Share

Bab 4

Author: Raccoon Flower
Aku menatap kedua orang ini dengan tatapan bosan, tetapi mulutku juga tidak diam saja.

"Maaf, aku nggak bermaksud apa-apa. Kalian jangan terlalu sensitif, oke?"

"Lagi pula, perhiasan itu baru akan terlihat bagus kalau dipakai dalam satu set. Gelang yang kamu berikan ini dibuat dari sisa bahan rubi itu, jadi sebaiknya kamu mengambilnya kembali saja."

Shifa menggigit bibirnya. "Kak Frany, kamu tenang saja. Meskipun Kak Felix mengatakan akan memberikannya padaku, aku tahu ini adalah hadiah pernikahan kalian. Aku nggak akan mengambilnya. Setelah pameranku selesai, aku akan mengembalikannya padamu, oke?"

Teman-teman Felix ikut mengambil kesempatan untuk membela, "Frany, apa kamu masih belum puas? Lihatlah, Shifa sampai terlihat ketakutan begitu. Ini hanya kalung saja, apakah harus seserius itu? Shifa akhirnya pulang, tapi sekarang semuanya jadi begini. Apa kamu baru merasa puas setelah membuat semua orang merasa nggak senang?"

"Benar, Nona Frany. Kamu berasal dari keluarga terpandang juga, 'kan? Kenapa kamu memperebutkan sebuah kalung seolah keluargamu akan bangkrut?"

Beberapa teman dekat Felix ini memang selalu tidak menyukaiku. Di dalam hati mereka, hanya dewi Shifa yang pantas bersanding dengan Felix, sahabat mereka ini.

Selama bertahun-tahun bersama Felix, tak peduli apa pun yang aku lakukan, mereka tidak pernah menerimaku. Entah itu terang-terangan atau pun diam-diam, mereka merasa aku tidak pantas untuk Felix.

Shifa segera berkata, "Jangan bicara begitu. Kak Frany nggak tahu kalau Kak Felix memberikan kalung ini secara langsung padaku. Sekarang semuanya sudah jelas, Kak Frany pasti nggak akan menyalahkanku."

Felix menatapku dingin, lalu berujar, "Kalau tahu semuanya akan begini, lebih baik kamu nggak perlu datang. Kamu jadi merusak suasana."

Aku bangkit dengan lincah, lalu berkata, "Kalau begitu, aku akan pergi dulu."

Begitu aku sampai di pintu ruang VIP, aku tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Oh ya, kamar tamu di rumahmu terlalu sempit, sepertinya Shifa nggak akan nyaman tinggal di sana. Bagaimana kalau kamar utama diberikan padanya saja?" ujarku.

Felix mengerutkan kening. "Apa yang kamu bicarakan? Rumahku apanya? Itu adalah rumah kita. Apa kamu masih merasa marah padaku sampai sekarang? Bisakah kamu memiliki sedikit kesadaran sebagai menantu Keluarga Darmaji?"

"Setelah kamu menikah dan menjadi bagian keluarga kami, apa kamu juga akan bersikap begitu pada orang tuaku?"

Aku tersenyum sambil mengangkat alis, lalu berujar, "Menjadi bagian keluargamu? Pernikahannya sudah dibatalkan. Kita bicarakan lagi tentang pernikahannya nanti."

Felix tampak panik. Dia menarikku sambil berkata dengan penuh amarah, "Apa yang kamu bicarakan? Pernikahan batal apanya? Bukankah aku mengatakan untuk menundanya? Apa kamu marah padaku hingga ingin membatalkan pernikahannya hanya karena sebuah kalung?"

Kebetulan sekali, telepon dari Callen masuk pada saat itu. Aku langsung mengangkatnya di depan Felix.

"Frany, desainer bertanya, batu permata apa yang ingin kamu gunakan sebagai batu utama di perhiasanmu?"

Aku teringat batu zamrud di tongkatnya, lalu menjawab, "Zamrud saja."

Ketika Felix mendengar potongan percakapan itu, dia menatapku dengan tatapan meremehkan. "Zamrud apa? Kamu nggak bisa mendapatkan rubi, jadi sekarang kamu memesan zamrud sendiri? Apa kamu begitu takut kalah dari orang lain?"

Shifa yang ada di samping tampak hampir menangis. "Kak Felix, kamu .... Apa kamu akan menikah?"

Felix tidak sempat menjawab pertanyaannya, hanya terus memarahiku, "Frany, aku harap kamu memahami satu hal. Aku memang setuju mengadakan pernikahan denganmu, tapi kita belum mengurus surat nikahnya. Kita belum menjadi suami istri yang sah secara hukum. Jangan berpikir kalau kamu sudah berhasil memaksaku menikah denganmu, itu berarti kamu sudah menjadi bagian dari Keluarga Darmaji!"

"Kamu diam-diam mempersiapkan perhiasan pernikahan sendiri? Apa lagi tadi? Gaun pengantin? Tempat juga? Untuk apa kamu mempersiapkan semua ini? Apa kamu akan memaksaku untuk menikah? Apa kamu begitu ingin menikah? Apa Keluarga Sanaz nggak sanggup menafkahimu?"

Aku merasa pria ini makin gila. Aku benar-benar tidak ingin bicara lebih banyak lagi dengannya. Namun, aku tidak bisa melepaskan tanganku yang dicengkeram olehnya.

"Lepaskan! Siapa yang ingin memaksamu untuk menikah denganku? Aku membeli apa pun yang aku suka. Apa hubungannya denganmu?"

Felix tertawa sinis, lalu membalas, "Kamu masih mengatakan kalau kamu nggak ingin memaksaku menikah? Kalau nggak menikah denganku, dengan siapa kamu akan menikah? Jangan berpura-pura. Orang itu tadi menelepon ke ponselmu, kenapa kamu masih berpura-pura?"

"Awalnya, aku ingin memberimu kehormatan karena mengingat hubungan baik kedua keluarga kita. Tapi kalau kamu masih bersikap gila dengan melakukan hal yang memalukan seperti ini, jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar!"

Pintu ruang VIP terdorong terbuka, lalu suara dingin terdengar.

"Lepaskan dia."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 10

    Callen sangat muak dengan pesan singkat itu, hingga dia menggertakkan gigi karena marah. Dia mengancam akan mengirim keluarga Felix ke ujung dunia, agar mereka benar-benar menghilang dari hadapanku.Jarang sekali Callen menunjukkan sifat kekanak-kanakan seperti ini. Aku pun tertawa cukup lama melihat ini."Bukankah berdebat dengan orang seperti itu justru akan merendahkan martabat diri sendiri?" ujarku.Meskipun begitu, aku memang benar-benar merasa kesal. Callen langsung menyuruhku pindah ke rumah baru yang sudah selesai direnovasi. Kami berencana mengundang beberapa teman dekat untuk datang ke acara pindah rumah.Pada hari pesta di vila, Shifa ternyata benar-benar datang.Dia jauh lebih pendiam dibandingkan sebelumnya. Hanya saja, matanya terus menatapku tanpa henti, seperti ingin mengajakku berbicara.Sahabatku langsung maju ke depan untuk menghadangnya sambil berujar, "Bagaimana kamu bisa masuk? Cepat pergi, kamu nggak diterima di sini."Para pengawal juga berjaga di sampingku. Ket

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 9

    Suasana langsung menjadi riuh. Kata-kataku seperti tamparan keras di wajah Shifa. Orang-orang di sekitar mulai menunjuk ke arahnya, sementara dia sendiri hampir tidak bisa berdiri, tampak terhuyung.Terdengar bisikan-bisikan di sekitar, "Pantas saja. Aku sudah menduganya. Wanita macam apa yang akan menempel terus dengan pria yang sudah memiliki tunangan?""Lihat saja kemampuan aktingnya. Meski aku bangun pagi setiap hari untuk berlatih, aku nggak akan bisa mengalahkan bakat seperti ini.""Aku kira dia sangat baik, tapi ternyata dia sangat nggak tahu malu. Sepertinya dia juga nggak begitu menyukai Felix. Kalau nggak, kenapa dia terus menggantung Felix?""Dia memakai baju tidur orang lain, tidur di rumah baru milik orang lain bersama dengan tunangan orang lain. Aku muak mendengarnya. Sungguh pembawa sial."Ketika Felix melihat situasi ini, dia langsung berdiri di depan Shifa, lalu berujar, "Kalian jangan mengatakan apa-apa lagi tentang Shifa, dia nggak bersalah. Kalau ingin menyalahkan s

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 8

    Aku pun melanjutkan, "Pertama kali saat tanggal pernikahan ditetapkan, kamu mengatakan baru saja selesai operasi, hingga nggak bisa makan dan tidur dengan baik karena sendirian di luar negeri. Kamu meminta Felix datang menemanimu. Waktu itu undangan pernikahan sudah dikirim semua, tapi dia terbang ke sana untuk menemuimu.""Saat tanggal pernikahan sudah ditetapkan kedua kalinya, kamu mengatakan ingin pergi ke daerah pegunungan terpencil untuk mencari inspirasi melukis. Lalu, kamu mengatakan kalau di sana sinyalnya buruk, mungkin nggak akan bisa menghubungi siapa pun. Intinya, tempat itu nggak cukup aman, bisa membuatmu kehilangan kontak kapan saja. Felix yang merasa khawatir padamu, langsung ikut pergi ke sana.""Ketiga kalinya, kamu menjadwalkan pameran lukisanmu tepat di hari pernikahan kami. Apa sebenarnya niatmu? Bahkan orang buta sekali pun bisa mengetahui niatmu. Sekarang kamu bertanya kenapa aku mengecewakan Felix? Kenapa kamu nggak bertanya pada dirimu sendiri? Kalau kamu berpi

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 7

    Felix langsung mengambil remote, menyalakan TV di ruang VIP. Tepat pada saat ini adalah acara puncak di upacara pernikahan.Callen menerima cincin berlian dari tangan pembawa bunga. Cincin besar itu berkilau dengan cahaya yang memukau.Hanya saja, cahaya apa pun tidak bisa menandingi tatapan pengantin pria saat menatap pengantin wanitanya.Callen berkata, "Terima kasih karena kamu sudah menatapku. Aku bersumpah akan mencintai dan melindungimu seumur hidupku.""Bersediakah kamu menikah denganku?""Aku bersedia," jawabku.Saat mendengar jawabanku yang pasti, Callen perlahan-lahan memasukkan cincin berlian sebesar telur merpati itu ke jari manisku.Berat di tanganku terasa begitu nyata, membuat hatiku juga terasa penuh.Callen menyibakkan kerudungku, memberikan ciuman yang hati-hati, tetapi juga penuh dengan cinta di bibirku.Gelas anggur yang dipegang Felix hancur di tangannya, sementara darah menetes dari jarinya ke lantai."Ini semua hanya sandiwara! Bohong! Frany nggak akan menikah de

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 6

    Felix langsung melepaskan tangannya yang sedang merangkul Shifa dengan panik.Shifa mengenakan gaun tidur berwarna ungu tua, dengan renda halus serta pola yang rumit. Yang terpenting, gaun tidur itu sangat seksi. Bagian depannya memiliki potongan berbentuk V yang dalam, sementara punggungnya terbuka hingga ke pinggang.Ini adalah gaun yang sengaja aku siapkan untuk malam pengantin. Tidak aku sangka wanita ini tidak hanya mengambil alih sarangku untuk ditinggali, tetapi juga memakai pakaianku. Dia seolah-olah sudah menganggap dirinya sebagai nyonya rumah.Ketika Shifa melihatku memperhatikan gaun itu, dia buru-buru menyibakkan rambutnya, lalu menunduk malu-malu. Kemudian, dia berkata, "Kak Frany, maafkan aku. Barang-barangku belum sempat dibawa ke sini. Kak Felix menyuruhku untuk memakai bajumu dulu. Dia hanya menemukan baju ini yang masih baru setelah lama mencari. Jadi, dia memberikannya padaku. Kak Frany, kamu nggak keberatan, 'kan?"Aku tersenyum simpul."Aku nggak keberatan," katak

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 5

    Itu adalah Callen.Pria itu masih memegang ponselnya ketika dia maju dengan langkah besar menghampiriku. Dia mencengkeram tangan Felix yang sedang mencengkeram tanganku dengan tegas, lalu memaksanya melepaskannya.Callen menundukkan kepala, mengusap pergelangan tanganku yang memerah dengan lembut, lalu mengangkat matanya perlahan. "Apa kamu baik-baik saja?"Aku menggelengkan kepala. Sosok tingginya menghalangi antara aku dan Felix, sepenuhnya menghalangi bahaya. Ini membuatku merasa sangat aman.Di belakangnya, dua pengawal yang diam-diam berdiri di kedua sisi pintu. Callen merangkul bahuku, menatap Felix dengan wajah tanpa ekspresi.Cellen berkata, "Bukankah ini Pak Felix? Apa yang kamu bicarakan ketika kamu mencengkeram tunanganku? Untuk pernikahan kami, dia bisa memakai apa pun yang dia inginkan, mengenakan apa pun yang dia inginkan. Meskipun dia menginginkan bintang-bintang di langit sebagai hiasan gaun pengantinnya, aku akan mencari cara untuk mendapatkannya untuknya.""Kalian sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status