Share

Apa Kamu Kurang Istri?
Apa Kamu Kurang Istri?
Author: Raccoon Flower

Bab 1

Author: Raccoon Flower
Suara ketukan tongkat tiba-tiba berhenti. Callen mengangkat matanya untuk menatapku dengan pandangan yang dalam. "Apa kamu sudah memutuskan?"

"Bukannya aku nggak pernah memberinya kesempatan." Aku mengangkat bahu, lalu melanjutkan, "Pepatah mengatakan, sesuatu nggak boleh terjadi lebih dari tiga kali. Dia sudah menunda pernikahan tiga kali demi wanita yang sama. Artinya, kami memang nggak berjodoh. Untuk apa dipaksakan?"

Callen tersenyum sambil mengangkat alisnya, lalu membalas, "Karena kamu sudah memutuskan, aku akan mulai menyuruh orang untuk mempersiapkan semuanya. Pernikahan yang diselenggarakan Grup Harlan pasti akan menarik perhatian dunia. Kamu harus siap secara mental."

"Setengah bulan lagi, semua orang akan tahu siapa istri dari pewaris Grup Harlan."

Aku menatap pria di hadapanku, tahu bahwa dia sedang menyatakan tekadnya dengan serius.

"Baiklah, kamu tenang saja. Keluarga Sanaz juga akan berusaha keras mendukung Grup Harlan ke depannya. Kami nggak akan menjadi beban kalian," ujarku.

Callen tersenyum menatapku dengan makna tersirat, lalu membalas, "Aku nggak melakukan ini demi Grup Harlan."

Aku pulang ke rumah, mulai mengemasi semua barang yang berhubungan denganku di tempat ini dengan cepat. Pada saat ini, Felix mendorong pintu, lalu melangkah masuk. Pertama-tama, wajahnya tampak terkejut, lalu dia mencibir.

"Frany, kamu mulai lagi. Memangnya berapa umurmu? Setiap kali bertengkar, kamu akan langsung kabur dari rumah. Kekanak-kanakan sekali!"

"Apa kamu begitu ingin menikah? Sudah aku bilang, hari itu memang kebetulan bertabrakan. Ini bukan berarti aku nggak akan menikahimu."

Nada ketidaksabaran seolah sudah meluap keluar dari ruangan ini. Aku dengan cekatan mengemasi barangku tanpa menoleh kepadanya sama sekali.

"Siapa bilang aku mau kabur dari rumah? Barang-barang di sini terlalu banyak, jadi aku akan membereskan beberapa barang yang nggak diperlukan," balasku.

'Sekalian membuangmu juga,' tambahku dalam hati.

Felix bersandar di ambang pintu, mengeluarkan sebatang rokok dengan santai, lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Oh, kalau begitu kamu juga bisa sekalian membersihkan kamar tamu. Shifa akan tinggal di sini untuk beberapa ini. Tempat ini dekat dengan galeri, jadi akan lebih mudah untuknya kalau tinggal di sini."

Aku mengangguk, menyetujui perkataannya, "Baiklah, besok aku akan menyuruh orang membersihkan kamar tamu. Kira-kira, apa ada lagi yang perlu disiapkan untuknya?"

Tangan Felix yang sedang menyalakan rokok terhenti sejenak, seolah agak tidak percaya.

Nadanya tiba-tiba menjadi lebih lembut, "Sayang, aku tahu kalau belakangan ini aku sudah menyusahkanmu. Bukankah kamu menyukai cincin pernikahan merek X? Kita akan memesan satu set lagi, jadi kamu bisa bergantian memakainya."

"Belakangan ini mungkin aku nggak punya banyak waktu menemanimu. Ini adalah pertama kalinya Shifa mengadakan pameran, jadi aku harus lebih banyak mengurusi dia."

"Setelah melewati masa sibuk ini, setelah pameran lukisan Shifa selesai dengan baik, aku pasti akan menemanimu."

Aku tetap tidak menoleh meski dadaku terasa sesak. Nada suaraku pun sangat lembut.

"Nggak apa-apa, kamu nggak perlu menemaniku. Kamu urus saja urusanmu, kebetulan aku punya banyak barang yang perlu dibersihkan pelan-pelan."

Felix tidak bertanya mengapa kamarku yang selalu bergaya minimalis, tiba-tiba memiliki begitu banyak barang yang perlu dibersihkan.

Dia hanya merasa bahwa aku tiba-tiba menjadi pengertian, serta merasa sedikit lega. "Sebenarnya ruang baca itu memang harus diubah menjadi studio lukis. Cahaya mataharinya terlalu terang. Kalau barang-barang penelitianmu ditaruh di sana, cahaya sebagus itu akan jadi sia-sia, nggak akan berguna. Lebih baik, ruangan itu menjadi tempat Shifa untuk melukis."

"Kamu benar," kataku menyetujui.

Aku terus mengemasi barang di tanganku tanpa henti. "Kalau dia menyukai ruangan itu, serahkan saja padanya sebagai studio lukis."

'Karena wanita itu begitu suka merebut milik orang lain, aku akan serahkan rumah dan pemiliknya sekalian untuknya,' pikirku.

Keesokan harinya, Felix bergegas ke bandara untuk menjemput Shifa, bahkan sampai tidak menyentuh sarapan sedikit pun.

Pelukis wanita terkenal pulang untuk mengadakan pameran. Semua media berlomba-lomba untuk memberitakan tentang hal ini. Berita utama di Twitter pun langsung menyebar luas.

Banyak yang memberi komentar mengenai berita ini. [Ahli saham bertangan emas dan pelukis wanita romantis. Berikan penanya padaku, biar aku yang menulis ceritanya!]

[Pasangan yang nggak bisa dibenci, karena mereka memang sangat serasi. Cinta yang indah memang pantas mereka dapatkan!]
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 10

    Callen sangat muak dengan pesan singkat itu, hingga dia menggertakkan gigi karena marah. Dia mengancam akan mengirim keluarga Felix ke ujung dunia, agar mereka benar-benar menghilang dari hadapanku.Jarang sekali Callen menunjukkan sifat kekanak-kanakan seperti ini. Aku pun tertawa cukup lama melihat ini."Bukankah berdebat dengan orang seperti itu justru akan merendahkan martabat diri sendiri?" ujarku.Meskipun begitu, aku memang benar-benar merasa kesal. Callen langsung menyuruhku pindah ke rumah baru yang sudah selesai direnovasi. Kami berencana mengundang beberapa teman dekat untuk datang ke acara pindah rumah.Pada hari pesta di vila, Shifa ternyata benar-benar datang.Dia jauh lebih pendiam dibandingkan sebelumnya. Hanya saja, matanya terus menatapku tanpa henti, seperti ingin mengajakku berbicara.Sahabatku langsung maju ke depan untuk menghadangnya sambil berujar, "Bagaimana kamu bisa masuk? Cepat pergi, kamu nggak diterima di sini."Para pengawal juga berjaga di sampingku. Ket

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 9

    Suasana langsung menjadi riuh. Kata-kataku seperti tamparan keras di wajah Shifa. Orang-orang di sekitar mulai menunjuk ke arahnya, sementara dia sendiri hampir tidak bisa berdiri, tampak terhuyung.Terdengar bisikan-bisikan di sekitar, "Pantas saja. Aku sudah menduganya. Wanita macam apa yang akan menempel terus dengan pria yang sudah memiliki tunangan?""Lihat saja kemampuan aktingnya. Meski aku bangun pagi setiap hari untuk berlatih, aku nggak akan bisa mengalahkan bakat seperti ini.""Aku kira dia sangat baik, tapi ternyata dia sangat nggak tahu malu. Sepertinya dia juga nggak begitu menyukai Felix. Kalau nggak, kenapa dia terus menggantung Felix?""Dia memakai baju tidur orang lain, tidur di rumah baru milik orang lain bersama dengan tunangan orang lain. Aku muak mendengarnya. Sungguh pembawa sial."Ketika Felix melihat situasi ini, dia langsung berdiri di depan Shifa, lalu berujar, "Kalian jangan mengatakan apa-apa lagi tentang Shifa, dia nggak bersalah. Kalau ingin menyalahkan s

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 8

    Aku pun melanjutkan, "Pertama kali saat tanggal pernikahan ditetapkan, kamu mengatakan baru saja selesai operasi, hingga nggak bisa makan dan tidur dengan baik karena sendirian di luar negeri. Kamu meminta Felix datang menemanimu. Waktu itu undangan pernikahan sudah dikirim semua, tapi dia terbang ke sana untuk menemuimu.""Saat tanggal pernikahan sudah ditetapkan kedua kalinya, kamu mengatakan ingin pergi ke daerah pegunungan terpencil untuk mencari inspirasi melukis. Lalu, kamu mengatakan kalau di sana sinyalnya buruk, mungkin nggak akan bisa menghubungi siapa pun. Intinya, tempat itu nggak cukup aman, bisa membuatmu kehilangan kontak kapan saja. Felix yang merasa khawatir padamu, langsung ikut pergi ke sana.""Ketiga kalinya, kamu menjadwalkan pameran lukisanmu tepat di hari pernikahan kami. Apa sebenarnya niatmu? Bahkan orang buta sekali pun bisa mengetahui niatmu. Sekarang kamu bertanya kenapa aku mengecewakan Felix? Kenapa kamu nggak bertanya pada dirimu sendiri? Kalau kamu berpi

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 7

    Felix langsung mengambil remote, menyalakan TV di ruang VIP. Tepat pada saat ini adalah acara puncak di upacara pernikahan.Callen menerima cincin berlian dari tangan pembawa bunga. Cincin besar itu berkilau dengan cahaya yang memukau.Hanya saja, cahaya apa pun tidak bisa menandingi tatapan pengantin pria saat menatap pengantin wanitanya.Callen berkata, "Terima kasih karena kamu sudah menatapku. Aku bersumpah akan mencintai dan melindungimu seumur hidupku.""Bersediakah kamu menikah denganku?""Aku bersedia," jawabku.Saat mendengar jawabanku yang pasti, Callen perlahan-lahan memasukkan cincin berlian sebesar telur merpati itu ke jari manisku.Berat di tanganku terasa begitu nyata, membuat hatiku juga terasa penuh.Callen menyibakkan kerudungku, memberikan ciuman yang hati-hati, tetapi juga penuh dengan cinta di bibirku.Gelas anggur yang dipegang Felix hancur di tangannya, sementara darah menetes dari jarinya ke lantai."Ini semua hanya sandiwara! Bohong! Frany nggak akan menikah de

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 6

    Felix langsung melepaskan tangannya yang sedang merangkul Shifa dengan panik.Shifa mengenakan gaun tidur berwarna ungu tua, dengan renda halus serta pola yang rumit. Yang terpenting, gaun tidur itu sangat seksi. Bagian depannya memiliki potongan berbentuk V yang dalam, sementara punggungnya terbuka hingga ke pinggang.Ini adalah gaun yang sengaja aku siapkan untuk malam pengantin. Tidak aku sangka wanita ini tidak hanya mengambil alih sarangku untuk ditinggali, tetapi juga memakai pakaianku. Dia seolah-olah sudah menganggap dirinya sebagai nyonya rumah.Ketika Shifa melihatku memperhatikan gaun itu, dia buru-buru menyibakkan rambutnya, lalu menunduk malu-malu. Kemudian, dia berkata, "Kak Frany, maafkan aku. Barang-barangku belum sempat dibawa ke sini. Kak Felix menyuruhku untuk memakai bajumu dulu. Dia hanya menemukan baju ini yang masih baru setelah lama mencari. Jadi, dia memberikannya padaku. Kak Frany, kamu nggak keberatan, 'kan?"Aku tersenyum simpul."Aku nggak keberatan," katak

  • Apa Kamu Kurang Istri?   Bab 5

    Itu adalah Callen.Pria itu masih memegang ponselnya ketika dia maju dengan langkah besar menghampiriku. Dia mencengkeram tangan Felix yang sedang mencengkeram tanganku dengan tegas, lalu memaksanya melepaskannya.Callen menundukkan kepala, mengusap pergelangan tanganku yang memerah dengan lembut, lalu mengangkat matanya perlahan. "Apa kamu baik-baik saja?"Aku menggelengkan kepala. Sosok tingginya menghalangi antara aku dan Felix, sepenuhnya menghalangi bahaya. Ini membuatku merasa sangat aman.Di belakangnya, dua pengawal yang diam-diam berdiri di kedua sisi pintu. Callen merangkul bahuku, menatap Felix dengan wajah tanpa ekspresi.Cellen berkata, "Bukankah ini Pak Felix? Apa yang kamu bicarakan ketika kamu mencengkeram tunanganku? Untuk pernikahan kami, dia bisa memakai apa pun yang dia inginkan, mengenakan apa pun yang dia inginkan. Meskipun dia menginginkan bintang-bintang di langit sebagai hiasan gaun pengantinnya, aku akan mencari cara untuk mendapatkannya untuknya.""Kalian sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status