Latifa terlihat sibuk memilih bahan-bahan masakan yang ia beli untuk disajikan saat party suaminya nanti malam.
“Nyonya, biar saya yang siapkan saja, lebih baik nyonya istirahat yah di kamar” Bujuk Ina karena melihat banyak sekali tumpukan bahan masakan yang harus diolah hari ini juga.“Tidak apa-apa Bi Ina, profesiku juga sebagai ibu rumah tangga disini, sedangkan kamu tau sendiri kan tugas ibu rumah tangga seperti apa?”Walaupun terdengar miris karena kenyataanya aku dijadikan pembantu oleh suamiku sendiri.Suara pilu yang berasal dari batin Latifa.“Tetap saja nyonya, nyonya di sini juga sebagai nyonya rumah ini, seharusnya nyonya tidak perlu melakukan pekerjaan rumah juga, hanya perlu mengawasi saya dan lainya saja sudah cukup nyonya!” ucap Ina bersih keras.“Tidak Ina, tugas kalian dan para pelayan lain itu untuk membantuku, bukan berarti semuanya harus kalian yang melakukan, aku sebagai ibu rumah tangga di sini juga perlu bekerja” ucap Latifa tak kalah bersih kerasnya.“Tapi nyo-”“Ada apa ini? kenapa pagi-pagi kalian sudah membuat rumah menjadi bising?” seru Candra yang baru sampai di meja makan karena berniat untuk sarapan sebelum pergi ke kantor.“Tu-tuan maaf kan saya” ucap Ina seraya menundukkan kepala.“Lagian apa yang diucapkan Latifa itu benar, daripada dia tidak melakukan apapun, lebih baik dia ikut mengerjakan tugas rumah juga kan? lagian tugas ibu rumah tangga juga kayak gitu”Kenapa Tuan terus menerus menyebut nyonya Latifa sebagai ibu rumah tangga? bukannya seharusnya nyonya di rumah ini? aku tau perseteruan mereka tidak pernah meredah walaupun sudah 7 tahun lebih, dan nyonya sendiri tidak pernah protes akan hal itu seolah-olah semuanya adalah tindakan yang wajar.sebenarnya apa yang mereka sembunyikan?Ucap Ina dalam hati sembari melihat kearah Latifa dan Candra secara bergantian.“Ayo bi, kalau tidak mau kena semburan api dosa, lebih baik kita segera menyiapkan sarapannya” bisik Latifa membuat Ina agak terkesiap karena kaget.“Ah baiklah nyonya!”***“Hai Latifa!” sapa Linda yang baru saja keluar dari kamar Candra.“Astagfirullah” latah Latifa seraya memegang dadanya karena terkejut.“Eh, sorry banget! kamu kaget yah?” ucap Linda dengan khawatir sembari mendekat kearah Latifa.“Kamu di sini?” tanya Latifa membuat Linda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Yah, aku mabuk lagi, mencari orang random, dan berakhir disini lagi, tapi serius aku tidak bermaksud untuk menargetkan suami mu Latifa” ucapnya sambil mengacungkan dua jari tanda jika dia tidak berbohong.Sebenarnya aku tidak sepeduli itu, tetapi, kenapa wanita ini sangat berantusias jika melihatku?Gumam Latifa dalam hati sembari menampakkan raut wajah heran.“Tidak apa-apa, terserah kamu saja” ujar Lalu berjalan melewati Linda, tetapi dengan sigap Linda menghalangi jalan Latifa seraya merentangkan kedua tangannya.“Sebentar Latifa!” Serunya dengan raut wajah agak setengah panik.Latifa mengerutkan dahi karena lagi-lagi merasa heran dengan tingkah laku LInda.“Ada apa Linda?” tanya Latifa setelah diam beberapa saat.“Anu, apa kamu jarang bermain ponsel?”“Apa maksudmu?” tanya Latifa karena tidak mengerti maksud dari pertanyaan Linda.“Kemarin kamu sama sekali tidak membalas pesan dariku, bahkan sepertinya pesan tersebut sama sekali tidak terkirim, apa kamu ngasih nomor yang salah kepadaku Latifa?”“Apa aku bisa melihat nomor yang aku kasih kemarin?”“Tentu saja!” Linda segera merogoh ponsel miliknya di saku celana, lalu memperlihatkan nomor yang Latifa kasih di ponselnya.“Oh iya, itu ada yang tertinggal satu angka” celetuk Latifa ketika mengetahui kesenjangan nomor teleponnya tersebut.“Pantas saja orang itu marah” lirih Linda dengan pelan namun dapat Latifa dengar walaupun samar.“Yah? ada apa Linda?”“Oh e-enggak kok, yaudah aku mau permisi dulu yah, tadi aku sudah dibantu sama pembantu di sini, bye Latifa” pamitnya setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Latifa yang masih bertanya-tanya.“Sepertinya aku harus berhati-hati dengannya” gumam Latifa seraya mengamati kepergian Linda yang semakin menjauh.***Latifa terlihat sibuk menyiapkan makanan hingga merapikan seluruh rumah karena yang bekerja hanya dia dan Ina saja, karena kebetulan pembantu lain sedang diliburkan oleh Candra, entah apa maksud dari tujuan Candra tersebut karena itu cukup merepotkan bagi Latifa.“Mama, Tiara mau susu” rengek Tiara seraya menari-narik celemek Latifa.“Sebentar ya nak, mama lagi mengiris bawang, bentar lagi juga selesai kok” ucap Latifa untuk menenangkan anaknya yang terus menerus merengek untuk dibuatkan susu.“Nyonya, biar saya saja, nyonya buatkan susu buat nona Tiara saja dulu” tawar Ina namun ditolak oleh Latifa.“Waktu kita hampir habis bi, lagian bi ina juga masih melakukan hal yang lain, nanti kalau ditunda-tunda kita yang akan kena marah sama mas Candra”“Tapi ma! Tiara mau susu..Huaaa!” Tiara akhirnya menangis setelah permintaannya yang ia harapkan dari tadi tidak kunjung diberikan oleh Latifa.“Latifa! kalau anak merengek secepatnya tolong kau urus lah! gimana sih kamu jadi ibu rumah tangga?!” Tegur Candra karena merasa kebisingan dengan tangisan Tiara.Tiara yang mendengar langsung terdiam, karena ia merasa takut dengan Candra yang terlihat marah di matanya.Latifa mengerjapkan kedua matanya lalu mengelus kepala Tiara.“Yaudah mama bikinin dulu yah, kamu tunggu di kamar dulu yah?” ucap Latifa dengan pelan, namun Tiara menggelengkan kepalanya, karena kebetulan kamarnya terletak di lantai 2 yang artinya harus melewati Candra terlebih dahulu.Namun seakan Candra mengerti, ia lantas berjalan keluar rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.Latifa dan Tiara hanya memandangi kepergian Candra lalu kembali saling menatap satu sama lain.“Sekarang Tiara mau kan ke kamar dulu?”“Iya ma, jangan lupa susunya Tiara yah!” peringat Tiara, lalu gadis kecil tersebut berlari ke arah kamarnya berada.“Nyonya-”“Biarkan saja bi, bi Ina kan sudah terbiasa dengan ini kan?” ucap Latifa ketika Ina terus menerus menatap iba kepadanya.Entah sampai kapan aku harus mendapatkan perlakuan seperti ini dari suamiku sendiri, Ya Allah tolong kuatkan lah hamba.Lirih Latifa dalam hati sembari meneteskan air mata yang langsung ia cekal dengan lengannya.***Latifa dan Ina cepat-cepat untuk menyajikan berbagai macam menu makanan di meja panjang yang telah disiapkan di ruangan khusus untuk party.Mereka berdua melakukannya secara tergesah-gesah karena waktunya sudah sangat mepet dari jam party di mulai.“Eh kalian sudah datang?” sapa Candra kepada teman-temannya yang baru sampai.“Wah menu nya banyak sekali yah, aku jadi gak sabar ingin mencicipi semua makanan”“Kalau aku, ingin segera menegak macam-macam alkohol yang disediakan”“Sedangkan aku, ingin mencicipi wanita-wanita yang kau janjikan Candra”Kira-kira itulah yang Latifa dengar dari suara bising teman-teman Candra.Astagfirullah! sebenarnya party apa yang sedang suamiku adakan?Ucap Latifa dalam hati seraya sibuk menata makanan yang ia siapkan di atas meja.“Mama!” teriak Tiara yang langsung berlari dan memeluk Latifa yang masih sibuk.“Eh Tiara kenapa kamu kesini? kan mama sudah bilang jika kamu tunggu di kamar saja, nanti mama kasih makanan yang enak” ucap Latifa seraya menundukkan tubuhnya.“Gak mau! Tiara taku di kamar sendiri!”Candra menaruh telapak tangannya di dahi, seolah-olah bilang “kenapa harus ngebuat drama disini sih?!”“Itu istrimu Can?” tanya salah satu wanita yang dari tadi menempel dengan Candra.“Kamu kekurangan pembantu kah? sehingga istrimu sendiri yang kamu tugaskan untuk menyiapkan semuanya” sahut salah satu teman laki-laki Candra.“Tidak, semuanya tidak benar, dia hanya pembantuku!”Latifa merasa pilu setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Candra, bahkan ketika Latifa menatap Candra, pria itu langsung mengalihkan pandangannya.“Lantas dimana istrimu Candra?” tanya wanita tersebut lagi dengan nada manja.“Aku, belum memiliki istri” Latifa memejamkan kedua matanya karena merasa perih, yang mana air matanya langsung menetes membasahi pipinya.Sekalipun pengakuan, apakah hal itu sama sekali tidak pantas aku dapatkan?Cetus Latifa dalam hati.“Hei! apa kalian sudah selesai? kalau sudah keluarlah! biar party ini bisa segera dimulai” Sahut salah satu teman laki-laki Candra.Latifa maupun Ina segera keluar dari ruangan tersebut dengan tergesa-gesah, begitu Latifa, Ina serta Tiara keluar, terdengar samar-samar suara riuh yang pertanda party telah di mulai.“Bi Ina, tidurlah, kau pasti kelelahan karena telah menyiapkan semuanya” pintah Latifa, ina tidak mampu berkata apa-apa ia hanya menganggukan kepalanya.Latifa pergi sembari menggendong Tiara menuju ke kamarnya, namu
Erlando yang menyadari keberadaan Latifa lantas langsung berdiri dari tempat duduknya, sembari menatap lekat Latifa. Latifa dengan perlahan mendekati Erlando dengan raut wajah yang datar. Buru-buru Erlando menyingkir lalu memberikan tempat duduk kepada Latifa. “Silahkan duduk” ucapnya mempersilahkan. Latifa hanya melihat saja namun enggan untuk duduk di tempat duduk tersebut. “Tidak perlu” ucap Latifa dengan ketus. Erlando hanya tersenyum memaklumi, dari awal ia yang patut dipersalahkan karena dengan tiba-tiba menghilang tanpa mengabari Latifa terlebih dahulu. “Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Latifa dengan sinis. “Karena hanya ini yang dapat membuat ku bertemu denganmu Latifa, apa kamu tidak merindukanku?” Latifa berdecih ketika mendengar perkataan Erlando, setelah itu ia menatap pria tersebut dengan tajam. “Merindukanku? apa kau tidak ingat? kau yang meninggalkan ku waktu itu, apa kau tidak tau… bagaimana menderitanya aku setelah kau tinggal!” sentak Latifa tanpa sad
“Ma, apa kita harus jalan kaki ya sampai ke jalan raya?” tanya Tiara ketika tengah berjalan kaki bersama Latifa dari rumahnya menuju jalan raya. “Iya sayang, anggap saja lagi olahraga yah, semangat!” ucap Latifa sembari mengepalkan satu tangan dan menunjukkannya kepada Tiara. “Iya! Semangat!” balas Tiara seraya mempraktikkan apa yang ibunya lakukan. Setelah itu mereka berdua melanjutkan untuk berjalan beriringan menuju jalan raya berada. Sekitar 10 menit akhirnya mereka sampai. “Untung kita berangkat lebih pagi yah, kalau tidak, pasti kita akan terlambat” ucap Latifa yang diangguki oleh Tiara. “Setelah ini kita mau kemana Ma?” tanya Tiara dengan penasaran. “Kita menunggu angkutan umum yah di sini, pasti sebentar lagi akan sampai” jawab Latifa sembari mengelus rambut Tiara dengan lembut. “Apa mereka akan menghampiri kita?” tanya Tiara lagi. “Pasti, karena supir angkutan umum dan supir-supir lainya itu mencari penumpang, mereka akan berhenti jika kapasitas yang ada di dalam kend
“Bagaimana usahamu waktu itu Tuan? Apakah ada kemajuan?” tanya Linda kepada Erlando. “Dia masih sama, tadi dia bisa mau ikut aku antar karena bujuk rayu dari Tiara” ucapnya lesu sembari bersandar di meja. “Begitukah?” tanya Linda memastikan sembari duduk di meja Erlando. “Tingkahmu Linda!” peringat tajam dari Erlando membuat Linda buru-buru meminta maaf lalu duduk dengan benar di kursi depan meja Erlando. “Apa kau… sudah menyuruh pria tidak berguna itu untuk mempekerjakan para pelayan yang telah ku siapkan?” “Tentu saja sudah Tuan, dia langsung menurut walaupun aku harus melakukan ewh… bersama dia” ucap Linda sembari bergidik karena merasa jijik. “Kalau kamu tidak kuat untuk melakukan hal itu, jangan dipaksa Linda, kita bisa melakukan cara lain”“Oh ayolah Tuan! Aku sudah melakukan hal ini sebelum bekerja bersama dengan Tuan, Tua yang mengangkat derajatku dengan menjadikan ku asisten di perusahaan ini, dan ini lah saatnya aku membalas budi”“Tapi-”“Sudahlah, orang tidak berguna
Latifa mengamati isi dari kotak tersebut secara detail. “Ini seperti barang-barang untuk anak kecil” gumam Latifa. Isi dari kotak tersebut terdapat sebuah peralatan Tuan putri untuk anak-anak, seperti gaun, mahkota, make-up mainan serta buku dongeng princess. Dan seluruh barang tersebut berwarna ungu, yang merupakan warna kesukaan Tiara. “Mama! Tadi Tiara cari-cari tau!” gerutu Tiara sembari melipat kedua tangannya di dada. Namun raut wajahnya berubah ketika melihat apa yang dibawa Latifa. “Mama… itu apa?” tanya Tiara sembari menunjuk barang yang ada di pangkuan Latifa. “Oh ini-”“Apa itu untuk Tiara!” sela Tiara dengan girang sebelum Latifa menyelesaikan omongannya. Tiara segera mengambil alih barang-barang itu dari tangan Latifa lalu mengamatinya satu persatu dengan mata yang berbinar. “Warna ungu kesukaan Tiara!” serunya sembari memakai mahkota di kepalanya. ‘Sebenarnya siapa yang memberikan ini semua? Dan… bagaimana bisa tau jika Tiara menyukai warna ungu?’Batin Latifa
Latifa memijat dahinya seraya menundukkan kepalanya karena merasa agak pusing. ‘Ini tidak bisa dibiarkan!’Seru Latifa dalam hati. “Maaf pak, ini atas nama siapa yah yang beli?”“Pembeli tidak mengizinkan kami untuk mengungkapkan identitasnya Nyonya, sebaiknya anda tanda tangani saja berkas ini” ucap Staff dealer tersebut kepada Latifa. “Apa anda tidak salah alamat?” tanya Latifa kembali untuk memastikannya. “Tidak Nyonya, ini benar-benar sesuai dengan alamat anda”“Sepertinya saya tidak bisa menerimanya pak, bisa anda kembalikan saja kepada pengirimnya?” “Tapi-”“Latifa… Sebaiknya kamu menerimanya saja, kemungkinan besar ini adalah pemberian dari seseorang yang menganggapmu berharga, apa kamu tidak merasa kasihan jika seseorang tadi sudah berniat yang terbaik buatmu, kamu malah menolaknya secara cuma-cuma?” sela Linda dengan cepat. ‘Semoga saja dengan begini dia akan luluh, karena bagaimanapun, tugas Tuan Erlando kepadaku adalah memastikan jika Nona Latifa mau menerima pemberia
‘Apa-apaan ini? Apa yah sebenarnya yang dia lakukan?!’Batin Latifa bertanya-tanya ketika melihat apa yang telah Erlando lakukan. “Erlando! Apa maksudmu?” tanya Latifa dengan menatap Erlando dengan tatapan yang tajam. “Maksud ku? Aku cuma mau menyambutmu saja, memangnya tidak boleh?” tanya balik Erlando membuat Latifa kesal. “Aku hanya ingin mengembalikan ini darimu, jujur aku tidak membutuhkan ini Erlando” ucap Latifa lalu segera mendekati meja Erlando dan menyerahkan berkas serta kunci mobil. Erlando hanya melihat apa yang diserahkan untuknya tersebut dari Latifa dengan tersenyum. “Apa kamu tidak mengingatnya Latifa?” tanya Erlando tiba-tiba membuat Latifa mengernyitkan dahi. ‘Apa maksudnya?’ Ucap Latifa dalam hati. “Mengingat apa?” tanya Latifa kemudian setelah ia merasa keheranan.Erlando tanpa berkata-kata meraih ponselnya lalu memperlihatkan isi chat antara dirinya dengan Latifa mengenai perjanjian yang sudah ditetapkan.“Apa kau tidak ingat dengan ini?” tanya balik Erl
Pada akhirnya Erlando memesan satu paket chicken crispy untuk Tiara melewati aplikasi delivery food. Yang tidak sampai tiga menit sampai karena Erlando memakai jasa pengantaran prioritas dan juga lokasinya tidak jauh dari sekolah Tiara. “Enak yah?” tanya Erlando ketika melihat Tiara memakan makannya dengan lahap. Tiara memberi respon dengan memberi jempolnya kepada Erlando tanda jika makanan tersebut enak baginya. ‘Apa aku harus pelan-pelan menanyakan terkait kehidupannya saat di sekolah?’‘Aku takut jika anak ini menyembunyikan sesuatu yang Latifa sendiri tidak mengetahuinya’Ucap Erlando dalam hati sembari menatap cemas kearah Tiara. “Nak, apa kamu punya teman?” tanya Erlando kepada Tiara. Tiara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Tentu punya Om! Dalam satu kelas ada dua puluh orang, jadi pasti Tiara punya teman dong! Beda lagi kalau dalam kelas Tiara gak ada orang sama sekali” jelasnya lalu kembali menyantap makanannya. “Bu-bukan itu Tiara, maksud Om-”“Ssst! Om, Tiar