Short
Ketika Cinta Memudar

Ketika Cinta Memudar

By:  Tina MayundaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
7Chapters
2.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku menikah ke Keluarga Jihan demi menyelamatkan keluarga kaya raya yang hampir runtuh. Namun, Hoshi Jihan, putra Keluarga Jihan malah sibuk bersenang-senang di luar sana. Ibunya bahkan ingin merampas seluruh hasil jerih payahku. Dengan cerdik, aku merebut kembali semua harta milikku. Pada akhirnya, Hoshi berlutut dan memohon padaku, “Jangan tinggalkan aku.” Aku pun meninggalkannya, lalu menggandeng tangan si penulis muda dan berkata, “Kamu bukan siapa-siapa bagiku.”

View More

Chapter 1

Bab 1 Pengkhianatan

Di hari ulang tahun pernikahan kami yang keempat, aku menunggu di rumah dengan sabar.

Sementara itu, Hoshi malah menyalakan kembang api di seluruh kota untuk cinta pertamanya.

Aku terkena ledakan petasan dan dilarikan ke rumah sakit.

Melihat luka bakar hitam di tubuhku, dia malah menutup pintu menghalangi wanita itu di luar, lalu berkata dengan dingin, “Jangan dilihat, mengotori matamu saja.”

Sesampainya di rumah, aku menemukan sepasang stoking hitam transparan di dalam mesin cuci balkon.

Dengan tenang, aku mengambilnya dan melipatnya, lalu meletakkannya di meja ruang tamu.

Setelah menutup mesin cucinya, aku langsung memesan tiket pesawat ke luar negeri.

….

Baru saja aku menyelesaikan pembayaran, Hoshi masuk dari lorong depan rumah.

Dia tak pernah merokok dulu. Sekarang dia bisa duduk di luar selama setengah jam hanya untuk menghisap sebatang rokok.

Begitu melihat halaman tiket pesawat keluar negeri di layar ponselku, dia tersenyum sinis dan bertanya, “Mau liburan?”

Aku menjawab tenang, “Iya.”

Dia tak melanjutkan, langsung duduk di sofa dan mulai membuka pesan-pesan di ponselnya.

Lalu, mengambil teh herbal yang selama ini selalu kubuatkan tiap malam untuk menjaga matanya, menyeruput sedikit, lalu bertanya, “Sejak kapan kamu belajar menyeduh teh?”

Aku menjawab tanpa menoleh, “Minggu lalu.”

Padahal aku sudah membuat teh ini untuknya selama empat tahun.

Dia menyalakan rokok lagi dan menghembuskan asap ke udara.

Reflek, aku menggeser kursiku menjauh. Aku masih trauma dengan ledakan kembang api kemarin.

Mendengar suara itu, dia melirikku dan berkata, “Aku sudah tanya ke dokter, katanya lukamu nggak parah. Jadi, besok aku nggak mengantarmu pergi kerja lagi ya.”

Dulu, aku pasti akan langsung marah dan bertengkar hebat dengannya.

Namun kali ini, aku hanya menggulirkan mouse tanpa menoleh, “Iya, nggak perlu repot-repot lagi.”

Hari ini, dokter bilang luka di kakiku bisa disembuhkan dengan cangkok kulit.

Hanya saja, aku tidak bisa melakukan program bayi tabung lagi.

Aku menunduk, menatap perutku yang penuh bekas suntikan hormon ovulasi, penuh dengan jejak-jejak yang tampak menyakitkan.

Hoshi tidak pernah menyentuhku, tapi ibunya memaksaku untuk melahirkan cucunya.

Sudah berkali-kali suntik hormon, tapi tetap saja aku tidak hamil.

Melihat aku menunduk diam, Hoshi sempat hendak mendekat.

Namun, telepon berdering.

Dari seberang sana terdengar suara lembut Mishel, cinta pertamanya, “Kakak, sini dong, hari ini ulang tahunku, lho.”

Hoshi tersenyum tipis, lalu menutup pintu kamar sambil berkata padaku, “Aku nggak pulang malam ini.”

Keesokan paginya, aku dibangunkan dering telepon.

Terdengar suara Hoshi yang memerintahku, “Cepat turun sepuluh menit lagi, aku antar kamu ke kantor.”

Aku tergesa-gesa turun sambil bertumpu pada tongkat penyangga, sampai ke depan mobilnya.

Saat membuka pintu mobil depan, terdengar suara manis Mishel, “Kak, kamu salah buka pintu.”

“Oh?” Aku mundur dan masuk ke kursi belakang.

Hoshi menyetir berbelok-belok hingga akhirnya berhenti di sebuah warung kecil.

Dengan bangga, dia berkata pada Mishel, “Mishel, ini warung siomay kesukaanmu.”

Aku hanya bisa tersenyum pahit.

Ternyata semua ini demi siomay dan aku hanya sekalian diantar.

Mereka pergi cukup lama.

Mobil terasa hangat di musim dingin seperti ini.

Namun, oksigen semakin menipis di dalam ruang tertutup itu. Matahari terlihat semakin kecil, aku pun hampir pingsan.

Akhirnya, pintu mobil dibuka. Angin dingin menerpa wajahku dan aku langsung menarik napas dalam-dalam.

Di depanku, Hoshi baru saja duduk di kursinya, Mishel dengan semangat mengangkat siomay itu sambil berkata, “Ini siomay kesukaanku, untuk kakak.”

Sambil bicara, dia terus menggoyang-goyangkan dadanya yang menonjol dengan bangga.

Hoshi menggigit siomay itu, kuahnya langsung menetes. Dia tertawa dan berkata, “Banyak sekali kuahnya.”

Saat mobil masuk ke parkiran bawah tanah lantai tiga, mereka langsung masuk ke lift dengan kartu akses.

Hoshi menatapku dengan dingin dan berkata, “Kamu jangan ikut naik, biar nggak dibicarakan orang kantor.”

Usai dia bicara, pintu lift pun menutup di hadapanku.

Kartu aksesku hanya bisa sampai lantai 99, padahal meja kerjaku ada di lantai 100, tepat di sebelah ruangan Hoshi.

Dulu, aku pernah memohon-mohon agar diberi akses. Tapi, dia hanya menjawab, “Akses lantai 100 nggak dibuka untuk orang luar.”

Namun, begitu cinta pertamanya kembali dari luar negeri, dia langsung membawanya ke kantor dan bahkan menempatkan meja kerjanya persis di sebelah ruangannya.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status