Share

Bukan Pelakunya

"Masa?" Bahkan Ghina dan Bela bersamaan mengucapkan kata itu sebab tak percaya dengan kalimat yang dituturkan oleh Andi sebelumnya.

"Kamu jangan bohong, Di!" ucap Bela.

"Nggak, aku nggak bohong, kok. Reza kadang cerita ke aku."

"Cerita apa? Aku nggak mau berekspektasi terlebih dahulu. Nggak yakin sama yang kamu bilang," ucap Ghina.

"Ya, cerita kalau dia itu sebenarnya suka sama salah satu cewek di kelas. Aku pikir awalnya cewek yang dia maksud itu bukan kamu, Ghin. Ternyata Reza suka diam-diam melirik kamu pas pelajaran. Aku sering mergokin dia senyum-senyum lihat kamu, kok."

Ghina tidak bisa serta-merta mempercayai ucapan Andi. Selama ini Ghina tidak pernah melihat Reza memandangi dirinya. Apalagi sewaktu ketidaksengajaan di perpustakaan tadi sama sekali tidak mendukung semua ucapan Andi. Jika memang Reza menaruh rasa padanya, harusnya ada ekspresi berbeda yang ditampilkan Reza. Nyatanya tadi dia biasa-biasa saja dengan wajah datarnya.

"Tapi tadi Reza juga yang baca ini duluan, dia pun juga kelihatan biasa aja. Berarti bukan dia kali pengirimnya."

"Terus siapa?" tanya Bela.

"Ya, aku nggak tahu, bisa jadi itu emang bukan buat aku."

"Nah, itu orangnya datang. Bentar," ucap Bela begitu tahu Reza baru memasuki kelas.

"Reza, ini kamu yang ngasih ke Ghina kan?" cecar Bela saat Reza baru duduk di kursinya.

"Aku? Kenapa bisa aku?" tanya Reza heran.

"Ya, kamu kan suka sama Ghina. Kali aja kamu yang ngirim," sahut Andi yang membuat Reza langsung berubah ekspresi.

"Eh, apaan? Kenapa bisa ngira kalau aku yang ngasih?"

"Kamu, kan, suka sama Ghina. Hayo, kamu pasti yang ngirim, kan? Jangan bohong!" goda Andi pada Reza.

"Eh, aduh. Kenapa kamu bilang-bilang, Di? Aku kan nyuruh diam aja," lirih Reza yang masih dapat didengar oleh Bela dan Ghina.

"Kamu beneran suka Ghina? Bagus, biar si Ghina nggak jadi jomlo ngenes terus!" seru Bela yang paling heboh.

Teman-teman yang lain mulai terganggu dengan kegaduhan yang diakibatkan oleh keempat orang tersebut. Ghina meminta Bela untuk diam, sedari tadi gadis itu terus saja meledeknya. Ghina tidak ingin yang lainnya tahu, meskipun rasa untuk Reza memanglah ada, namun ia masih belum ingin jika orang-orang mengetahuinya. Perasaan itu benar-benar rahasia, Ghina belum pernah bercerita kepada siapapun.

"Eh, nggak, kok. Siapa juga yang bilang kalau aku suka Ghina," elak Reza.

"Kamu pernah bilang ke aku, lho, Za," tandas Andi.

"Kapan? Bukan aku kali."

"Jangan pura-pura lupa. Nanti kamu jadi lupa beneran, lho."

"Udah-udah, jangan bikin gaduh. Kalian kenapa, sih? Kok, malah maksa biar seolah-olah Reza yang melakukan itu. Kalau bukan Reza gimana?" lerai Ghina.

"Iya, nih, ada-ada aja kalian itu. Eh, tapi serius bukan aku yang naruh itu di buku Ghina. Tadi emang aku pinjam bukunya, malah nemuin amplop kecil tadi."

Ghina yakin jika Reza sudah mengatakan hal yang sejujurnya. Ghina pun sebenarnya tidak ambil pusing, hanya saja kedua temannya, Bela dan Andi yang membuat kacau. Belum lagi apa yang dibilang Andi tadi membuatnya over thinking, apa iya Reza menyukainya? Oh, tidak mungkin.

"Aneh nggak, sih? Ada yang naruh makanan di laciku, terus naruh surat itu di buku Ghina. Jangan-jangan ada yang usil ke kita, Ghin," ucap Reza.

"Usil ke kamu aja, deh. Soalnya masalah surat tadi juga gak jelas tujuannya ke siapa. Aku yakin itu bukan buat aku."

"Ya, siapa tahu emang ada yang lagi suka sama kamu, Ghin," imbuh Bela.

"Atau jangan-jangan kamu yang usil, Bel? Sengaja naruh itu di bukuku."

"Aduh, malah aku yang dituduh."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status