Share

Asmaraloka
Asmaraloka
Penulis: Ainun Qolbi

Tiket

Desiran ombak menghantam cadas, terdengar sayup angin berhembus sepoi-sepoi membuat suasana dipinggir pantai semakin syahdu, ombak sesekali mencapai bibir pantai tempat Ain mendirikan gazebo untuk pesta merayakan keberhasilan mendirikan kantor pusat di Singapura. Malam itu Ain habiskan dengan beberapa teman kantor dan pejabat tinggi di perusahaan.

Amin bermain gitar, mereka semua mengelilingi api unggun kecil, sambil melantunkan lagu ‘secukupnya’ lagu yang lumayan populer saat Ain masih dibangku kuliah.

Gelak tawa sambut menyambut mengiringi petikan gitar Amin ditengah-tengah dentingan gelas dan botol kaca, bersama-sama melantunkan lagu indie yang membuat pesta tersebut menjadi pesta mellow, seperti suasana hati Ain saat ini.

“Bos, silahkan request lagu apa” seru Amin meminta.

“Hitam putih” Jawab Ain singkat.

“Oke baiklah, karena suasana hati bos besar kita sedang tidak bersahabat, kita akan menyanyikan lagu konco mesra karya via valen.” Ujar Amin disambut tepuk tangan meriah. Ain kemudian menjauh dari keramaian pesta, duduk dibangku kosong, menyendiri.

Diantara kemeriahan pesta malam itu, Bella diam-diam memperhatikan Ain, menghampirinya yang sedang duduk menyendiri menjauhi keramaian “boleh aku duduk disini?”

“Bebas” jawab Ain tanpa merubah ekspresi mimik wajah.

Bella duduk disebelah Ain, diam, memperhatikan tatapan Ain, kosong. Bella berusaha mencairkan suasana, memulai obrolan dengan sungkan “semua baik-baik aja A?”

“Maybe” ucap Ain lirih.

Ditengah suara ombak dan hembusan angin pantai, mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang duduk berdua, bercanda tawa, memadu kasih, menumbuhkan cinta, disaksikan bulan purnama, bulat sempurna. Namun kenyataan sebaliknya, jauh dari bayangan itu.

Rambut Bella terurai tertiup angin, memperlihatkan leher jenjang miliknya, Ain memperhatikan, “kamu ga kedinginan pake baju kaya gitu malam-malam gini di pinggir pantai?” Bella memakai baju terusan panjang selutut warna abu-abu dengan lengan terbuka.

“Enggk, dulu rumahku juga dipinggir pantai, jadi udah biasa.” Jawab Bella sambil tersenyum manis.

Lenggang.

Bella menghela nafas panjang “A, maaf ya aku mau tanya sesuatu tapi ini kayanya udah masuk dalam ranah pribadi.”

Ain tidak menjawab, hanya merespon dengan mengangkat alis yang berarti ‘silahkan’. Karena selama ini mereka berdua memang selalu membahas masalah bisnis.

Bagi Ain, Bella adalah sekretaris sekaligus tangan kanan bagi perusahaan, orang yang dapat diandalkan jika Ain sedang repot atau absen dalam rapat.

Sedangkan bagi Bella, Ain lebih dari sekedar bos.

“Kemarin di Singapura kenapa tiba-tiba membatalkan semua pertemuan?”

“Oh, kemaren ada urusan mendadak di Indo.”

“A, aku udah lumayan kenal kamu lama, setahuku seorang Ain tidak pernah membatalkan pertemuan dengan siapapun” Bella menegaskan sambil menyelidik.

“Ini beda, ada seseorang yang harus kutemui” respon Ain datar.

“Seseorang siapa yang mampu memanggil Ain dari Singapura ke Indo, di hari ini juga tanpa membuat janji terlebih dahulu?” Selidik Bella sambil geleng-geleng tertawa.

Ain juga menyuratkan senyum sambil bergumam ‘belum saatnya orang lain mengetahui masa laluku’.

“Sekarang aku gantian tanya ya, selama kita kerja bersama, kamu sama sekali ga pernah ngenalin cowok ke aku. Kamu jomblo ya?” Ledek Ain.

“Ga ada waktu bos” ucap Bella ketus. Dibarengi gelak tawa mereka berdua.

Malam itu Bella berhasil menghibur Ain dari kejadian malam kemarin, sejenak Ain menemukan kembali siapa dirinya, menyeretnya dalam lamunan panjang yang selama ini menguras energi dan pikiran.

Setelah ngobrol lama, membahas sesuatu yang mereka senangi, Ain akhirnya membuka sedikit tentang kehidupannya.

“Aku paling gasuka makan daging” ujar Ain.

“Beneran gasuka daging?” Tanya Bella heran.

“Iya beneran, daging, jeroan, hati, pokoknya yang berbau-bau daging aku gasuka.” Ain meyakinkan.

“Hahaha baru kali ini aku tau ada orang yang gasuka makanan surga” kata Bella sambil tertawa sampai menutup mulut.

“Maen lu kurang jauh si Bel”

Bella baru tahu sedikit dari peribadi Ain, Ain juga baru tahu beberapa tentang Bella yang selama ini Ain sama sekali tidak tahu. Seperti Bella ternyata tidak menyukai hujan, tempat keramaian, dan tidak suka makan wortel.

‘Aku selama ini belum menjadi atasan yang baik, bagaimana tidak, sekretaris pribadiku saja aku baru tahu beberapa hal kecil mengenainya, selama ini aku kemana saja?’

Ain teringat tentang tiket tur keliling dunia bareng Alfi yang tidak jadi berangkat, daripada sayang kalau dibuang, Ain memberanikan diri untuk mengajak Bella menggantikan Alfi.

“Bel, bulan depan ambil cuti panjang ya, aku kebetulan ada dua tiket tur keliling dunia, sebenarnya bukan dunia sih, cuma di Dubai, Turki sama di maldives.”

Bella tercengang mendengar ajakan Ain “kamu mau ajak aku jalan-jalan A?”

“Ya semacam itulah, itung-itung bonus gaji kamu selama ini.” Ujar Ain nyengir.

Mendengar Ain menjawab seperti itu, seperti ada sebuah perasaan aneh muncul dari bawah dasar perut, memberontak untuk keluar, seketika langit yang cerah ditaburi bintang gemintang bagaikan laron terbang, indah. Bella hampir salah tingkah dibuatnya, namun karena kelincahannya dalam mengendalikan mimik wajah, Bella berusaha sedatar mungkin menanggapi ajakan Ain “baiklah aku pikir-pikir dulu ya.”

Malam itu Bella tidak bisa tidur, kata-kata ‘berdua’ selalu saja menghanyuti pikirannya. Senang bukan kepalang. Bella memang telah jatuh hati kepada Ain sejak lama, melihat kepribadian dan ketampanan Ain, semua bawahan mana yang tidak tertarik dengan Ain. Bibir tebal dengan brewok tipis, kumis pendek rapi, dan tatapan tajam yang mampu menumbangkan lawan maupun melenakan kaum hawa. Ain merupakan tipikal orang yang serius. Tipe ideal untuk dijadikan kepala rumah tangga.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status