Layla sama sekali tidak paham, kenapa pria yang menuduhnya sebagai simpanan kakek-kakek, tiba-tiba menawarkan pernikahan kontak? Terlebih, pria ini selalu datang seperti dewa penyelamat setiap kali Layla terkena musibah. Mulai dari ketika ia mabuk di bar, saat terkena gosip jelek di sekolah tempatnya bekerja, dan bahkan ketika Nenek terus memaksanya segera menikah. Akhirnya, Layla menerima kontrak pria itu, daripada harus dijodohkan dengan playboy, atau kembali kepada mantannya yang matre. Mereka akan menikah dan tinggal satu rumah, tapi ada 7 syarat yang harus mereka sepakati!
View MoreLayla benci siapa saja yang menahannya untuk berada di sekolah lebih lama. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, seharusnya ia sudah bersama sang kekasih, menonton film bersama di apartemennya.
Namun, dua orang pria berpakaian jas licin dan rambut ditata rapi, menghancurkan semua rencana Layla. Mereka datang tanpa janji, dan membuat Layla terpaksa menemuinya di ruang bimbingan murid ini.
“Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?” Layla bertanya dengan sopan sambil mengeluarkan senyum bisnisnya. Itu senyum yang selalu ia pakai ketika berhadapan dengan wali murid.
“Oh, Nona Layla Sarasvati?” seorang pria yang memakai jas abu-abu menyapa Layla lebih dulu, dan mengulurkan tangannya. “Perkenalkan, saya Diego Januerja, pengacara.”
Layla juga menerima kartu nama dari pria bernama Diego itu. Dahinya mengernyit, untuk apa seorang pengacara menemuinya? Apa dia salah satu wali murid di pre-school ini?
“Dan ini—“
“Berhenti basa-basi, dan langsung saja bicara intinya.” Seorang pria lain yang memakai jas hitam berbicara.
Tatapan pria itu jauh lebih dingin, meskipun terhalang kacamata berbingkai hitam. Rahangnya yang tegas tampak menegang, seolah sedang meredam emosi yang ditahannya di depan Layla.
Kenapa dia kelihatan marah sama aku? Layla berpikir dalam hati.
“Ada hubungan apa kamu dengan Opa?”
Layla mengerjap mendengar pertanyaan pria dingin itu. “Apa?”
“Ah, begini, Nona Layla—” Diego, si pengacara, mencoba untuk menengahi, tapi Layla sudah terlanjur tersulut emosi.
“Eh, Mas!” Layla balik menatap pria berjas hitam itu. “Sebenarnya kalian siapa? Datang-datang kok nuduh orang gak jelas? Lagian siapa opa Anda? Memangnya saya kenal?”
Layla semakin yakin kalau mereka bukan wali murid di sini. Tiga tahun pengalaman menjadi guru pre-school, Layla bisa tahu mana orang yang cocok dengan anak-anak, dan mana yang tidak. Dan dua pria ini—khususnya pria yang berjas hitam—bukan gambaran orang tua yang baik.
Pria berjas hitam itu mendengus. “Tidak usah berbohong. Saya sudah hafal tingkah wanita kayak kamu.”
Diego tampak panik dan berulang kali menyenggol lengan pria itu. “A-Al sabar kenapa—“
“Kayak saya?!” pekik Layla. “Memangnya saya kayak apa?!”
“O-oke, sebentar!” Diego kembali menengahi ketika Layla hampir saja membalik meja di hadapannya. “Maaf sebelumnya, Nona Layla. Biar saya yang menjelaskan, boleh?” Diego kembali berbicara sambil melirik pria di sebelahnya.
Pria itu hanya mendengus dan membuang wajahnya. Layla bersumpah, ia ingin sekali melempar sepatu ketsnya ke wajah pria itu.
“Ini Aldimas Noah Mandrawoto, pimpinan MD Group, dan klien saya,” Diego mulai menjelaskan.
Namun, Layla yang masih terbawa emosi, tidak terlalu memperhatikan ucapannya. Ia hanya menjawab ketus, “Terus?”
“Pak Aldimas ingin mendiskusikan sesuatu tentang surat wasiat yang ditulis Pak Hardian Mandrawoto dengan Anda—”
“Kamu simpanan Opa, ya kan?” Aldimas kembali memotong ucapan Diego dan menuduhnya.
“HAH?!” pekik Layla. “Ketemu aja belum, main asal tuduh!”
“Lantas, bisa kamu jelaskan kenapa nama kamu ada di surat wasiat?”
Semakin pria itu membuka mulut, semakin Layla tidak paham. Apa hubungan dirinya dengan wasiat keluarga Aldimas? Lagipula siapa Hardian Mandrawoto?
Satu-satunya yang Layla tahu, MD Group memang sebuah perusahaan besar yang bergerak di banyak sektor. Sektor hotel, resort, dan pariwisata adalah yang terbesar. Namun, hanya sebatas itu. Orang seperti Layla tidak mungkin mempunyai hubungan khusus dengan orang-orang kelas atas begitu.
Alis Layla naik semakin tinggi. “Mana saya tahu! Tanya aja sama opa Anda!”
“Sayangnya, kami tidak bisa melakukannya,” jawab Diego.
Layla mendengus, melipat tangannya di depan dada. “Kenapa?! Kalian terlalu gak becus buat bertanya?!”
“Pak Hardian masih koma di rumah sakit, sejak insiden serangan jantung minggu lalu.”
Layla bungkam. Wajah jengkelnya langsung berubah kaku. Untuk beberapa detik, atmosfer di ruangan bimbingan itu menjadi canggung.
Namun, bukan salahnya juga tidak tahu fakta itu. Sudah ia bilang beberapa kali kalau tidak ada urusan dengan MD Group, apalagi mengenal Hardian Mandrawoto secara personal.
Akhirnya, Layla pun berdiri dari kursinya dan kembali membawa tas yang sedari tadi tersimpan di atas meja.
“Biar saya luruskan di sini,” ucap Layla. “Saya sama sekali gak kenal sama Pak Hardian atau urusan apa pun sama MD Group. Jadi, untuk masalah wasiat itu, maaf sekali, saya gak bisa bantu.”
“Kalau begitu, saya permisi,” itu kalimat terakhir Layla sebelum melangkah menuju pintu, meninggalkan dua orang pria tampan itu menatapnya dengan helaan napas.
Layla tidak peduli, yang ia inginkan hanyalah pergi ke apartemen pacarnya dengan segera, sehingga mereka bisa melakukan kencan di rumah seperti yang direncanakan. Ia melangkah menuju halte bus, menunggu ojek online yang dipesannya sembari berusaha menghubungi Raikhal—kekasihnya.
“Kok gak diangkat?” Layla bergumam sambil melihat layar ponselnya.
Ia sudah mencoba mengirimkan pesan sampai telepon, tapi tidak ada balasan apa pun dari Raikhal. Akhirnya, ia putuskan saja untuk langsung ke apartemen pria itu. Lagipula, Raikhal yang bilang akan berbelanja, jadi Layla tidak perlu mempersiapkan apa pun.
Ia sudah ada di depan apartemen Raikhal, tapi pria itu belum juga membalas. Akhirnya, Layla memutuskan untuk membukanya langsung saja.
“Rai?”
Namun, bukan Raikhal yang menyambutnya dengan senyuman lebar, melainkan sepasang heels berwarna merah yang tergeletak sembarangan.
Kaki Aldimas terus bergerak gelisah, sementara tangannya saling bertaut. Rumah keluarga Darmawan yang memang berada di luar kota, terasa lebih sejuk daripada rumah Aldimas. Namun tetap saja, itu tidak bisa menghentikan laju keringat dingin yang mulai membasahi punggungnya.Aldimas tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia gugup, tapi juga kesal. Bukan karena apa-apa, tapi karena pria yang duduk menyilangkan kaki di depannya, dan memandangnya dengan senyum menyebalkan.“Sayang,” Aldimas berbisik kepada Layla yang baru kembali setelah memanggil Nenek dari kamar. “Kok, Mike bisa ada di sini.”Layla meringis dengan wajah bersalah. “Mama yang nyuruh, kebetulan juga dia lagi balik ke Indo.”Aldimas pun hanya menghela napas. Awalnya, ia kira akan jauh lebih sulit menakhlukan sang nenek dibanding mamanya Layla. Namun, yang terjadi malah kebalikannya. Mama Layla jauh lebih protektif dan seolah tidak ingin Layla k
Layla awalnya cukup terkejut sampai tidak bisa berbuat apa pun ketika Aldimas mendorongnya masuk. Namun, bibir Aldimas terasa begitu nyata di atas bibirnya. Layla terbuai dan mulai memejamkan mata, beriringan dengan air mata yang meleleh di pipinya.Rindu yang mereka tahan berbulan-bulan akhirnya meluap tak terbendung. Mereka hanya takut saling dibenci, takut saling menyakiti, hingga saling menahan diri. Ketika salah satunya berani mendobrak, maka tidak ada lagi yang bisa melarang mereka.Aldimas melepaskan ciumannya, lalu menyatukan dahi mereka. Napas keduanya memburu, tapi dada mereka terasa penuh. Ibu jari Aldimas mengusap pipi Layla yang basah. Melihat bibir wanita itu bergetar, Aldimas merasa kembali sesak.“Maaf...,” bisik Aldimas.Layla menggeleng. Lalu, tanpa diduga Aldimas, wanita itu langsung memeluknya. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher Aldimas, dan menenggelamkan isak tangisnya di dada
“Kamu bisa lepas sepatunya sekarang, udah gak ada orang.”Wanita itu menoleh setelah Aldimas mengucapkan itu, membuat dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun sayangnya, lift hotel ini semua berupa kaca, membuat Aldimas tetap bisa melihat sosok itu walaupun sudah mengalihkan pandangan.Aldimas memang bukan pria yang baik. Ketika Layla meminta untuk diberikan waktu, ia tidak sesabar itu. Aldimas diam-diam selalu mengawasi wanitanya, menyewa beberapa orang, bahkan sampai membayar mahal Mike hanya untuk sebuah foto. Namun, Aldimas tetap tidak ingin mendekat sebelum Layla yang memutuskan. Ia hanya menunggu dengan cara pengecut seperti itu.Jadi, bukanlah kebetulan sepenuhnya. Aldimas sudah tahu kalau Layla akan kembali ke ibu kota untuk menghadiri pernikahan temannya. Aldimas sendiri juga tamu undangan dari pihak pria. Hanya saja, ucapan Layla tadi benar-benar di luar kendalinya.Anehnya lagi, Layla menjadi sangat penurut sekarang. Padahal Aldimas sudah membayangkan geru
Resepsi pernikahan Poppy diadakan di sebuah ballroom utama hotel mewah. Layla tidak sempat mengikuti upacara pemberkatannya, jadi sebisa mungkin menghadiri resepsi dari awal. Poppy tampak cantik dengan wedding dress berwarna biru langit, dengan efek bunga sakura tiga dimensi.Wanita itu melambai kepada Layla ketika melewati karpet merah yang disediakan. Ia tampak terharu karena Layla bisa datang ke acara pernikahannya. Jujur saja, sampai kemarin pun Layla masih ragu haruskah ia kembali ke kota ini atau tidak. Poppy pun sempat mewanti-wantinya, dan tidak memaksa jika Layla memang tidak bisa. Namun pada akhirnya, Layla bisa memantapkan hati.Ia tidak menyesal datang ke sini. Melihat Poppy tersenyum bahagia, dan digandeng oleh seorang pria gagah terasa sangat mengharukan. Layla memang pernah menikah, tapi pasti rasanya berbeda dengan Poppy. Saat itu, acara pernikahan mereka hanya sebatas formalitas, dan senyum yang Layla tunjukkan hanyalah topeng.Setelah menyapa Poppy, Layla bergabung d
Tujuh bulan kemudian.Breaking news! Farah Yulia ditetapkan sebagai tersangka!...setelah dua kali persidangan, Farah Yulia ditetapkan sebagai salah satu tersangka penggelapan dana MD Group dan penculikan cucu menantu Almarhum Hardian Mandrawoto. Dia ditetapkan bersama sekreatris Hardian Mandrawoto, Norman Gumelar....Layla menghela napas panjang begitu membaca sederet kalimat pada berita itu. Ia tidak menyangka kalau waktunya cukup singkat untuk bisa membongkar semuanya. Bagaimanapun, Layla tahu kalau Farah bukan orang sembarangan. Ia pasti akan melakukan apa saja agar lolos dari tuduhan itu.Namun ternyata, Aldimas sangat bekerja keras sampai bisa menyelesaikan semuanya kurang dari setahun. Kasus penggelapan dana di MD Group yang menjadi ‘kanker’ di perusahaan itu pun terselesaikan dengan baik. Baik
Pesan Layla tidak Aldimas balas sampai pagi hari, tapi pria itu tetap datang ke rumah sakit sambil membawa barang-barang Layla. Aldimas sadar, ia tidak bisa terus menghindari Layla. Terakhir kali ia terus menghindar, semua berakhir buruk. Makanya, Aldimas tidak mau mengulangnya.Satu tangan Aldimas membawa tas besar berisi baju dan beberapa hal yang mungkin dibutuhkan Layla, sedangkan satunya lagi membawa kantung berisi bubur ayam depan kompleks. Setidaknya ia ingin menunjukkan sedikit perhatiannya kepada Layla dan mertuanya.Dari luar kamar ini, terdengar suara orang mengobrol di dalam kamar Layla. Aldimas juga samar-samar mendengar suara pria—mungkin Mike. Ia pun menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu ruang rawat itu.“Masuk,” suara mama Layla terdengar dari dalam.Mereka sama-sama menoleh ke arah Aldimas yang baru masuk. Seperti dugaannya, ada Mike juga di sana. Hanya pria
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments