Share

Bab 2

Author: Raccoon Flower
Aku sedang membaca dengan penuh minat ketika telepon Callen tiba-tiba masuk.

Suaranya yang dalam dan memikat pun terdengar, "Tim hubungan masyarakatku bertanya apakah kita ingin menghapus berita ini?"

Aku tersenyum penuh pengertian. "Nggak perlu. Daripada membuang uang untuk itu, lebih baik kamu menghabiskan semua dana ini untuk pesta pernikahan. Aku nggak akan mengizinkanmu menghamburkan uang untuk orang lain."

Callen tertawa pelan dari ujung telepon, lalu membalas, "Baiklah, hari ini kamu bisa mencoba gaunnya dulu. Tentang bunga untuk pernikahan, mawar jenis apa yang kamu suka? Aku sudah menyuruh orang untuk mengirimkan tiga jenis mawar dengan pesawat. Nanti kamu bisa memilihnya."

Baru kemarin kami memutuskan menikah, tetapi hari ini sudah ada tiga jenis bunga yang dikirimkan. Aku merasa kagum. Efisiensi pria ini benar-benar tinggi.

Sejak memutuskan untuk menikah, semua hal diurus oleh Callen dan orang-orangnya. Aku hanya perlu memilih, tetapi dia tidak pernah keberatan jika aku tidak ikut bekerja. Dia sudah menyiapkan segalanya untuk aku pilih.

Aku teringat saat dulu memutuskan menikah dengan Felix. Posisiku saat itu benar-benar bertolak belakang dari sekarang. Semua hal harus aku urus sendirian.

Sesekali, aku menanyakan saran Felix, tetapi yang aku dapat hanya tanggapan penuh ketidaksabaran darinya.

"Kamu bisa memutuskan masalah sekecil ini sendiri. Jangan selalu menggangguku untuk segala hal."

Ketika melihat setiap tindakan Callen, sepertinya aku mulai mengerti bahwa inilah seharusnya sikap seorang calon pengantin pria.

Termasuk masalah gaun pengantin. Ada hampir 50 setel pakaian yang disiapkan untuk aku pilih. Ajaibnya, semuanya pas dengan ukuran tubuhku.

Desainer yang ada di samping tidak bosan untuk mendorongku mencoba lebih banyak lagi. Dia juga berkata dengan penuh kekaguman, "Tim kami kemarin diminta untuk bangun tengah malam oleh Pak Callen. Banyak gaun yang ukurannya diubah mendadak. Pak Callen juga meminta kami untuk menunggu. Kalau ada yang nggak pas, kami bisa langsung memperbaikinya."

Desainer itu menatap gaun berkilau yang aku kenakan, matanya penuh dengan kilauan berkat untuk pengantin baru. "Pak Callen pasti sangat mencintaimu."

Wajahku terasa panas. Aku diam-diam melirik Callen yang tersenyum penuh makna.

Setelah seharian mencoba gaun, perhiasan, serta melihat berbagai jenis mawar, aku sudah benar-benar lelah. Begitu masuk rumah, aku langsung menjatuhkan diri di sofa.

Baru saja aku duduk, telepon dari Felix masuk. Sebelumnya, ada belasan panggilan tak terjawab darinya.

"Kamu di mana? Sudah aku bilang berapa kali untuk jangan terlambat! Apa kamu harus datang terlambat baru merasa statusmu lebih tinggi?" ujar Felix.

Aku bertanya dengan bingung, "Pergi ke mana?"

Felix tidak bisa menahan tawa sinisnya. "Frany, hebat sekali kamu. Aku kira kamu sudah benar-benar menerima Shifa. Ternyata kemarin hanya sandiwara? Bahkan kamu sudah belajar mengabaikan pesanku?"

"Aku sudah mengirimkan pesan padamu sejak tadi. Hari ini adalah hari pertama Shifa kembali, jadi aku membuatkan pesta sambutan untuknya. Shifa sudah dengan baik hati mengundangmu untuk datang. Cepatlah kemari, lokasinya sudah aku kirimkan."

Setelah mengatakan itu, Felix menutup telepon dengan keras tanpa menunggu jawaban dariku. Aku menerima lokasinya, diikuti dengan sebuah pesan suara.

"Kak Frany, kita sudah lama nggak bertemu. Cepatlah datang, aku nggak mau kamu salah paham tentang aku dan Kak Felix …."

Suara di akhir pesan suara ini terdengar menggantung. Ketika aku membuka pesan suara berikutnya, suara Felix terdengar.

"Frany, kalau kamu sampai nggak datang, kamu nggak akan mendapatkan kontak pemimpin redaksi jurnal yang sudah aku janjikan sebelumnya."

Aku agak ragu. Aku adalah mahasiswi di jurusan kedokteran. Ada satu makalah yang belum bisa diterbitkan karena aku ingin menerbitkannya di sebuah jurnal tertentu. Felix pernah secara tidak sengaja mendapatkan kontak pemimpin redaksi di jurnal itu, lalu berjanji akan memberikannya padaku.

Ternyata dia memakai kontak itu untuk mengancamku. Ini benar-benar keterlaluan.

Aku bangkit berdiri, sedikit merapikan diri. 'Baiklah, aku akan pergi. Bagaimanapun juga, kedua orang ini nggak akan bisa menggangguku lagi nanti,' pikirku.

Aku masuk ke ruang VIP hotel. Di kursi utama, Felix dan Shifa duduk berdampingan, tampak sangat mesra serta serasi. Kedua kursi mereka seakan menempel erat.

Ketika melihatku melangkah masuk, Shifa segera berdiri. Wajah putih bersihnya tampak penuh senyuman. "Kak Frany, kamu sudah datang. Duduklah."

Sambil berkata demikian, Shifa hendak memberikan tempat duduknya padaku.

Sebelum sempat wanita itu banyak bergerak, Felix sudah menariknya, lalu berkata, "Shifa, hari ini kamu yang menjadi bintangnya, jadi kamu duduk saja. Ada banyak tempat kosong di sini, dia bisa duduk di mana saja."

Shifa menatapku dengan raut menyesal, wajahnya agak memerah. "Maaf, Kak Frany. Kak Felix mungkin ... agak mabuk."

Aku melambaikan tangan, duduk dengan santai, lalu membalas, "Nggak apa-apa, aku akan duduk di sini saja. Kak Felix-mu benar, hari ini kamu yang menjadi bintangnya."

Kemudian, teman-teman Felix mulai bersuara, "Sudahlah, ini hanya masalah tempat duduk, apa yang perlu diributkan? Omong-omong, hari ini kami sudah melihat foto-foto wartawan. Kamu dan Shifa benar-benar serasi. Teman-temanku yang nggak mengenal kalian juga mengatakan kalau kalian pasti adalah sepasang kekasih!"

"Shifa memang terlalu berfokus pada pekerjaannya, bertekad mengejar mimpinya. Sayang sekali mereka berpisah sebelumnya. Tapi sekarang Shifa sudah kembali, kalian bisa mulai lagi dari awal."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 10

    Callen sangat muak dengan pesan singkat itu, hingga dia menggertakkan gigi karena marah. Dia mengancam akan mengirim keluarga Felix ke ujung dunia, agar mereka benar-benar menghilang dari hadapanku.Jarang sekali Callen menunjukkan sifat kekanak-kanakan seperti ini. Aku pun tertawa cukup lama melihat ini."Bukankah berdebat dengan orang seperti itu justru akan merendahkan martabat diri sendiri?" ujarku.Meskipun begitu, aku memang benar-benar merasa kesal. Callen langsung menyuruhku pindah ke rumah baru yang sudah selesai direnovasi. Kami berencana mengundang beberapa teman dekat untuk datang ke acara pindah rumah.Pada hari pesta di vila, Shifa ternyata benar-benar datang.Dia jauh lebih pendiam dibandingkan sebelumnya. Hanya saja, matanya terus menatapku tanpa henti, seperti ingin mengajakku berbicara.Sahabatku langsung maju ke depan untuk menghadangnya sambil berujar, "Bagaimana kamu bisa masuk? Cepat pergi, kamu nggak diterima di sini."Para pengawal juga berjaga di sampingku. Ket

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 9

    Suasana langsung menjadi riuh. Kata-kataku seperti tamparan keras di wajah Shifa. Orang-orang di sekitar mulai menunjuk ke arahnya, sementara dia sendiri hampir tidak bisa berdiri, tampak terhuyung.Terdengar bisikan-bisikan di sekitar, "Pantas saja. Aku sudah menduganya. Wanita macam apa yang akan menempel terus dengan pria yang sudah memiliki tunangan?""Lihat saja kemampuan aktingnya. Meski aku bangun pagi setiap hari untuk berlatih, aku nggak akan bisa mengalahkan bakat seperti ini.""Aku kira dia sangat baik, tapi ternyata dia sangat nggak tahu malu. Sepertinya dia juga nggak begitu menyukai Felix. Kalau nggak, kenapa dia terus menggantung Felix?""Dia memakai baju tidur orang lain, tidur di rumah baru milik orang lain bersama dengan tunangan orang lain. Aku muak mendengarnya. Sungguh pembawa sial."Ketika Felix melihat situasi ini, dia langsung berdiri di depan Shifa, lalu berujar, "Kalian jangan mengatakan apa-apa lagi tentang Shifa, dia nggak bersalah. Kalau ingin menyalahkan s

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 8

    Aku pun melanjutkan, "Pertama kali saat tanggal pernikahan ditetapkan, kamu mengatakan baru saja selesai operasi, hingga nggak bisa makan dan tidur dengan baik karena sendirian di luar negeri. Kamu meminta Felix datang menemanimu. Waktu itu undangan pernikahan sudah dikirim semua, tapi dia terbang ke sana untuk menemuimu.""Saat tanggal pernikahan sudah ditetapkan kedua kalinya, kamu mengatakan ingin pergi ke daerah pegunungan terpencil untuk mencari inspirasi melukis. Lalu, kamu mengatakan kalau di sana sinyalnya buruk, mungkin nggak akan bisa menghubungi siapa pun. Intinya, tempat itu nggak cukup aman, bisa membuatmu kehilangan kontak kapan saja. Felix yang merasa khawatir padamu, langsung ikut pergi ke sana.""Ketiga kalinya, kamu menjadwalkan pameran lukisanmu tepat di hari pernikahan kami. Apa sebenarnya niatmu? Bahkan orang buta sekali pun bisa mengetahui niatmu. Sekarang kamu bertanya kenapa aku mengecewakan Felix? Kenapa kamu nggak bertanya pada dirimu sendiri? Kalau kamu berpi

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 7

    Felix langsung mengambil remote, menyalakan TV di ruang VIP. Tepat pada saat ini adalah acara puncak di upacara pernikahan.Callen menerima cincin berlian dari tangan pembawa bunga. Cincin besar itu berkilau dengan cahaya yang memukau.Hanya saja, cahaya apa pun tidak bisa menandingi tatapan pengantin pria saat menatap pengantin wanitanya.Callen berkata, "Terima kasih karena kamu sudah menatapku. Aku bersumpah akan mencintai dan melindungimu seumur hidupku.""Bersediakah kamu menikah denganku?""Aku bersedia," jawabku.Saat mendengar jawabanku yang pasti, Callen perlahan-lahan memasukkan cincin berlian sebesar telur merpati itu ke jari manisku.Berat di tanganku terasa begitu nyata, membuat hatiku juga terasa penuh.Callen menyibakkan kerudungku, memberikan ciuman yang hati-hati, tetapi juga penuh dengan cinta di bibirku.Gelas anggur yang dipegang Felix hancur di tangannya, sementara darah menetes dari jarinya ke lantai."Ini semua hanya sandiwara! Bohong! Frany nggak akan menikah de

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 6

    Felix langsung melepaskan tangannya yang sedang merangkul Shifa dengan panik.Shifa mengenakan gaun tidur berwarna ungu tua, dengan renda halus serta pola yang rumit. Yang terpenting, gaun tidur itu sangat seksi. Bagian depannya memiliki potongan berbentuk V yang dalam, sementara punggungnya terbuka hingga ke pinggang.Ini adalah gaun yang sengaja aku siapkan untuk malam pengantin. Tidak aku sangka wanita ini tidak hanya mengambil alih sarangku untuk ditinggali, tetapi juga memakai pakaianku. Dia seolah-olah sudah menganggap dirinya sebagai nyonya rumah.Ketika Shifa melihatku memperhatikan gaun itu, dia buru-buru menyibakkan rambutnya, lalu menunduk malu-malu. Kemudian, dia berkata, "Kak Frany, maafkan aku. Barang-barangku belum sempat dibawa ke sini. Kak Felix menyuruhku untuk memakai bajumu dulu. Dia hanya menemukan baju ini yang masih baru setelah lama mencari. Jadi, dia memberikannya padaku. Kak Frany, kamu nggak keberatan, 'kan?"Aku tersenyum simpul."Aku nggak keberatan," katak

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 5

    Itu adalah Callen.Pria itu masih memegang ponselnya ketika dia maju dengan langkah besar menghampiriku. Dia mencengkeram tangan Felix yang sedang mencengkeram tanganku dengan tegas, lalu memaksanya melepaskannya.Callen menundukkan kepala, mengusap pergelangan tanganku yang memerah dengan lembut, lalu mengangkat matanya perlahan. "Apa kamu baik-baik saja?"Aku menggelengkan kepala. Sosok tingginya menghalangi antara aku dan Felix, sepenuhnya menghalangi bahaya. Ini membuatku merasa sangat aman.Di belakangnya, dua pengawal yang diam-diam berdiri di kedua sisi pintu. Callen merangkul bahuku, menatap Felix dengan wajah tanpa ekspresi.Cellen berkata, "Bukankah ini Pak Felix? Apa yang kamu bicarakan ketika kamu mencengkeram tunanganku? Untuk pernikahan kami, dia bisa memakai apa pun yang dia inginkan, mengenakan apa pun yang dia inginkan. Meskipun dia menginginkan bintang-bintang di langit sebagai hiasan gaun pengantinnya, aku akan mencari cara untuk mendapatkannya untuknya.""Kalian sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status