Beranda / Romansa / Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar / BAB 3 — PERTEMUAN TANPA TOPENG

Share

BAB 3 — PERTEMUAN TANPA TOPENG

Penulis: Pena_Peni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-22 22:47:41

Lampu neon ungu berubah menjadi merah ketika musik berganti. Bass bergetar sampai ke tulang, dan aroma parfum mahal bercampur alkohol memenuhi udara. Ara mengangkat gelasnya perlahan, pandangannya tak lepas dari pria dua kursi darinya.

Leonard sedang menunduk, kedua sikunya bertumpu di meja bar. Ia terlihat… bukan Leonard yang selama ini Ara kenal.

Tidak dingin.

Tidak kaku.

Tidak sempurna.

Ia terlihat seperti seseorang yang sedang mencoba tetap waras.

Ara tersenyum samar.

Jadi ini wajah yang dia sembunyikan dari dunia?

Alea Arananda—dengan lipstik merah dan rambut terurai—mengambil keputusan.

Ia berdiri.

Langkahnya pelan, angkuh, sensual.

Ia mengambil kursi tepat di samping lelaki itu.

“Aku nggak nyangka lihat Bapak di sini.”

Suara itu bukan suara Ara kantor.

Lebih rendah.

Lebih menggoda.

Berbahaya.

Leonard menoleh.

Dan dunia seakan berhenti.

Matanya membesar sedikit—reaksi mikro yang hanya orang dekat yang bisa kenali. Pandangannya turun dari rambut Ara… ke bibir merahnya… ke lehernya… lalu kembali ke mata.

“Ara?”

Suara Leonard terdengar tercampur kaget dan… sesuatu yang lain.

Ara menaikkan satu alis, senyum kecil menempel di sudut bibir.

“Kenapa? Saya nggak boleh ada di sini, Pak?”

Leonard menatapnya lama.

Sangat lama.

Seolah ia sedang berusaha menghubungkan dua versi Ara di kepalanya.

“Penampilanmu…” ia berhenti, menelan ludah, “berbeda.”

Ara mendekat sedikit. “Bapak juga beda. Biasanya kancing baju Bapak cuma kebuka satu, sekarang dua.”

Leonard langsung menarik napas pendek—entah kaget, entah tersentuh.

“Apa kamu… sering ke tempat seperti ini?” tanya Leonard, suaranya lebih rendah dari biasanya.

Ara menyilangkan kaki, sengaja memperlihatkan sisi yang tidak pernah muncul di kantor.

“Kenapa? Bapak mau koreksi jadwal hiburan saya juga?”

Leonard mengerjap.

Bukan marah… tapi seperti kehilangan kata-kata, sesuatu yang sangat jarang terjadi.

“Saya tidak mengira…”

Ia tidak menyelesaikan kalimat itu.

Ara memutar gelas di tangannya. “Kalau saya punya kehidupan di luar kantor?”

Leonard menatapnya, kali ini tanpa kedok profesional.

“Kalau kamu punya… sisi lain.”

Sisi lain.

Kata itu terdengar seperti pengakuan.

Seperti pengakuan bahwa Leonard menyadari sesuatu yang selama ini tidak ia lihat.

Ara mendekat sedikit lagi, jarak mereka tinggal beberapa sentimeter.

“Apa Bapak kecewa?”

Leonard menggeleng pelan.

Bukan tidak.

Lebih tepatnya… tidak sanggup menjawab jujur.

“Kamu terlihat…”

Ia berhenti.

Mencari kata lain.

“…berbeda.”

Kalimat netral yang terdengar lebih seperti pengakuan patah pertahanan.

Ara menahan tawa kecil. “Berbeda bagus atau buruk, Pak?”

Leonard menatapnya tanpa berkedip. “Aku belum bisa menilainya.”

Ara merunduk sedikit, bibirnya mendekati telinga Leonard.

“Itu artinya Bapak memperhatikan saya.”

Leonard jelas tertegun.

Dada Ara terasa panas melihat itu.

“Aku memperhatikan semua karyawanku,” elaknya.

Ara menatapnya penuh tantangan. “Tapi Bapak nggak pernah lihat saya seperti ini sebelumnya.”

Leonard membuka mulut, seperti ingin bilang “benar”—tapi tidak ada suara keluar.

“Kenapa Bapak ada di sini?” tanya Ara pelan.

Leonard memejamkan mata sepersekian detik. “Aku butuh… mengalihkan pikiran.”

“Pacar Bapak?”

Ara menebak dengan nada lembut namun menusuk.

Leonard menegang. Reaksi kecil itu sudah cukup sebagai jawaban.

Ara meraih gelasnya, meneguk sedikit. “Saya minta maaf kalau itu yang bikin Bapak tertekan.”

Leonard menatapnya lama. “Aku tidak ingin bicarakan itu.”

“Baik.” Ara tersenyum lembut—senyum yang lebih jujur daripada yang biasanya. “Kita bicarakan hal lain.”

“Seperti apa?”

Nada Leonard lebih dalam.

Ara menyandarkan siku di meja, wajahnya semakin dekat.

“Seperti… Bapak sedang melihat saya seolah saya orang asing.”

Leonard menelan ludah, tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya.

"Kamu memang terasa seperti orang lain.”

Ara mendekat. “Bapak mau kenal saya yang ini?”

Leonard menundukkan sedikit kepala, matanya gelap, suaranya rendah sampai menusuk dada.

“Entah kenapa… iya.”

Jawaban itu… membuat udara di antara mereka berubah.

Lebih panas.

Lebih berat.

Lebih berbahaya.

Ponsel Ara bergetar. Ada pesan dari bartender:
“Kalau dia bukan pacar lo, dia pasti bakal jadi pacar lo.”

Ara menahan senyum sambil mengunci ponselnya.

Leonard tidak melepas tatapan itu bahkan satu detik pun.

“Kamu berbahaya,” bisiknya pelan.

Ara balas dengan suara renyah. “Dan Bapak baru sadar?”

Leonard menyeringai tipis—satu-satunya ekspresi yang tidak pernah ia tampilkan di kantor.

“Terlambat untuk mundur, ya?”

Ara memiringkan kepala, mendekat begitu dekat sampai napas mereka hampir bersentuhan.

“Bapak bahkan belum mulai.”

Dan saat itulah musik berganti, lampu bergeser, dan satu ketukan kecil yang tidak pernah masuk kalender kerja mereka—

—memulai sesuatu yang tidak bisa dihentikan lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 13 — Kembali ke Lampu-Lampu Gelap

    Ara keluar dari lift Atmadja Corp dengan langkah yang jauh lebih cepat dari biasanya. Begitu pintu gedung menutup di belakangnya, semua yang ia tahan di dalam ruangan Leonard tadi pecah berantakan.Deg-deg-degan. Marah. Malu. Kecewa. Perasaan itu bercampur jadi satu.Angin sore menerpa wajahnya, tapi tidak cukup dingin untuk menenangkan kepalanya yang masih penuh adegan barusan: Claire menggandeng Leonard seperti miliknya, Leonard menahan Ara pergi, tatapan itu, ucapan itu—"Alea Arananda… kamu cemburu."Ara mengerjapkan mata keras-keras, berusaha menghapus kalimat itu dari kepalanya. Tapi tidak bisa. Kalimat itu justru menancap semakin dalam.Dia menatap layar HP. Ada pesan singkat dari sahabat lamanya, Rhea.Rhea:“Babe, tonight? Aku baru balik ke Indo. Lama banget ngga party. Plis bilang iya.”Ara menutup mata.Rasanya sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di club. Sejak kejadian di club Venom tempo lalu. Sebelum hidupnya diremukkan oleh mantannya—club adalah tempat ia melarika

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 12 — Kemunculan yang Tidak Terduga

    Sore itu Atmadja Corp sudah mulai sepi. Hampir semua karyawan pulang setelah kekacauan Divisi Finance resmi diselesaikan. Leonard memberi instruksi terakhir dengan tegas, dingin, dan tanpa kompromi.Ara baru saja keluar dari ruang rapat ketika informasi terakhir masuk ke tablet-nya.“Semuanya sudah dibereskan, Pak. Angka yang dimanipulasi sudah diperbaiki. Divisi Finance akan mengirim laporan final malam ini,” ucap Ara sambil berdiri di depan meja kerja Leonard.Leonard mengangguk kecil. “Good job, Alea.”Ara menunduk, menyembunyikan senyum tipisnya.Namun ketenangan itu hanya bertahan lima detik.TING—Suara elevator berbunyi. Ara dan Leonard sama-sama menoleh.Pintu kaca ruang CEO terbuka. Dan seorang wanita masuk.Wanita itu cantik—cantik dengan cara klasik dan aristokrat: rambut bergelombang rapi, blazer premium, tas branded. Wajahnya menunjukkan kepercayaan diri yang tidak tergoyahkan.“Sayang?” panggilnya sambil melangkah masuk seolah ruangan itu miliknya.Ara langsung menegang

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 11 — Batasan Kantor yang Makin Kabur

    Ara sudah masuk lebih pagi dari biasanya. Bukan karena ada pekerjaan mendesak… tapi karena detak jantungnya sejak tadi malam belum stabil.Bagaimana bisa seseorang yang selama ini ia kagumi dari jauh—pria yang selalu dingin, nyaris tak tersentuh—tiba-tiba berubah menjadi sosok yang begitu dekat, begitu intens, begitu berbahaya bagi warasnya?Nyaris satu kecupan di ruang itu. Satu tarikan napas dekat telinganya. Dan dunia Ara mendadak kehilangan gravitasi.Ara menunduk di meja kerjanya, berusaha terlihat sibuk dengan kalender di layar. Tangannya yang biasanya stabil justru sedikit gemetar."Tenang… jangan sampai kelihatan," gumamnya pelan.Sialnya, tubuhnya punya ingatan yang terlalu baik. Setiap kali ia menutup mata sedikit saja, ia kembali merasakan genggaman Leonard di pinggangnya—hangat, kuat, dan sama sekali tidak profesional.Ara menepuk pipinya sendiri. Fokus. Fokus. Dia bukan cuma asisten… dia pewaris Arananda Group, masa depan perusahaan besar. Dia tidak boleh kehilangan k

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 10 — GARIS YANG SEMAKIN KABUR

    Pagi di lantai 52 Atmadja Corp biasanya ramai dengan langkah cepat para staf, suara printer, dan bunyi telepon berdering.Tapi pagi ini ada ritme yang berbeda. Ada bisik-bisik kecil yang cepat menghilang tiap kali Ara lewat.Ara pura-pura tidak sadar. Rambutnya ia ikat rapi, kemeja biru muda dan rok hitam membuatnya tampak profesional… tapi tidak ada yang bisa menutupi aura berbeda yang ia bawa sejak kemarin.Aura yang Leonard kenal.Aura yang membuatnya menatap dua kali.Ketika Ara tiba di ruangannya—ruangan kecil tepat di samping kantor CEO—pintu Leonard langsung terbuka.“Masuk.”Nada suara itu tidak tinggi, tapi padat. Perintah yang tidak memberi ruang berpikir.Ara menutup pintu di belakangnya dan masuk.Leonard berdiri di depan jendela besar, tangan di saku celana, jas hitamnya memeluk tubuh sempurna yang selalu terlihat seperti difoto untuk majalah bisnis. Lampu pagi menyinari siluetnya.Tanpa menoleh, ia berkata,“Laporan cross-check kemarin sudah kamu kumpulkan?”Ara meletakk

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 9 — ANGKA YANG BERUBAH, EMOSI YANG TERBUKA

    Ruang rapat lantai 52 dipenuhi ketegangan yang menggantung pekat. Empat kepala divisi duduk berbaris rapi, tapi tak satu pun berani mengangkat wajah ketika suara pintu terbuka dan langkah berat Leonard memasuki ruangan.Ara berjalan setengah langkah di belakangnya, membawa tablet dan catatan rapat. Sorot matanya tajam, waspada—dia sudah bisa membaca tanda-tandanya sejak di lift.Leonard sedang marah. Bukan marah biasa. Tetapi marah versi Leonard Atmadja: dingin, presisi, dan membuat seluruh ruangan terasa sepuluh derajat lebih dingin.Pria itu meletakkan berkas print out di atas meja dengan suara thap! yang membuat semua orang tersentak.“Siapa,” Leonard memulai tanpa basa-basi, “yang mengubah angka di laporan operasional minggu ini?”Tak ada jawaban. Hanya suara AC yang menyelinap di sela-sela napas tertahan para staf.Ara mengetik cepat, mencatat. Tapi fokusnya tertuju pada rahang Leonard yang mengeras.Leonard menggeser kertas ke tengah meja. “Ini bukan selisih kecil. Ini—” ia meng

  • Asisten Sempurnaku Adalah Bos Besar   BAB 8 — SUHU RUANGAN TURUN DRASTIS

    Pukul delapan pagi, kantor pusat Atmadja Corp sudah ramai. Namun semuanya berubah begitu lift Presiden Direktur berbunyi.Ding.Leonard Atmadja keluar dengan wajah setenang batu… dan sedingin itu juga.Semua orang langsung menegakkan punggung.Beberapa bahkan menghentikan napas.Ara berjalan setengah langkah di belakangnya sambil membawa tablet kerja, mencoba menyamakan langkah panjang lelaki itu. Aura Leonard pagi ini… berbeda. Lebih gelap, lebih tajam, seperti ada badai yang sedang ditahannya.Begitu masuk ruangannya, Leonard langsung menutup pintu lebih keras dari biasanya.Brak.Alea hampir tersentak.“Pak?” tanyanya hati-hati.Leonard melepaskan jasnya dan melemparnya ke sofa. Napasnya panjang—tanda ia sedang menahan amarah.“Finance Department cari gara-gara,” katanya dingin. “Dan mereka pikir saya tidak akan tahu?”Ara mendekat perlahan. “Kesalahan laporan kemarin?”“Mereka ubah angkanya.” Suara Leonard rendah, mengandung ancaman. “Tanpa izin saya.”Ara tahu apa artinya:Seseor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status