Ji Eun merenggangkan tubuh lelahnya dan meraih segelas air putih dari dispenser di ruangannya. Ia menghabiskan berjam – jam mengikuti rapat unit tadi, ada sedikit masalah jadi ia harus berlama – lama disana.
“Aera-ssi,” Ia berusaha memanggil sekretarisnya, tapi tiba – tiba saja gadis itu sudah masuk.
“Aku baru saja mau memanggilmu, ada apa ?,” Tanya Ji Eun.
“Ada tamu, samunim.”
“Siapa ?, suruh dia masuk,” Ujar Ji Eun karena melihat bayangan pria di pintu masuk.
“Kau sedang sibuk ?.”
Ji Eun menelan ludah dan langsung tersenyum, “Anio (no), duduklah,” Ujar Ji Eun sambil mengode sekretaris nya untuk keluar.
“Ada apa ?, kenapa tiba – tiba kesini ?,” Tanya Ji Eun gugup.
“Kau lupa ?, aku bilang akan menjemputmu siang ini,” Ujar Hwan.
“Ah, benar juga. Untungnya rapat ku sudah selesai, sudah makan siang ?,” Tanya Ji Eun.
Hwan menggeleng, lalu langsung menggandeng Ji Eun.
“Kajja ( ayo ), aku lapar sekali,” Ujarnya.
Ji Eun tersenyum malu – malu dan mengikuti Hwan yg terus menggandengnya menaiki mobil, mereka mengendarai Porsche hitam milik Hwan.
“Hwan-ssi, kau punya restoran favorit ?,” Tanya Ji Eun saat di mobil.
“Hwan-ssi ?,” Ulang Hwan kaget.
“Ne ?,” Tanya Ji Eun, ia kira ada yang salah dengan kata – katanya.
“Kau memanggilku oppa semalam dan sekarang Hwan-ssi ?, apa – apaan ini,” Ujar Hwan.
“Baiklah, oppa. Dimana restoran favoritmu ?,” Tanya Ji Eun sambil terkekeh.
Ji Eun dan Hwan hanya bertemu sesekali dalam angka waktu yg pendek, Ji Eun tidak pernah tahu kalau calon suaminya ternyata sehangat ini.
“Restoran favoritmu akan jadi resoran favoritmu, enaknya kemana ?,” Tanya Hwan seraya meraih tangan Ji Eun dan menggenggamnya.
“Ji Eun-ah, kita sepasang kekasih sekarang, eoh ?, lihat aku,” Ujar Hwan. Ji Eun menoleh dan menatap Hwan.
“Aku pacarmu,” Ujar Hwan lagi.
“Ok, my boyfriend,” Sahut Ji Eun. Hwan tersenyum dan Kembali fokus menyetir.
Hwan berbelok ke daerah Seocho-gu dan berhenti di sebuah restoran bernama “Flavors”, restoran yg terpilih sebagai traveller choice selama beberapa tahun ini.
“Omo ( astaga ), kau suka ke Flavors ?,” Tanya Ji Eun.
“Eoh, bukankah ini tempat terkenal ?, Siapa yang tidak menyukai restoran ini ?,” Hwan balik bertanya.
“Tidak ada yg tidak suka Flavors, oh astaga perutku, ayo makan !.”
Hwan tersenyum melihat Ji Eun yg mulai terlihat terbiasa dengannya. Sepanjang makan siang sampai Kembali kantor, tidak hentinya Ji Eun tersenyum. Pipinya naik dan memerah saat ia tersenyum dan tertawa, astaga cantik sekali wanita ini.
Mereka Kembali ke kantor, agak terlambat tapi tidak ada kata terlambat karena mereka buka karyawan. Mereka punya jam kerja yg lebih fleksibel.
“Gomawo makan siangnya oppa,” Ujar Ji Eun.
“Tentu, aku rasa ini terlalu singkat untuk first date. Nanti malam atau besok ada waktu ?,” Tanya Hwan.
“Tentu saja ada, jam berapa ?.”
“Jam 7 ?, sambil dinner, bisa ?,” Tanya Hwan.
“Apa yg tidak untuk namchin (boyfriend) ku ini, aku menunggumu,” Ujar Ji Eun. Hwan mencubit pipi Ji Eun pelan, “ Aku pergi.”
“Bye.”
Ji Eun menunggu mobilnya menghilang dan berjalan masuk Kembali ke kantornya.
“Eoh, Choi Ji Eun, kau punya oppa baru ?.”
Ji Eun menoleh kearah sumber suara dan tertawa, itu kakak pertamanya Choi Jong suk.
“Oppa, kapan kau datang ?,” Tanya Ji Eun.
“Baru saja, aku langsung datang untuk melihat kantor. Eh malah lihat orang pacaran di depan kantor,” Ujar Jong Suk.
Ji Eun terkekeh, “ Itu Hwan, calon suamiku,” Ujarnya.
“Baguslah, kapan kalian menikah ?,” Tanya Jong Suk seraya merangkul adiknya.
Ji Eun mengendikkan bahu, “ Kami masih berkencan, tidak baik tergesa – gesa. Kami harus terbiasa satu sama lain baru siap melanjutkan ke tahap selanjutnya,” Ujar Ji Eun.
“Tentu, tapi kurasa dia memang menyukaimu. Eoh ?.”
“Kuharap,” Jawab Ji Eun.
“Aih, merendah ?, Hwan akan menyukaimu, percayalah,” Ujar Jong Suk.
“Eoh, tentu saja, dia harus menyukaiku karena aku calon istrinya.
“Ah, sudahlah. Aku mau ke ruangan abeoji,” Ujar Jong Suk.
“Eoh, pergilah.”
Ji Eun berlari kecil menuju ruangannya.
“Oh, samunim (nyonya). Bagaimana kencanmu ?,” Tanya Aera.
“Tentu saja menyenangkan, aku akan pulang lebih awal hari ini Han-biseo. Kau juga,” Ujar Ji Eun.
“Ah, silahkan saja. Aku kan harus mengurus..”
“Tidak, aku mengizinkanmu pulang jam 6 hari ini,” Ujar Ji Eun.
“Benarkah ?,” Tanya Aera.
“Eoh, istirahatlah lebih awal dan bersenang – senanglah sedikit,” Ujar Ji Eun.
Ji Eun segera Kembali masuk ke ruangannya, masih ada beberapa pekerjaan yg harus ia lakukan. Seperti mengecek laporan yg ia terima hari ini dan mempersiapkan presentasi untuk rapat direksi minggu depan. Ia mengerjakannya sesegara mungkin, tak sabar bertemu dengan Hwan nanti malam.
“Hufth..,” Ia menghela napas, mematikan komputernya dan meraih tas jinjingnya.
“Aera-ssi, cepat pulang. Aku duluan ya,” Ujar Ji Eun.
“Ne samunim, aku akan segera pulang.”
Jarak kantor ke rumah 20 menit, ia langsung menuju ke lantai atas dan bergegas mandi. Karena ia akan menghabiskan banyak waktu memilih baju daripada mandi.
Masih dengan baju handuknya ia mengelilingi walk in closetnya.
Ji Eun berhenti pada sebuah dress simple berwarna hijau pupus, polos dengan pita dibagian kerah dn tali di pinggang, ia mengambilnya dan meraih tas putih andalannya dan ya, Ji Eun sangat suka nuansa clean, ia memilih sepatu hak tahu 3 cm. Tingginya hanya 16o cm, mungil jika disandingkan dengan Hwan yg 185 cm, ia perlu bantuan sepatu hak.Ia memakainya dan juga anting mungil dari permata.
Dan malam ini, kencan pertama mereka masih akan berlanjut !.
THAT NIGHT“Aku mulai khawatir mengajakmu berkencan,” Ujar Hwan, membuka pembicaraan.“Eoh, kenapa ?, kau tidak suka cara berpakaianku ?,” Tanya Ji Eun yang seketika panik.“Bukan begitu, hei, dengarkan aku dulu. Apapun yang kau pakai selalu membuatmu cantik, aku khawatir saja ada yang merebutmu,” Ujar Hwan.Ji Eun berusaha menahan tawanya dan pipinya memerah.“Oppa sudah berapa kali pacarana ?,” Tanya Ji Eun.“Kenapa tiba – tiba menanyakannya ?,” Hwan balik bertanya.“Mulutmu manis sekali, seolah sudah terlatih untuk merayu wanita,” Ujar Ji Eun.“HEY !,” Hwan menoleh sekilas dan melotot.Ji Eun terkekeh, “Kalau begitu kenapa pandai sekali merayu ?,” Tanya Ji Eun.“Aku sebenarnya pandai bernegosiasi, bukan merayu. Dan aku orang yang cukup jujur dan spontan, jadi apa yang kukatakan buk
Hari ke-20Hwan dan Ji Eun memang sudah kenal lama. Tapi sudah lama juga mereka tak bertemu. Banyak sekali waktu yang mereka habiskan tanpa satu sama lain.Sebagai calon istri yang baik, Ji Eun ingin sekali mengenal calon suaminya dengan baik. Mengetahui kebiasaannya, hal yang ia sukai dan hal – hal yang tidak ia sukai. Makanan kesukaannya, atau bahkan alerginya.Hwan juga memancarkan aura yang hangat di samping ketampanannya, ia berhasil membuat Ji Eun nyaman setiap kali mereka bersama.Siang ini, Aera, yang profesinya sebagai sekretaris sedang membantu atasannya untuk membuat kimbap sayur.Sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan sehari – harinya.Usai rapat, Ji Eun berbelanja bahan untuk membuat kimbap dan meminta Aera untuk membantunya.“Ah, samunim, lalu kapan kalian akan menikah ?,” Tanya Aera.Ji Eun mengendikkan bahu dan menjawab, “Kami masih dalam proses pendekatan, aku harus mem
Waktu terasa berjalan lebih cepat daripada biasanya bagi kedua manusia ini.Hwan sedang disibukkan dengan persiapan peresmian anak perusahaan baru di New York, banyak sekali orang yang harus ia temui dan rapat yang dihadiri.Begitupun dengan Ji Eun, ia harus menyiapkan berkas – berkas untuk audit tahunan dan pemeriksaan dari kementerian pajak. Belum lagi ada beberapa proyek pengembangan transportasi pemerintah yang memakai jasa konstruksi perusahaannya.Mereka bahkan hampir tidak sadar kalau sudah beberapa minggu tidak bertemu.Ji Eun merapikan sedikit rambutnya lalu meraih tas, sudah beberapa hari ini ia menginap berpindah – pindah hotel karena beberapa rapat dan agenda lain diselenggarakan di luar Seoul.Seperti hari ini, di Pohang.“Eonnie, kau sudah siap ?,” Tanya Aera.“Eoh, kau sendiri ?,” Ji Eun mengintip dari dressing roomnya.“Aku sudah siap, ayo kita sarapan,” Ajak
Ji Eun mengeringkan rambutnya seraya duduk di depan meja riasnya. Malam ini ia ada janji makan malan hanya dengan calon ayah mertuanya. Sekaligus ia ingin mendengar beberapa cerita tentang Hwan.Mereka sudah lama tidak bertemu, dan bahkan di pertemuan mereka, hanya sebatas makan siang.“Ji Eun-ah, omo, kau baru mandi ?.”Senyum Ji Eun memudar, “Aku yang seharusnya bilang omo, tidak bisakah kau ketuk pintunya dulu !.”“Ne..,” Kakak sulungnya itu keluar lagi dan mengetuk pintu, lalu kembali masuk.“Ada apa ?,” Tanya Ji Eun.“Kau punya lipstick merah yang tidak terpakai ?.”Ji Eun mengerutkan dahinya karena heran, apa – apaan ini, “Kenapa ?, mau belajar make up ?,” Tanya Ji Eun.“Aku kehabisan cat merah,” Jawabnya.Ji Eun menghela napas, “Baiklah, ambil di laci paling bawah rak hitam,” Ujar Ji Eun.“Kenapa tida
Hai temen - temen online !,I'm back, kemarin tanggal 30 September, at the end of the month aku akhirnya dapet email untuk menandatangani kontrak dan siap lanjutin cerita ini.Lil notes, cerita ini terinspirasi sama kehidupan seseorang yang aku harap bisa menjadi pelajaran buat kita.Pelajaran apa ?.Yang pasti tentang kehidupan, karena pelajaran tentang kehidupan gaada kuliahnya, gaada kursusnya, gaada modulnya dan gaada dosennya. Kita harus belajar tentang kehidupan dari hidup itu sendiri.Well, jangan terlalu serius !, semoga kalian enjoy sama ceritaku, aku juga menerima request tentang cerita apa yang pingin kalian baca.Let me know !, kalian juga bisa DM aku di Instagram buat request cerita, see you !
Dua minggu setelah makan malam, Ji Eun belum juga punya kesempatan untuk bertemu dengan calon suami yang sangat ia rindukan. Tapi setidaknya mereka sudah bicara via telpon beberapa kali.Ji Eun lembur sejak kemarin, meski banyak pekerjaan yang sudah ia selesaikan, ternyata banyak juga yang masih harus dikerjakan. Waktu menunjukkan pukul 21.30.Gadis itu meletakkan kembali botol air minumnya.“Aigoo, kapan selesainya ?,” Gumamnya.“Eonnie..,” Aera masuk.“Eoh, ?.”“Aku boleh pulang duluan ?,” Tanya Aera ragu.“Tentu, pulanglah. Hati – hati di jalan, sudah larut,” Pesan Ji Eun“Ne, kamsahamnida.” Aera pun keluar dan tentunya pulang.“Astaga, mataku. Apa masih banyak, oh ? kurang lima lembar,” Ji Eun Kembali berusaha fokus karena tinggal sedikit lagi ia akan selesai. Setelah memeriksa laporan, ia harus mengirimkannya ke Kementrian Keuangan dan beberapa
“Pinggangnya kurang kecil, kalau kau mengecilkan bagian pinggangnya sedikit lagi, kurasa gaun ini akan sempurna.”“Ah, ne. Kulihat – lihat, tubuhnya sangat proporsional ya, kurasa kau cocok menggunakan konsep “The Queen”,” Ujar wanita berusia di pertengahan 30 tahun an itu.“Ah, benarkah ?, bolehkah aku memakai tiara ?,” Tanya Ji Eun.“Tentu, suamimu menatapkan budget yang cukup besar,” Jawabnya.“Benarkah ?.”“Ne. Hati – hati, aku akan melepaskan gaunnya sekarang,” Ujar si desainer“Ne.”“Tapi kau sudah cocok dengan model gaunnya kan ?.”“Ne, aku suka sekali dengan desainnya. Kau tidak pernah mengecewakan Ashley-ssi,” Ujar Ji Eun.Ashley Choi sudah dua tahun menjadi desainer langganan keluarga Ji Eun. Awalnya ibunya menemukan desainer muda dan berbakat ini pada acara Seoul Weekly Fashion, ia tertarik dengan
“Ah, aku tidak sabar untuk menyiapkan setelan dan sarapan oppa setiap paginya,” Celetuk Ji Eun seraya berjalan beriringan keluar dari butik.“Aku tidak sabar tidur bersamamu,” Ujar Hwan.Ji Eun mencibir, “Dasar mesum.”Hwan terkekeh, “ Ayo pulang, biar supirku membawa pulang mobilmu.”“Kita mau kemana ?,” Tanya Ji Eun.“Rahasia, ikut saja,” Ujar Hwan.Hwan menyiapkan kejutan kecil, sebuah makan malam sederhana di taman rumahnya. Ia sudah meminta Yuri untuk menyiapkan makan malam, dan sekretarisnya itu baru saja mengirimi pesan kalau semua sudah siap.Hwan menggandeng Ji Eun memasuki rumahnya menuju ke taman. Ji Eun menatap sekeliling dengan mata berbinar.Apa yang sudah disiapkan Hwan untuknya ?.“Tara.., kejutan kecil. Dinner spesial untuk calon istriku,” Ujarnya.Senyum terkembang di wajah cantik Ji Eun ketika melihat taman yang