Share

BAB 4

Author: Ziajung
last update Last Updated: 2024-07-12 20:29:12

Efek alkohol memang luar biasa. Belum ada 12 jam Layla meneguk minuman itu, ia sudah benar-benar melupakan masalahnya semalam.

Atau... tidak juga.

Karena faktanya, ia malah membuat masalah baru. Begitu membuka mata, Layla melihat langit-langit yang asing di depannya. Semua terasa sangat mewah, bahkan kasur yang ditempatinya terasa seperti tumpukan bulu.

Mata Layla terbelalak. “AKU DI MANA?!”

Ini bukan kamar kosnya, melainkan di sebuah kamar hotel mewah.

Ia berusaha untuk duduk dengan cepat, tapi rasa pening langsung menyerangnya. Ia menggeram, dan terpaksa merebahkan diri lagi. Di tengah kepanikan, Layla menengok ke arah tubuhnya yang terbalut selimut.

‘Oh... untung aja!’ pakaiannya masih utuh, bahkan blazernya masih dipakai.

Layla kembali mencoba bangun dari kasur, kali ini perlahan. Tepat saat itu, rasa mual yang luar biasa terasa mengaduk perutnya.

“HUWEKKK!”

Layla langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya di kloset. Ini adalah hangover terparah yang pernah ia rasakan. Layla tidak pernah minum sampai mabuk seperti itu sebelumnya.

Setelah menguras hampir seluruh isi perutnya, dan mencuci mulut, Layla pun keluar dari kamar mandi. Ia terduduk di pinggir kasur, sampai akhirnya teringat sesuatu....

‘Orang gila mana yang mengantarku ke kamar hotel mewah ini?!’

Layla pun celingukan, mencari tanda-tanda orang yang membawanya ke sini. Tidak seperti di novel, Layla tidak menemukan siapa pun di kamar mandi tadi. Tidak juga ada sarapan yang tersaji di meja, atau tiba-tiba seorang pria muncul dengan handuk saja. Kamar ini kosong.

Pada saat itulah matanya menangkap sebuah memo berlogo hotel itu di atas nakas sebelah kasur. Ada tulisan di atas memo itu.

-Jika sudah bangun, hubungi saya.-

Ps.

-Jangan memikirkan hal aneh! Saya tidak punya hobi menganggu wanita mabuk.-

Sebuah kartu nama juga tergeletak di sana.

“Aldimas Noah Mandrawoto, Wakil Direktur MD Group,” Layla mengeja, dan sedetik kemudian matanya membulat.

“Ini kan si direktur sombong itu!” pekik Layla kemudian.

Tepat saat itu, kilasan memorinya tentang tadi malam melintas di kepalanya. Ketika dia dalam keadaan mabuk berat, Layla merasa ada seorang pria berkacamata dan memakai jas hitam berada di dekatnya. Suaranya terdengar ketus dan dingin di tengah hiruk-pikuk bar.

Layla terlalu pusing sampai akhirnya menjatuhkan diri ke dada bidang pria itu. Dan, ya... pria itu memang Aldimas.

“Sialan!” Layla mengumpat sambil memukuli kepalanya sendiri. “Kenapa aku mau dibawa ke hotel sama pria aneh itu! Dan—“

Layla kembali melihat catatan yang ditinggalkan Aldimas. “Jangan memikirkan hal aneh katanya?! Gimana aku gak berpikir aneh, dia sendiri aja udah aneh!”

Sepertinya, walaupun Layla sudah memuntahkan hampir seluruh isi perutnya, efek alkohol itu masih tersisa. Ia mengoceh sendiri, mengomel, sampai akhirnya kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

“Untung aja ini hari Sabtu...,” gumamnya sambil melihat ke langit-langit.

Layla tidak bisa membayangkan jika ini masih hari kerja. Ia harus berjuang dengan hangover ini di sekolah, menghadapi para bocah yang selalu ingin tahu, belum lagi para orang tua yang repot.

Layla baru saja ingin merasakan kemewahan kamar ini sedikit lagi ketika mendengar dering familiar dari ponselnya. Ia setengah bangun, mencari ponsel itu di kasur, tapi tidak ada. Ternyata ponsel itu ada di sofa, bersamaan dengan tas kerjanya

Nenek is calling...

Layla menegang beberapa saat, lalu berdeham. Ia tidak boleh terdengar hangover sekarang.

“Kamu lupa jalan pulang, ya?” sang Nenek langsung menyemburnya sebelum Layla mengucapkan apa pun.

“Nek—“

Nenek Salma kembali memotongnya. “Rumah keluargamu itu cuma berjarak 3 jam dari kosan kamu!”

Layla menghela napas. Nenek Salma adalah yang paling menentang ketika Layla bilang ingin pindah ke kost. Setiap menelepon, dia pasti menyuruh Layla pulang.

Layla memang cucu perempuan pertama, tapi bukan berarti dirinya yang paling perhatian kepada Nenek Salma. Ada sepupu-sepupunya yang lain, yang jauh lebih memanjakan neneknya. Namun entah kenapa, Nenek Salma paling hobi mengganggu hidupnya.

“Aku sibuk, Nek,” jawab Layla akhirnya.

“Sibuk, sibuk... sesibuk apa sih guru pre-school sampai gak sempat hubungi keluarga?” Neneknya kembali menyerocos. “Udah! Kalau sibuk terus, kamu resign aja dan bantu Nenek di—“

“Nek, Nenek tau kan kalau Layla gak suka digituin.” Kali ini, Layla yang memotong. Kalau neneknya sudah membahas itu, pasti tidak akan berhenti.

Terdengar helaan napas kasar dari seberang sana. “Ya udah, ya udah. Terus, kapan kamu mau kenalin pacar kamu itu ke keluarga?”

Neneknya ini memang hobi sekali membuat jantungnya terkena shock terapy. Setelah membuka percakapan dengan kalimat marah-marah, sekarang malah membahas pacar—maksudnya, mantan pacar.

Ugh! Mengingat Raikhal dan selingkuhannya itu, emosi Layla kembali bergejolak.

“Kita baru aja putus,” jawab Layla ketus.

“APA?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   Epilog

    Kaki Aldimas terus bergerak gelisah, sementara tangannya saling bertaut. Rumah keluarga Darmawan yang memang berada di luar kota, terasa lebih sejuk daripada rumah Aldimas. Namun tetap saja, itu tidak bisa menghentikan laju keringat dingin yang mulai membasahi punggungnya.Aldimas tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia gugup, tapi juga kesal. Bukan karena apa-apa, tapi karena pria yang duduk menyilangkan kaki di depannya, dan memandangnya dengan senyum menyebalkan.“Sayang,” Aldimas berbisik kepada Layla yang baru kembali setelah memanggil Nenek dari kamar. “Kok, Mike bisa ada di sini.”Layla meringis dengan wajah bersalah. “Mama yang nyuruh, kebetulan juga dia lagi balik ke Indo.”Aldimas pun hanya menghela napas. Awalnya, ia kira akan jauh lebih sulit menakhlukan sang nenek dibanding mamanya Layla. Namun, yang terjadi malah kebalikannya. Mama Layla jauh lebih protektif dan seolah tidak ingin Layla k

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 93

    Layla awalnya cukup terkejut sampai tidak bisa berbuat apa pun ketika Aldimas mendorongnya masuk. Namun, bibir Aldimas terasa begitu nyata di atas bibirnya. Layla terbuai dan mulai memejamkan mata, beriringan dengan air mata yang meleleh di pipinya.Rindu yang mereka tahan berbulan-bulan akhirnya meluap tak terbendung. Mereka hanya takut saling dibenci, takut saling menyakiti, hingga saling menahan diri. Ketika salah satunya berani mendobrak, maka tidak ada lagi yang bisa melarang mereka.Aldimas melepaskan ciumannya, lalu menyatukan dahi mereka. Napas keduanya memburu, tapi dada mereka terasa penuh. Ibu jari Aldimas mengusap pipi Layla yang basah. Melihat bibir wanita itu bergetar, Aldimas merasa kembali sesak.“Maaf...,” bisik Aldimas.Layla menggeleng. Lalu, tanpa diduga Aldimas, wanita itu langsung memeluknya. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher Aldimas, dan menenggelamkan isak tangisnya di dada

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 92

    “Kamu bisa lepas sepatunya sekarang, udah gak ada orang.”Wanita itu menoleh setelah Aldimas mengucapkan itu, membuat dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun sayangnya, lift hotel ini semua berupa kaca, membuat Aldimas tetap bisa melihat sosok itu walaupun sudah mengalihkan pandangan.Aldimas memang bukan pria yang baik. Ketika Layla meminta untuk diberikan waktu, ia tidak sesabar itu. Aldimas diam-diam selalu mengawasi wanitanya, menyewa beberapa orang, bahkan sampai membayar mahal Mike hanya untuk sebuah foto. Namun, Aldimas tetap tidak ingin mendekat sebelum Layla yang memutuskan. Ia hanya menunggu dengan cara pengecut seperti itu.Jadi, bukanlah kebetulan sepenuhnya. Aldimas sudah tahu kalau Layla akan kembali ke ibu kota untuk menghadiri pernikahan temannya. Aldimas sendiri juga tamu undangan dari pihak pria. Hanya saja, ucapan Layla tadi benar-benar di luar kendalinya.Anehnya lagi, Layla menjadi sangat penurut sekarang. Padahal Aldimas sudah membayangkan geru

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 91

    Resepsi pernikahan Poppy diadakan di sebuah ballroom utama hotel mewah. Layla tidak sempat mengikuti upacara pemberkatannya, jadi sebisa mungkin menghadiri resepsi dari awal. Poppy tampak cantik dengan wedding dress berwarna biru langit, dengan efek bunga sakura tiga dimensi.Wanita itu melambai kepada Layla ketika melewati karpet merah yang disediakan. Ia tampak terharu karena Layla bisa datang ke acara pernikahannya. Jujur saja, sampai kemarin pun Layla masih ragu haruskah ia kembali ke kota ini atau tidak. Poppy pun sempat mewanti-wantinya, dan tidak memaksa jika Layla memang tidak bisa. Namun pada akhirnya, Layla bisa memantapkan hati.Ia tidak menyesal datang ke sini. Melihat Poppy tersenyum bahagia, dan digandeng oleh seorang pria gagah terasa sangat mengharukan. Layla memang pernah menikah, tapi pasti rasanya berbeda dengan Poppy. Saat itu, acara pernikahan mereka hanya sebatas formalitas, dan senyum yang Layla tunjukkan hanyalah topeng.Setelah menyapa Poppy, Layla bergabung d

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 90

    Tujuh bulan kemudian.Breaking news! Farah Yulia ditetapkan sebagai tersangka!...setelah dua kali persidangan, Farah Yulia ditetapkan sebagai salah satu tersangka penggelapan dana MD Group dan penculikan cucu menantu Almarhum Hardian Mandrawoto. Dia ditetapkan bersama sekreatris Hardian Mandrawoto, Norman Gumelar....Layla menghela napas panjang begitu membaca sederet kalimat pada berita itu. Ia tidak menyangka kalau waktunya cukup singkat untuk bisa membongkar semuanya. Bagaimanapun, Layla tahu kalau Farah bukan orang sembarangan. Ia pasti akan melakukan apa saja agar lolos dari tuduhan itu.Namun ternyata, Aldimas sangat bekerja keras sampai bisa menyelesaikan semuanya kurang dari setahun. Kasus penggelapan dana di MD Group yang menjadi ‘kanker’ di perusahaan itu pun terselesaikan dengan baik. Baik

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 89

    Pesan Layla tidak Aldimas balas sampai pagi hari, tapi pria itu tetap datang ke rumah sakit sambil membawa barang-barang Layla. Aldimas sadar, ia tidak bisa terus menghindari Layla. Terakhir kali ia terus menghindar, semua berakhir buruk. Makanya, Aldimas tidak mau mengulangnya.Satu tangan Aldimas membawa tas besar berisi baju dan beberapa hal yang mungkin dibutuhkan Layla, sedangkan satunya lagi membawa kantung berisi bubur ayam depan kompleks. Setidaknya ia ingin menunjukkan sedikit perhatiannya kepada Layla dan mertuanya.Dari luar kamar ini, terdengar suara orang mengobrol di dalam kamar Layla. Aldimas juga samar-samar mendengar suara pria—mungkin Mike. Ia pun menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu ruang rawat itu.“Masuk,” suara mama Layla terdengar dari dalam.Mereka sama-sama menoleh ke arah Aldimas yang baru masuk. Seperti dugaannya, ada Mike juga di sana. Hanya pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status