Share

Bab 71. Berbagi Suami

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-28 21:58:32

Malam itu, seperti hari–hari biasa, Arafah duduk di tepi ranjang menunggu kepulangan suaminya. Dua tangan saling menggenggam erat di atas pangkuan, mata sayunya menatap lantai dengan pandangan kosong. Tidak ada gairah di sana, hanya ada kesedihan yang terus–menerus terbaca.

Bima baru saja pulang dan gegas masuk ke dalam kamar. Wajahnya terlihat letih. Dia tidak berani menceritakan apa saja yang baru terjadi di rumah kedua orang tuanya pada Arafah.

"Arafah?" panggilnya hati-hati. "Belum tidur? Sengaja nunggu Mas atau apa?"

Arafah menoleh perlahan. Matanya berkilat dalam cahaya redup lampu kamar. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya, sesuatu yang membuat Bima merasakan kecemasan yang aneh.

"Kamu kenapa?" tanya Bima lagi, mendekatinya. "Sakit?"

Arafah menarik napas dalam, lalu tersenyum kecil—senyum yang tidak mencapai matanya. "Beberapa hari lalu aku bertemu Ibu," katanya pelan.

Bima diam, menyimak serius.

"Dan aku yakin kamu juga baru mengunjunginya."

"Kita bahas nanti saja."

"Ibu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 71. Berbagi Suami

    Malam itu, seperti hari–hari biasa, Arafah duduk di tepi ranjang menunggu kepulangan suaminya. Dua tangan saling menggenggam erat di atas pangkuan, mata sayunya menatap lantai dengan pandangan kosong. Tidak ada gairah di sana, hanya ada kesedihan yang terus–menerus terbaca.Bima baru saja pulang dan gegas masuk ke dalam kamar. Wajahnya terlihat letih. Dia tidak berani menceritakan apa saja yang baru terjadi di rumah kedua orang tuanya pada Arafah."Arafah?" panggilnya hati-hati. "Belum tidur? Sengaja nunggu Mas atau apa?"Arafah menoleh perlahan. Matanya berkilat dalam cahaya redup lampu kamar. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya, sesuatu yang membuat Bima merasakan kecemasan yang aneh."Kamu kenapa?" tanya Bima lagi, mendekatinya. "Sakit?"Arafah menarik napas dalam, lalu tersenyum kecil—senyum yang tidak mencapai matanya. "Beberapa hari lalu aku bertemu Ibu," katanya pelan.Bima diam, menyimak serius."Dan aku yakin kamu juga baru mengunjunginya.""Kita bahas nanti saja.""Ibu

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 70. Solusi Berpoligami

    Bima duduk di ruangan dengan kepala bersandar di kursi, mata terpejam, dan pikiran yang tidak pernah tenang.Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Bukan karena tugas-tugasnya yang berat, bukan karena latihan yang menguras tenaga, tetapi karena pikirannya tidak pernah lepas dari satu hal—rumahnya.Sejak beberapa hari terakhir, Arafah menjadi begitu pendiam. Wajahnya yang biasanya ceria kini lebih banyak tertunduk. Dia tidak lagi menyambut Bima dengan senyuman setiap kali pulang, tidak ada tawa ringan atau percakapan kecil sebelum tidur.Semuanya berubah.Rumah mereka yang dulu terasa hangat kini terasa hampa.Bima tahu Arafah sedang menahan sesuatu. Dia tahu ada beban di hati istrinya, tapi setiap kali dia mencoba bertanya, Arafah hanya tersenyum kecil dan berkata bahwa dia baik–baik saja.Meski Bima tahu itu adalah kebohongan. Bima tetap tidak bisa melakukan apa–apa. Ini membuatnya merasa semakin frustasi.Sampai pada akhirnya, hari ini Bima memutuskan untuk mengambil langkah

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 69. Keheningan yang Menyesakkan

    Langit sore terlihat kelabu saat Arafah melangkah pulang dengan hati yang hancur. Jalanan yang biasa terasa hangat kini terasa dingin, seolah angin senja ikut menyerap segala kewarasan yang tersisa dalam dirinya.Setiap langkah kini terasa lebih berat. Kata-kata Aisyah—Ibu mertuanya—terus terngiang di kepala Arafah, berputar seperti jarum yang menusuk langsung ke dalam jantungnya."Aku akan bersedia menerimamu sebagai menantu asal kau mengizinkan Bima menikah kembali dengan Kirana."Arafah menelan ludah, berusaha mengusir perasaan nyeri yang menggumpal di dadanya.Dalam hati, Arafah menjerit pedih. Dia sudah mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya ujian, bahwa dia harus kuat. Tapi bagaimana dia bisa tetap kuat ketika yang menolaknya adalah ibu dari pria yang sangat dia cintai?Ketika akhirnya Arafah sampai di rumah, suasana begitu sepi.Bima belum pulang.Arafah melepas sepatunya dengan perlahan, melangkah masuk tanpa suara. Langkahnya gontai berjalan menuju kamar, mendudukka

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 68. Mencintai Berarti Merelakan

    "Dia mencintai Kirana?" ulang Arafah hampir tidak percaya. "Apa dia yang bilang ke Ibu kalau dia mencintai perempuan itu? Mas Bima yang bilang dia mencintainya?"Aisyah tersenyum tipis, lalu mengangguk yakin. "Bima dan Kirana sudah saling mengenal sejak lama. Mereka memiliki sejarah bersama. Aku yakin, jauh di dalam hatinya, dia tahu siapa yang terbaik untuknya."Arafah menggigit bibirnya semakin erat. Dia ingin mengatakan bahwa Bima–lah yang memilihnya. Bahwa Bima–lah yang datang kepadanya dan mengulurkan tangan saat dia tidak memiliki siapa-siapa.Namun, kata-kata itu tidak keluar.Arafah hanya bisa duduk di sana, menahan air matanya agar tidak jatuh.Aisyah menatapnya dengan tatapan penuh harapan."Arafah," katanya pelan, "Jika kau benar-benar mencintai Bima, kau pasti ingin yang terbaik untuknya, bukan?"Arafah mengepalkan tangannya di bawah meja. Suara Aisyah begitu lembut, tetapi kata-katanya terasa seperti belati yang menusuk hatinya berkali-kali.Setelah beberapa saat, Arafah

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 67. Dilema Seorang Ibu.

    Aisyah duduk di ruang keluarga menggenggam ponselnya dengan erat. Panggilan telepon dari Kirana masih terngiang di kepalanya. Perempuan paruh baya itu memijat pelipis, merasakan kepalanya yang bertambah berat.Pikiran-pikiran berkecamuk. Di satu sisi, Aisyah merasa sulit menerima Arafah sebagai menantu. Di sisi lain, Kirana—gadis yang sejak lama dikenalnya dan sudah dijodohkan dengan Bima—memohon agar pernikahan itu tetap terjadi."Aku akan pikirkan caranya."Itu yang tadi Aisyah katakan kepada Kirana. Namun, bagaimana caranya? Haruskah dia benar-benar memisahkan Bima dan Arafah? Atau, haruskah dia merelakan impiannya tentang menantu idaman?Suara langkah kaki terdengar mendekat. Jihan, yang baru saja melewati ruang keluarga, melihat ekspresi ibunya yang tampak gelisah. Dahinya berkerut."Bu, ada apa?" tanya Jihan hati-hati.Aisyah terkejut sedikit, baru menyadari keberadaan putrinya sebab lama melamun. Dengan cepat menaruh ponsel di meja dan mencoba tersenyum. "Nggak ada apa-apa," ba

  • Assalamu'alaikum Cinta : Suamiku Adalah Abdi Negara   Bab 66. Mengubah Takdir

    Bima melangkah keluar dari ruangan atasannya dengan ekspresi dingin dan hati yang masih dipenuhi amarah yang tertahan.Pembicaraan dengan sang Kolonel barusan benar-benar menguras kesabaran. Dia tidak menyangka perjodohan ini masih terus dibahas seolah-olah pernikahannya dengan Arafah tidak berarti apa-apa.Baru saja Bima menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang entah sejak kapan menjadi semakin familiar."Mas Bima?"Bima, yang disebut namanya, lantas menoleh. Di ujung lorong, berdiri seorang perempuan dengan postur anggun dan ekspresi tenang. Kirana.Perempuan itu tersenyum tipis, langkahnya ringan saat menghampiri Bima. Tidak ada sorot kemarahan, kekecewa, ataupun benci di matanya—tidak seperti yang Bima bayangkan."Kita jadi sering bertemu akhir–akhir ini," kata perempuan yang lebih muda dari Bima itu dengan santai. "Baru dari ruangan Paman, Mas?" sambung Kirana bertanya.Bima mengangguk, tidak banyak bereaksi. Sedang Kirana t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status