Beranda / Romansa / Asmara Ghina / Di Perpustakaan

Share

Di Perpustakaan

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-13 22:59:17

"Kamu yakin nggak mau?" tawar Andi setelah membuka kotak bekal yang ternyata berisi beberapa potong nugget ayam lengkap dengan sausnya.

Reza menggeleng setelah sempat melirik isi kotak makanan tadi sekilas. Sama seperti kemarin, dia juga tidak memakan pemberian dari pengirim misterius tersebut. Baginya, selagi belum jelas siapa 'dia', menerima atau memakan barang yang diberikan adalah suatu pantangan.

"Kali aja Bela sama Ghina mau. Kamu tawarin, gih!"

"Terus kamu mau ke mana?" tanya Andi saat Reza tampak hendak meninggalkan bangkunya.

"Mau ke perpustakaan sebentar. Balikin buku, nih!"

"Oh, oke. Ini aku makan, ya!"

"Habisin aja!"

Ghina sempat mendengar percakapan dua siswa yang ada di depannya. Hanya saja dia masih sibuk menyalin angka-angka yang berada di papan tulis sehingga tidak sempat melirik ke arah mereka. Reza pergi dan Andi pun menawarkan makanan tadi kepada Bela yang memang duduk tepat di belakangnya.

"Wah, mau, dong! Dari siapa, nih?" seru Bela mengambil sepotong nugget.

"Tau, tuh! Si Reza, biasa, dapat dari pengagum rahasianya," tukas Andi dengan mulut masih penuh makan.

"Masih belum ketahuan siapa pengirimnya?" Andi menggeleng.

"Aneh, kenapa bisa serapi itu, ya? Aku yakin yang ngirim itu orang terdekat," ucap Bela lagi.

"Orang terdekat? Andi?" celetuk Ghina yang menghentikan sejenak aktivitas menulisnya.

"Enak aja, aku masih normal, Ghin!"

"Ya, kali aja, Di!"

"Sembarang! Kamu mau, nggak?" Ghina menggeleng, ia tidak berselera makan kali ini.

Ghina masih meneruskan pekerjaannya, sementara Andi dan Bela tampak asyik menikmati nugget dan berbincang-bincang. Dua orang tersebut memang diketahui memiliki kedekatan khusus beberapa bulan belakangan. Entah apa yang dibahas, keduanya selalu betah jika mengobrol berdua, apalagi jika ditemani makanan.

"Sudah selesai?" tanya Bela begitu Ghina menutup buku dan mengemasi beberapa alat tulis.

"Udah, dong. Aku mau ke perpustakaan, kamu mau ikut?" Ghina mengeluarkan dua buku paket yang ia pinjam seminggu yang lalu di perpustakaan.

"Nggak dulu, deh. Kamu sendiri berani?" tanya Bela yang sepertinya tidak begitu tega membiarkan Ghina ke perpustakaan seorang diri.

"Berani, dong. Ya udah aku duluan, ya!"

Ghina meninggalkan kelas dan menuju ke ruangan yang berada di samping laboratorium komputer. Sayangnya saat ini perpustakaan sedang ramai pengunjung, terlihat dari banyaknya siswa yang berbaris untuk menunggu pelayanan dari pegawai. Ghina memutuskan untuk melihat-lihat rak, barangkali ada buku yang menarik untuk dipinjam.

Ghina berhenti pada rak yang terletak di deretan paling belakang. Di rak tersebut berisi buku-buku non-pelajaran seperti majalah, koran, dan buku-buku resep.

"Bisa, nggak?"

Ghina tersentak, buka yang hendak dipilih tidak dapat ia raih.

"Eh, Reza. Kamu ternyata," ucap Ghina basa-basi.

"Iya, nih. Mau ngembaliin buku malah rame banget. Mau ambil buku apa?"

"Itu, resep masakan." Ghina menunjuk buku yang ia maksud.

"Oh, sebentar."

"Makasih, Za." Reza melayangkan senyum sebagai jawaban untuk Ghina. Ghina tak percaya, Reza yang dikenalnya sangatlah cuek. Mungkin ada yang tidak beres sehingga ia tampak begitu ramah kali ini.

"Mau pinjam itu?" tanya Reza.

"Mau aku baca di sini, sambil nunggu antrian agak sepi."

"Ya udah, ayo duduk di sana!" Ghina mengangguk setuju dengan ajakan Reza.

Beberapa menit sudah berlalu. Reza dan Ghina yang duduk bersebelahan hanya saling diam. Keduanya sibuk dengan buku masing-masing.

"Eh, kenapa, Za?" tanya Ghina yang baru sadar jika Reza tengah menatapnya.

"Nggak papa. Mau ngasih tahu kalau antriannya sudah berkurang."

"Oh, ya udah ayo! Tapi kita balikin buku ini ke rak dulu."

"Oke, Ghin. Ini buku apa yang sebelumnya kamu pinjam?" Reza mengambil salah satu buku paket di hadapan Ghina yang sudah memasuki masa pengembalian.

"Eh, amplopnya jatuh, Ghin!"

"Amplop?"

"Iya, tadi ada di dalam buku."

"Perasaan aku nggak naruh amplop, deh."

"Terus siapa? Masa aku?" Reza terkekeh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asmara Ghina   Pesan dari Reza?

    "Wah, sesuatu yang langka, nih. Kalian lagi PDKT, ya?" ucap Bela begitu lantang dan seolah sengaja memancing perhatian Reza. Dan, hal itu sukses, Reza menatap ke arah Ghina dan Bela."Eh, apaan. Nggak, itu biasa aja, kan?" sergah Ghina."Nggak, ini sesuatu yang luar biasa. Reza mana mau berinteraksi sama cewek kecuali dia lagi benar-benar butuh. Berarti Reza lagi butuh kamu, butuh buat mewarnai hidupnya." Andi tertawa sengaja berada di pihak Bela."Kamu ngomongin aku, ya?" Reza yang semula menghapus papan tulis kemudian mendekati Andi dengan ekspresi tidak suka."Peka banget kalau diomongin. Emang kamu dengar apa yang kita bahas?" tanya Bela."Ya, kalian lagi ngomongin aku.""Nggak, kok. Kamu salah dengar kali, Za.""Jangan bohong, Bel. Kamu jangan berpikiran aneh-aneh, ya. Aku ngasih Ghina memang pengen ngasih, nggak ada maksud apa pun," jelas Reza."Yakin?" goda Andi."Ya, udah kalau nggak percaya.""Jelas nggak percaya."Reza memilih untuk tidak mempedulikan dua pengacau tersebut.

  • Asmara Ghina   Awal Kedekatan

    "Ghin, aku boleh minta nomormu?"Ghina mendadak merasakan panas dingin di tubuhnya. Suara Reza yang sedikit parau membuat hatinya ingin melonjak. Namun, bagaimana pun pula, Ghina tidak mau merasa salah tingkah. Bukankah hal yang wajar ketika teman sekelas meminta nomor?"Oke, aku tulis di kertas, ya!""Iya."Ghina mulai menuliskan angka-angka di kertas. Begitu selesai, ia menyerahkan kepada Reza kertas tersebut dengan senyum yang mengembang. Hanya saja Reza lebih memilih menunduk, ia melewatkan begitu saja dan membuat Ghina sedikit kecewa."Nanti malam kalau aku nggak lupa, pasti aku kirim pesan," ucap Reza."Oke, Za. Mau balik ke kelas?""Iya, aku duluan, ya."Belum sempat Ghina menjawabnya, lelaki tersebut sudah berlalu terlebih dahulu. Apakah sulit bagi Reza sekadar berbasa-basi menawarkan untuk kembali ke kelas bersama? Ah, nyatanya memang Reza tampak tak peduli dengan Ghina. Ada rasa kesal yang didapatkan Ghina, kenapa Reza selalu memberikan kejutan kepadanya. Terkadang terlihat

  • Asmara Ghina   Pelaku Lainnya

    Pelajaran IPS akhirnya selesai dan disambut dengan waktu istirahat. Terdengarnya bunyi bel membuat siswa merasa bahagia, bahkan ada pula refleks bersorak. Bu Dewi langsung menghadiahkan tatapan tajam pada pelakunya, sehingga kelas menjadi sepi."Kita cukupkan pelajaran untuk hari ini. Jangan lupa mengerjakan tugas yang Ibu berikan! Pertemuan selanjutnya, tugas itu kita bahas. Silahkan istirahat," ucap Bu Dewi yang kemudian meninggalkan kelas."Terima kasih, Bu Dewi," ucap semua siswa bersama-sama."Iya.""Mau ke perpustakaan?" tanya Bela begitu Ghina mengeluarkan dua buku paket dan kartu perpustakaan di atas meja. Gadis itu hanya mengangguk."Heran, di perpustakaan itu kamu beneran pinjam buku apa cuma janjian sama Reza?" ledek Bela. Ghina mengerutkan keningnya, ia tidak paham."Jangan sok bingung. Kalian sengaja, ya?" Kali ini Andi ikut berkomentar."Sengaja apa, sih? Aku emang beneran mau balikin buku, sudah habis aku baca. Pengen pinjam yang lain juga," elak Ghina mengatakan yang s

  • Asmara Ghina   Rahasia Ghina

    "Aku pengen impian kamu terwujud, Ghin. Sebenarnya kamu juga suka sama Reza, kan? Ya, kali aja kalian bisa jadi pasangan kekasih nantinya," celetuk Bela."Eh, sembarangan aja kalau ngomong.""Emang kenyataannya begitu, kan?" goda Bela."Kamu tahu rahasiaku?" lirih Ghina karena merasa penasaran. Dia tidak pernah menceritakan perihal perasannya kepada Bela. Atau jangan-jangan ....Beberapa minggu yang lalu"Bel, minta tolong buku Ghina yang masih ada di laci kami bawa, ya."Bela mengangguk saat Evi berpesan kepadanya. Ada-ada saja tingkah teman sebangkunya itu. Setelah jam istirahat berakhir dan masuk ke pelajaran selanjutnya, Ghina mengeluhkan perutnya. Ia bilang penyakit maagnya kambuh. Bela tidak tega melihat temannya yang kesakitan, akhirnya memintakan izin agar Ghina bisa pulang. Yang dilakukan Bela membuahkan hasil, Ghina akhirnya bisa pulang terlebih dahulu.Berawal dari situlah rahasia besar Ghina terbongkar. Di antara buku paket yang berada di laci ternyata terselip buku kecil

  • Asmara Ghina   Klarifikasi Bela

    Ghina meletakkan sepedanya di bagian paling selatan dari parkiran. Ia tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Pagi itu belum tampak adanya kehidupan di sana, padahal biasanya Pak Amin juga sudah berkeliling untuk membuka pintu-pintu kelas."Rajin banget, Mbak!" sapa Eli yang lebih akrab disebut dengan Ibu kantin. Perempuan berusia sekitar tiga puluh tahunan tersebut tampak membawa keranjang berisi makanan yang akan dijual di kantin nantinya. Ibu kantin memang seperti itu, dia ramah kepada siapapun termasuk kepada siswa yang bahkan tidak ia ketahui namanya."Hehehe, iya, Bu kantin. Lagi siap-siap buat ngisi kantin, ya?" jawab Ghina disertai dengan basa-basi."Iya, Mbak. Dari pagi juga udah repot. Makanya belajar yang rajin, ya. Siapa tahu pas udah besar dapat pekerjaan yang nggak bikin capek.""Siap, Bu. Saya duluan, ya. Mau ke kelas.""Iya, Mbak."Ghina berjalan santai melewati koridor bangunan sekolah. Suasana sunyi yang ia rasakan saat ini mungkin akan berubah beberapa menit ke de

  • Asmara Ghina   Es Krim

    "Lho, kirain udah pulang. Kenapa balik lagi?"Siang itu kala semua siswa sudah pulang dan Ghina sedang membersihkan kelas seorang diri, tiba-tiba datanglah Bela yang memang sebelumnya sudah berpamitan. Bela tak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum dan menghampiri Ghina yang sedang melakukan piket. Sebenarnya jadwalnya masih besok, dia terbiasa melakukannya seperti saat ini."Apa, nih?" tanya Ghina saat Bela memaksa dirinya menerima kantong plastik yang berada di tangannya."Dari Reza.""Eh, apaan. Aku nggak mau." Ghina menaruhnya di atas meja."Jangan ditolak. Aku juga dapat, kok. Tadi udah aku makan sama Andi di parkiran. Reza lagi banyak uang kali, makanya kita ditraktir.""Masa? Jangan bohong kamu!""Aduh, masih juga dikira bohong. Ya, udah, aku tunjukkin ini tadi Reza ngasih susu kotak juga kalau kamu nggak percaya." Bela mengambil benda yang ia maksud dari dalam tasnya."Tumben baik banget dia. Biasanya juga cuek," komentar Ghina yang masih tidak percaya."Soalnya ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status