Share

Bab 3

Author: Dudo
Tubuhku dipaksa bergerak naik turun, diliputi rasa tak nyaman yang bercampur kenikmatan. Seperti semut yang gelisah di atas wajan panas, begitu tak sabar, tetapi juga terjebak dalam kenikmatan yang menggoda.

Di detik berikutnya, karena tak mampu menahan diri, dia mengangkat tubuhku. Ciumannya mendarat tanpa ragu. Dalam waktu bersamaan, rokku terasa basah oleh gairah yang tak tertahan.

Tubuhku terbaring di atas meja tempat pemeriksaan barusan, sementara pintu belum ditutup rapat. Dengan napas tertahan dan hati berdebar, aku berbisik gugup, "Pintunya ... belum ditutup .... Nanti ada yang lihat ...."

Tangannya berada di pinggangku, membuat tubuh bagian bawahku menegang. Yang mengejutkan, aku mencapai kenikmatan ….

Anton berkomentar, "Nafsumu cukup besar."

"Bukankah bagus kalau ada yang melihatnya? Apa kamu nggak ingin orang melihatnya?" Dia menggulingkanku. Pakaianku bergesekan saat bagian sensitifku digosokkan ke meja yang dingin. Dia tidak memasukiku, tetapi aku merasa lebih bersemangat daripada jika dia melakukannya.

Tongkat panas itu makin panas seperti korek api, aksi Anton juga makin ganas, seolah-olah dia sudah dipasangi motor yang tidak bisa dihentikan.

Bokongku ditampar beberapa kali, sementara aku hanya bisa berteriak, "Pelan … pelan …."

Tanggapannya adalah tabrakan yang lebih hebat.

Meskipun aku tidak sampai pada langkah terakhir, aku tiba-tiba merasa sangat puas.

Aku berpikir bahwa semua pria sebelumnya tidak seperti Anton. Aku tidak sabar untuk segera menghapus semuanya, sekumpulan sampah yang tidak berguna itu.

Saat itu sudah melewati jam malam asrama, jadi Anton membawaku kembali ke rumahnya. Namun, dia tidak tidur di sini, sebaliknya dia memesan kamar hotel di dekatnya.

Sebelum pergi, dia memberitahuku kode sandi pintunya.

"Aku akan mengirimimu pesan dalam beberapa hari ke depan. Lakukan apa yang aku katakan kalau kamu ingin sembuh."

Setelah itu, dia menjelaskan kepadaku bahwa dia akan menyembuhkanku.

Aku tahu bahwa tidak wajar bagiku untuk menjadi begitu terangsang. Namun, aku tidak memiliki banyak masalah dengan teknik penyembuhan khususnya.

Intinya, cara ini sungguh hebat.

Jadi, aku pun mengangguk setuju.

Mungkin penampilanku yang polos dan lembut itu membuatku tampak patuh. Dia menatapku sekilas, lalu menjatuhkan ciuman di keningku. "Selamat malam."

Bagian bawahku basah lagi.

Aku buru-buru menutup pintu.

Keesokan harinya, teman baikku adalah orang pertama yang meneleponku. Sebelum aku sempat mengatakan apa pun untuk menegurnya, dia sudah lebih dulu menjelaskan padaku bahwa meski temperamen Anton tidak terlalu baik, tetapi kemampuan medisnya sangat baik.

"Dia memang hanya menerima pasien dengan kasus sulit, jadi itulah alasan aku berkata begitu padamu." Temanku tumbuh bersamaku dan tidak pernah menyakitiku.

Setelah memikirkan hal ini, aku mengangguk. "Kemampuan medisnya memang sangat bagus. Pengobatan terakhir sangat efektif."

Aku begitu lelah sampai aku tidak bermimpi semalam.

Saat Anton mengirimkan pesan, aku menutup telepon.

Dia bertanya apakah aku sudah bangun.

Aku: [Aku sedang bersiap-siap untuk mandi. Nanti aku akan kembali ke sekolah.]

Anton: [Apa yang kamu kenakan hari ini?]

Aku: [Baju yang sama seperti kemarin. Aku nggak membawa baju baru.]

Beberapa detik kemudian, Anton membalas: [Ada pakaian baru yang diletakkan di depan pintu. Pakailah, lalu berfotolah untukku.]

Aku membuka pintu. Benar saja, memang ada sebuah kotak di sana.

Ada satu set pakaian lengkap, termasuk bra. Semuanya masih baru serta pas dibadanku. Namun, pakaian ini agak ketat, serta berbeda dengan gaya rok longgar yang biasa aku pakai.

Yang lebih penting … tidak ada celana dalam.

Anton menjawab: [Pengobatan telah dimulai. Langkah pertama hari ini adalah nggak memakai celana dalam.]

Bagian pribadiku sangat jelas terlihat pada bahan pakaian yang tipis ini. Aku merasa sedikit malu. Anton sepertinya tahu apa yang aku pikirkan. Dia mengirimkan foto padaku.

Tangan yang berotot tampak ternoda oleh cairan. Hanya dengan melihat benda di tangannya itu, aku langsung teringat akan sensasi asing di antara kedua kakiku tadi malam.

Tanpa sadar aku hendak menggerakkan tangan ke bagian bawahku ketika pria itu mengirimkan pesan lainnya: [Jangan menyentuh dirimu sendiri.]

Aku merasa makin sulit untuk menolak. Namun, memikirkan bahwa ini adalah untuk pengobatan, aku menahannya.

Meskipun kain yang aku pakai tampak ringan dan lembut, aku tidak bisa tidak memikirkan bahwa bentuk tubuhku akan tampak menonjol. Setiap kali membungkuk sedikit atau duduk di tempat umum, rasanya tatapan orang-orang akan langsung mengarah padaku.

Pada siang hari, Anton mengirim pesan: [Lepaskan pakaian dalammu, lalu ambil foto untukku.]

Pada saat yang sama, pria itu juga mengirimkan foto telanjangnya setelah berolahraga.

Aku berlari ke kamar kecil wanita, lalu memotret kain yang basah kuyup dengan hati-hati.

[Bagaimana kalau aku nggak bisa memakainya lagi?]

Anton mengirimkan pesan suara balasan.

Aku mendekatkan speaker di telingaku, lalu menyalakannya dengan volume serendah mungkin.

Pria itu berbisik menggoda, "Jangan dipakai, Sayang."

Aku merasakan diriku menjadi makin basah.

Dia seperti membisikkan hal ini di telingaku, tidak mungkin untuk aku melupakannya.

Celah itu membuatku tanpa sadar merapatkan kedua kakiku saat berjalan. Aku segera pergi ke toilet untuk menyeka noda basah segera setelah aku merasakannya. Aku tidak akan pernah berdiri jika aku bisa duduk.

Setelah seharian penuh disiksa, perhatianku benar-benar beralih dari tonjolan di bagian bawah ke komentar Anton bahwa dia akan menjemputku.

Aku menunggu kelas berakhir dari pukul 16.45, lima belas menit terasa seperti satu abad. Aku tidak tahu berapa kali aku menelan ludah saat pikiranku terus kembali ke benda tebal dan lengan Anton yang kuat.

Begitu bel akhir kelas berbunyi, aku berjalan keluar dari kelas bersama orang-orang.

Begitu naik ke mobil, pandangan Anton melihat tonjolan itu dengan mata terbelalak. Aku tanpa sadar menghalanginya. Dia berkata, "Ini sangat cantik, nggak boleh menghalanginya."

Aku hanya bisa meletakkan kembali tanganku. Sabuk pengaman mengikat tubuhku yang menawan, membuat lekukannya lebih jelas lagi. Aku melihat jakun Anton bergerak.

Mobil melaju ke garasi bawah tanah. Dia berbalik dan menggigit bibirku, sementara bagian bawahku langsung basah kuyup ….

Dia menggigit tonjolan itu dengan penuh ejekan, sementara tangannya menjelajahi ke bawah ….

Di dalam mobil yang sempit, tubuhku berada dalam pelukannya. Jemarinya menyusuri setiap sudut tubuhku dengan lembut, lalu dia berbisik, "Apa yang kamu rasakan sekarang?"

"Rasanya ... gatal. Aku nggak bisa menahannya, aku ingin …."

Aku begitu gelisah sampai air mataku keluar. Aku menarik-narik bajunya dengan sembarangan.

Anton mencubit pantatku, mendorongnya ke atas, sementara aku langsung berteriak ….

Jendela mobil menampilkan penampilanku yang tertekan, dengan tubuh bergetar tanpa henti. Anton mengeluarkan benda lain, tidak setebal miliknya, tetapi sangat panjang.

Dia membukanya di depan wajahku, perlahan-lahan memasukkannya. Pada saat ini, suara langkah kaki tiba-tiba datang dari luar mobil.

"Berhati-hatilah. Bagaimana kalau ada yang datang?"

Suara ini ….

Ternyata itu adalah temanku Winda Wiryo!

Di luar jendela mobil, Winda tampak dipeluk oleh seorang pria, tetapi tangan pria itu tampak berkeliaran. Winda terprovokasi oleh nafsu, sementara pria itu membenamkan kepalanya ke tubuh Winda.

Mereka bersandar dengan keras ke mobil Anton!

Anton mendorong masuk dengan tiba-tiba hingga aku hampir berteriak. "Apa ini bisa mengalihkan perhatianmu? Kenapa? Apa ini nggak memuaskanmu, wanita penuh nafsu?" tanya Anton.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 8

    "Sapi, seksi sekali …."Kemudian, aku mendengar kabar Josh dari mulut salah satu mantan pacar Winda, yang mengatakan bahwa dia telah dikeluarkan karena mencuri tesis teman sekelasnya.Bahkan mantan-mantan pacarku yang pernah memakiku ketahuan melakukan hal-hal yang lebih rendahan. Akhirnya mereka dikeluarkan atau diskors secara permanen.Winda berseru, "Pak Anton memang memiliki cara yang bagus."Aku tidak menyangkalnya. Namun, setelah menjalin hubungan dengan Anton, rasa laparku yang tak tertahankan hanya muncul saat melihatnya.Pria lain tidak lagi menarik bagiku.Aku tidak tahu apakah dia bisa dianggap sebagai obat manjur untukku. Menurut kata-kata Anton, "Itu karena kita ditakdirkan untuk bersama."Bagian tubuh Anton itu memang sangat besar. Dia mengatakan padaku bahwa mantan pacarnya tidak ada yang bisa menanganinya karena terlalu besar. Jadi, dia masih belum punya pacar sampai saat ini.Kebetulan aku memang memiliki nafsu yang besar, serta sangat membutuhkan obat yang manjur sepe

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 7

    Anton memelukku sambil berkata, "Dasar bodoh, hubungan kita lebih dari sekedar pasien dan dokter. Kamu juga pacarku, jadi wajar kalau kita bersama. Aku nggak pernah memberimu catatan medis."Aku terdiam, sementara Anton tertawa, "Aku nggak akan melakukan hal semacam itu dengan pasien. Karena aku menyukaimu, itu sebabnya aku akan melakukan itu.""Sudah, semuanya akan baik-baik saja."Aroma maskulin pria menyelimutiku. Aku perlahan-lahan menjadi tenang, sementara jejak air mata perlahan-lahan menghilang.Anton mengikutiku ke sekolah. Aku merasa sedikit khawatir pada awalnya, tetapi melihat penjaga keamanan tidak menghentikannya, aku merasa tidak perlu takut lagi.Dia memegang tanganku di sepanjang jalan. Teman-teman sekelas menunjukkan wajah yang berbeda-beda. Ketika kami bertemu dengan seorang guru, aku segera menundukkan kepala, ingin menarik Anton pergi.Tanpa diduga, dia malah menarikku dengan paksa, lalu berkata, "Ayah."Pak Doni mengangguk. "Christy, kalau dia menindasmu di masa de

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 6

    Ketika aku masuk ke dalam mobil Anton, aku menangis tanpa henti.Anton berkata, "Sudahlah, jangan menangis. Aku di sini."Aku sebenarnya sudah tidak sedih lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tetap berada di pelukannya lebih lama lagi.Suasana berubah. Kami berciuman untuk waktu yang lama, sementara perutku berbunyi di waktu yang tidak tepat.Anton tidak dapat menahan tawa, memilih untuk mengajakku makan malam terlebih dulu.Dia memilih sebuah restoran yang tidak terlalu ramai. Kami makan malam dengan penerangan lilin. Ini membuatku merasa lebih baik. "Terima kasih.""Ini sudah tugasku." Anton tersenyum sambil memotongkan steik untukku."Christy?"Seseorang memanggilku. Aku menoleh, ternyata itu adalah pria yang menyatakan cinta padaku di sore hari.Dia dikelilingi oleh beberapa teman sekelas yang tidak aku kenal."Apakah ini ... alasan mengapa kamu menolak bersamaku?" Wajah Josh berubah muram. "Ternyata kamu orang yang seperti ini."Aku tertegun sejenak, tidak mengerti apa y

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 5

    Saat tanganku mulai bergerak perlahan ke bawah, aku menyapukan pandanganku ke sekeliling. Tiba-tiba, aku melihat mata beruang yang bersinar.Ketika melihatnya lebih dekat, aku menyadarinya.Itu adalah kamera pengawas.Anton mengawasiku.Ketika berpikir bahwa semua yang baru saja aku lakukan terlihat olehnya, aku menyipitkan mata. Ide yang lebih berani muncul di benakku.Aku memegang beruang itu di lenganku, lalu membuat mata beruang itu mengamati setiap bagian tubuhku. Aku merasa gugup sekaligus penuh harap.Namun, setelah sekian lama, tidak ada satu pun pesan.Mungkinkah dia sedang sibuk?Karena merasa bosan, aku menyelipkan betis di antara kedua kakiku, tanpa menyadari bahwa mata kemerahan di kepala beruang yang berada di pinggulku berputar.Saat aku tertidur, bel pintu berdering.Ada pesan di ponselku: [Aku memesankan makanan untukmu. Jangan lupa memakannya.]Dalam keadaan lengah, aku hendak menunduk mengambil pesanan di balik pintu yang setengah terbuka. Tanpa peringatan, wajah tam

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 4

    Aku baru saja hendak menjelaskan, tetapi dia benar-benar menggulingkanku, memegang pinggangku dari belakang, lalu memegang vibrator di satu tangan dengan gerakan cepat. Dia memegang alat kelaminnya di satu tangan, lalu menggosokkannya padaku."Tunggu …. Pak Anton, tunggu …" bisikku mencoba berbicara."Jangan terlalu tegang, santai saja." Anton menampar pinggulku, tidak menghiraukanku. Bahkan, gerakannya lebih cepat ….Uh …. Tidak!Aku tidak tahan jika diserang dengan dua-duanya!Ini pertama kalinya aku ….Winda ditekan dengan erat di kaca depanku. Aku bisa melihat bahwa tangan pria itu telah membuka tali di bahu Winda. Suara erangan nyaman temanku terdengar di telingaku.Pada saat yang sama, Anton memasukkannya.Aku … mengeluarkan susu ….Ini juga pertama kalinya Anton melihat bahwa seseorang bisa menyemprotkan susu ketika bercinta. Dia menatap mataku dengan tatapan yang lebih berbahaya. "Bagaimana bisa kamu begitu bernafsu?"Aku menggelengkan kepalaku dengan panik. Aku tidak tahu apa

  • Astaga, Gairahku Diketahuinya   Bab 3

    Tubuhku dipaksa bergerak naik turun, diliputi rasa tak nyaman yang bercampur kenikmatan. Seperti semut yang gelisah di atas wajan panas, begitu tak sabar, tetapi juga terjebak dalam kenikmatan yang menggoda.Di detik berikutnya, karena tak mampu menahan diri, dia mengangkat tubuhku. Ciumannya mendarat tanpa ragu. Dalam waktu bersamaan, rokku terasa basah oleh gairah yang tak tertahan.Tubuhku terbaring di atas meja tempat pemeriksaan barusan, sementara pintu belum ditutup rapat. Dengan napas tertahan dan hati berdebar, aku berbisik gugup, "Pintunya ... belum ditutup .... Nanti ada yang lihat ...."Tangannya berada di pinggangku, membuat tubuh bagian bawahku menegang. Yang mengejutkan, aku mencapai kenikmatan ….Anton berkomentar, "Nafsumu cukup besar.""Bukankah bagus kalau ada yang melihatnya? Apa kamu nggak ingin orang melihatnya?" Dia menggulingkanku. Pakaianku bergesekan saat bagian sensitifku digosokkan ke meja yang dingin. Dia tidak memasukiku, tetapi aku merasa lebih bersemangat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status