara tongkat kerajaan menjejak marmer, memantulkan gema yang membuat ruang balairung terasa makin hening. Raja Mahesa berdiri tegak di hadapan para penasihat dan bangsawan istana."Sudah cukup waktu kita beri pada Pangeran Satya," katanya dengan suara yang dalam dan tenang, tapi menyiratkan ultimatum. "Musim perjanjian akan datang. Tanpa pernikahan kerajaan, persekutuan dengan Malaca terancam."Beberapa penasihat saling pandang, tapi tak ada yang berani menyela."Ayahanda," suara tegas menyela dari sisi ruangan.Satya melangkah masuk. Rambutnya masih agak basah, jelas ia datang terburu-buru. Setengah wajahnya masih tertutup topeng perak."Apa maksud Ayahanda ingin menikahkan saya tanpa persetujuan saya?" tanyanya dingin, tapi sopan. "Tidakkah itu melanggar hak saya sebagai putra mahkota?"Raja Mahesa menatapnya tajam. “Kau telah menolak Salima. Kau tidak memberi pilihan pada kami. Jika kau tidak bertunangan dengan Salima dalam tiga hari, maka aku yang akan menentukan pernikahan tanpa

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 47 Malam di Bukit Aeloria

    Angin malam berembus lembut di puncak Bukit Aeloria. Lampu lentera bergoyang pelan menggantung di dahan-dahan pohon, menerangi jalan setapak menuju sebuah tempat duduk kayu beratapkan bunga anggrek liar. Di kejauhan, danau tampak berkilau tertimpa cahaya bulan. Tempat itu sunyi, damai, dan nyaris seperti lukisan.Reina berdiri dengan jubah panjang, gugup. Ia melirik ke kiri dan ke kanan. "Kenapa Salima belum datang juga..." gumamnya. Ia menyiapkan semuanya agar Salima bisa berbicara dari hati ke hati dengan Pangeran Satya. Tapi sudah hampir satu jam berlalu.Langkah kaki terdengar dari arah belakang.Reina buru-buru berdiri. "Salima?" tanyanya.Yang muncul... bukan Putri Salima.Melainkan sosok tinggi menjulang dengan mantel gelap dan topeng separuh wajah yang hanya bisa dimiliki oleh satu orang.Pangeran Satya.Reina langsung menunduk sopan. “Yang Mulia… mohon maaf, seharusnya ini—”"Tempat yang sangat romantis untuk pertemuan rahasia," potong Satya dengan nada rendah namun menggoda.

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 46 Dia ingin Menikahiku

    Ketika Reina mengetuk pintu kamar Putri Salima, ia tidak menyangka akan mendengar suara lemari dibanting dan koper terbuka.“Putri Salima?” Reina memanggil hati-hati.Pintu terbuka dengan cepat, menampilkan wajah Putri Salima yang memerah, bukan karena bedak, tapi amarah.“Aku sedang sibuk! Kalau kau mau bergosip tentang pangeran sialan itu, lebih baik—”“Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi,” potong Reina cepat, mencoba tetap tenang.Matanya terarah pada beberapa koper besar di ranjang. Gaun-gaun, sepatu, kotak perhiasan, dan semuanya berantakan. Jelas bukan sekadar ingin ganti baju.“Kamu mau pergi?” tanya Reina, menutup pintu perlahan.Salima menoleh, matanya basah. “Apa gunanya aku di sini kalau hanya dijadikan bahan lelucon?”Reina mendekat hati-hati. “Apa yang dia katakan?”Salima langsung duduk, napasnya berat. “Kemarin malam... dia datang ke kamarku. Setelah semua orang menyuruhku memilih dia, dia malah—” suara Salima tercekat, lalu berkata dengan penuh rasa sakit, “dia bilan

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 45 Aku bukan pawang Birahi

    Angin malam berembus lembut lewat jendela yang terbuka separuh. Reina duduk di kursi dekat meja rias, menatap kosong bayangan dirinya di cermin. Matanya kosong, pikirannya kacau.Apa yang kulihat tadi...? Mereka sedekat itu... Ia mendesah pelan, lalu menggigit bibir bawahnya. Kenapa aku peduli...?Pintu kamar mengeluarkan bunyi halus—nyaris tak terdengar. Tapi langkah kaki itu... Reina terlalu tenggelam dalam pikirannya untuk menyadari.Satya masuk diam-diam, mengenakan pakaian malam biasa berlengan panjang, wajahnya tak tertutup topeng. Kali ini bukan Pangeran Satya yang masuk ke kamar itu. Tapi seorang suami.Matanya menemukan Reina. Duduk diam. Membisu.Dan Satya mengira... istrinya sedang cemburu.Ia mendekat perlahan, langkahnya tenang, lalu berhenti tepat di belakang Reina.“Reina,” bisiknya rendah.Tak ada jawaban.Satya tersenyum samar. Ia menyentuhkan tangannya perlahan ke bahu Reina. Lalu—tanpa aba-aba—ia memeluknya dari belakang. “Aku minta maaf.”Tubuh Reina menegang seke

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 44 Dia mengkhianati ku.

    Langit siang cerah di balik jendela kaca patri, tapi suasana meja makan istana jauh dari hangat. Pembicaraan diplomatik berlangsung tegang, tapi perhatian Reina terpusat pada satu hal—satu orang. Pangeran Satya. Pria itu duduk di ujung meja panjang, mengenakan topeng perak yang menutup sisi kiri wajahnya. Tegap, diam, penuh aura gelap. Dari tadi tak banyak bicara. Suaranya berat, datar, nyaris tanpa emosi. Dan itu membuat Reina... penasaran setengah mati. “Katanya dia diserang, Beruang” bisik Salima pelan. “Atau semacam kutukan. Lihat saja topengnya. Mereka bilang, wajahnya setengah hancur.” Reina menoleh, nyaris tersedak anggur. “Beruang? Yang benar saja…” “Dan konon,” Salima menambahkan dramatis, “wajah buruknya mencerminkan hatinya. Dingin. Kejam. Sempurna untuk jadi suamiku, kalau aku mau bunuh diri.” Reina hampir meledak tertawa, tapi buru-buru mengatup mulut. Wajah buruk. Dingin. Kejam. Jangan-jangan... dia cemburuan juga? Hah. Mirip seseorang... Matanya kembali m

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 43 Beri Alasan

    Cahaya mentari menyelinap masuk melalui tirai tipis kamar Putri Alliya. Udara pagi membawa aroma bunga lavender dari taman istana, namun ketenangan itu tidak mampu menenangkan hati Reina yang duduk di tepi ranjang, memandangi jendela dengan mata kosong.Ia masih memikirkan kejadian semalam—kehadiran Satya yang tiba-tiba muncul di kamarnya dengan penyamaran dan ekspresi yang tak biasa. Dingin. Mencurigai. Dan diam-diam melindungi.Reina menggigit bibirnya. Ia tahu Satya menahan banyak hal—pertanyaan, rasa penasaran, dan mungkin… kekhawatiran. Tapi ia tidak bisa menjelaskan apapun. Misinya sebagai Putri Alliya adalah perintah langsung dari raja dan Kolonel Bram. Rahasia negara. Bahkan kepada suaminya sendiri, ia tak boleh membocorkannya.Suara ketukan di pintu menyentaknya dari lamunan.“Putri Alliya,” suara Malik dari luar, “Putri Salima meminta Anda menemaninya sarapan pagi.”Reina menutup mata sejenak, menghela napas panjang. Sudah dimulai lagi, pikirnya.Dengan cepat, ia mengenakan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status