"Seharusnya kau bersyukur, aku sudah menerimamu walaupun kau hamil dengan pria lain!" ~ Candra "Aku sudah melakukan apapun yang kau inginkan, lantas mengapa sekalipun kamu tidak pernah menghargaiku? " ~ Latifa "Jika kau tak mampu untuk menerima kekurangan Latifa, ceraikanlah! Aku akan menggantikanmu untuk menjadi Suami sekaligus Ayah dari anak Latifa!" ~ Erlando
View More“Ini alamatnya udah bener kan Bu?” tanya Herman kepada Istrinya sembari menatap ruman Candra dari luar. “Sepertinya iya Pak, kita tanya Satpam saja yah” saran Haidah yang diangguki oleh Herman. “Permisi Pak, saya mau tanya, apakah ini rumah dari Candra?” tanya Haidah kepada satpam yang kebetulan sedang berada di luar gerbang.“Iya Bu, ada perlu apa yah kemari?” tanya Satpam tersebut dengan sopan. “Kami berdua mertuanya Candra Pak, apakah kami bisa masuk?” tanya Haidah kembali. “Oh begitu yah Bu, silahkan Bu, kebetulan Tuan Candra sedang di rumah” ucap Satpam tersebut sembari membukakan pintu gerbang kepada Herman dan Haidah. “Baik Pak terimakasih yah” ucap Haidah lalu masuk diikuti Herman dibelakangnya. Haidah dan Herman berjalan beriringan menuju rumah Candra. “Punya Suami yang kaya malah ditinggal, kayaknya Anakmu sedang memiliki gangguan jiwa Haidah” celetuk Herman membuat Hadiah langsung memukul Herman cukup keras. “Bicaranya Pak!” peringat Haidah. Herman hanya mendesis k
“Tuan, apakah anda memanggil saya?” ucap Linda yang baru saja sampai di dalam ruangan Erlando. “Ah iya, bisakah kamu mencarikan sekolah baru untuk Tiara?” tanya Erlando membuat Linda mengernyitkan dahi. “Sekolah baru untuk Tiara? Kenapa dengan sekolah lama Tiara Tuan?” tanya Linda dengan penasaran. “Tidak ada apa-apa mengenai sekolahnya Tiara, hanya saja, sekolah Tiara jaraknya sangat jauh dari mansionku”Linda semakin bingung dengan ucapan Erlando. “Maaf Pak, apa hubungannya rumah anda dengan sekolahnya Tiara yah?” tanya Linda kembali membuat Erlando mengingat jika Linda masih belum mengetahui terkait Latifa dan Tiara yang saat ini tengah tinggal di mansionnya. “Aku lupa jika kamu belum tau mengenai Tiara dan Latifa, jadi sekarang mereka berdua tinggal di mansionku” Rasa bingungnya bertambah, bahkan ia juga sangat terkejut ketika mendengar kabar tersebut. “Ba-bagaimana bisa Tuan?” “Ceritanya panjang, intinya Candra meninggalkan Latifa dan Tiara sendiri di tempat yang sepi, te
“Aku tidak bisa Ibu” jawab Latifa dengan tegas. “Apa! Kamu berani membantah Ibu! Kamu itu sudah untung masih diakui Anak sama Ibu dan Ayahmu! Kamu lihat di luar sana? Banyak orang yang hamil di luar nikah diusir dari rumah dan tidak diakui sebagai Anak lagi!” bentak Haidah membuat Latifa mencengkeram gamisnya dengan kuat, mencoba untuk menahan amarahnya. “Emang apa bedanya Ibu dan Ayah lakukan padaku? Aku juga sudah dibuang oleh kalian bukan? Dengan menikahkan ku dengan kondisi hamil! Apa bedanya dengan mereka yang dibuang oleh orang tuanya Bu? Aku juga sama, kalian membuangku dengan menikahkan aku bersama orang yang salah dan seterusnya tidak ingin tau kabarku seperti apa, cucu kalian juga kalian tidak tau kan rupanya seperti apa sekarang?” jelas Latifa menggebu-gebu kepada Ibunya. “Kamu-”“Sudah Bu, aku capek harus menuruti apa kata Ibu yang tidak pernah menghargaiku, jika memang aku salah aku minta maaf, Assalamualaikum” ucap Latifa lalu segera menatikan teleponnya karena merasa
Latifa memandangi kamarnya dengan seksama, ia terlihat tidak percaya dengan sekejap memiliki sebuah kamar indah dan mewah tersebut. Bahkan ini terlampau mewah baginya. “Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Erlando? Bagaimana bisa ia dengan cuma-cuma membiarkan aku dan anakku untuk tinggal di mansion sebagus ini? Apa dia memiliki maksud lain untuk itu?” gumam Latifa sembari memainkan jari jemarinya karena cemas. “Nyonya, anda itu baru saja pulih, jangan terlalu memikirkan sesuatu yang membuat Nyonya kembali drop” tegur Bi Ina yang tadinya sedang menepuk-nepuk pelan paha Tiara yang sedang tertidur. “Lagian Nyonya, saya mohon maaf karena terlalu ikut campur mengenai kehidupan Nyonya, tapi Nyonya, Tuan Erlando itu benar-benar sangat mencintai Nyonya dengan tulus tanpa mengharapkan sesuatu yang lainnya, Tuan Erlando memiliki cinta yang murni untuk Nyonya” lanjut Bi Ina menjelaskan terkait apa yang membuat Latifa kepikiran. “Tapi Bi Ina, di dunia ini kebanyakan orang tidak akan melakuka
Tiara, Bi Ina serta Latifa yang di dorong kursi roda oleh Erlando dengan perlahan memasuki sebuah gedung mewah yang diyakini adalah rumah milik Erlando. Tepatnya sebuah mansion mewah yang Erlando bangun semasa ia masih merintis untuk menjadi seorang CEO tempo lalu. Tiara menatap kagum keseluruhan ruangan ketika ia sudah berada di dalam mansion tersebut. “Wah! Ini rumahnya Om Erlando yah?” ucap Tiara sembari mengeluarkan binaran cerah pada kedua bola mata kecil nya. “Menurutmu?” tanya balik Erlando seraya menaik turunkan kedua alisnya. “Bagus banget Om! Kalau begini, aku tidak akan mau pergi dari sini!” girang Tiara sembari meloncat-loncat. “Tiara! Gak boleh loncat-loncat begitu nak!” tegur Latifa membuat Tiara berhenti melakukan tindakan-tindakan kekanakannya. “Tidak apa-apa Latifa, namanya juga anak kecil, lagian ini kan mau jadi rumahnya juga” bela Erlando membuat Latifa mengernyitkan dahi. “Rumahnya? Kita kan cuma numpang kamu Erlando” bantah Latifa membuat Erlando terkekeh
“Astagfirullah!” ucap Latifa dan Bi Ina secara barengan karena terkejut, tiba-tiba pintu kamar inap Latifa terbuka dengan paksa. “Sepertinya ini!” seru seseorang tidak dikenal sembari menunjuk ke arah Latifa.“Nyonya” ucap Bi Ina sembari segera melindungi Latifa. “Iya sepertinya dia, kita harus laporan sama Tuan Candra!” ucap seseorang lainya lalu segera menelpon Candra. “Candra? Bi Ina, sepertinya mereka suruhan dari Candra Bi” ucap Latifa dengan panik. “Tenang Nyonya, semuanya akan baik-baik saja, saya akan segera telepon Tuan Erlando” ucap Bi Ina yang segera meraih teleponnya untuk menghubungi Erlando. “Berhenti!” cegah salah satu seorang lelaki yang kini dengan segera meraih ponsel yang Bi Ina bawa. “Jangan ada yang berani-berani mengangkat telepon di sini!” peringat seseorang tersebut membuat Bi Ina hanya bisa menganggukkan kepalanya. Sedangkan Tiara yang dari tadi sudah menekuk kakinya dan menyembunyikan wajah di sela kaki tersebut karena merasa takut. “Nyonya, kita haru
“Mama!” sapa Tiara dengan riang ketika masih memunculkan setengah badannya di pintu. “Eh Tiara, kok kamu ke sini Nak?” tanya Latifa sembari memposisikan dirinya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. “Soalnya Tiara sudah sembuh! Dan katanya suster tadi Tiara sudah bisa pulang!” girangnya sembari meloncat-loncat di samping ranjang Latifa. “Nona Tiara! Jangan loncat-loncat, gak baik loh, baru saja sembuh” tegur Bi Ina sembari mengangkat tubuh Tiara lalu mendudukkan Tiara di sofa yang di sediakan di kamar inap Latifa, karena bagaimanapun kamar Latifa merupakan kamar inap Vip. “Apasih Bi Ina! Kan aku sudah sembuh!” protes Tiara sembari mencebikan bibirnya, dan juga melipat kedua tangannya di dada. “Tiara! Gak boleh gitu sama Bi Ina, masa kamu kayak gitu sama yang lebih tua” tegur Latifa membuat Tiara meringis merasa bersalah lalu meminta maaf kepada Bi Ina. “Maaf ya Bi, Tiara gak bermaksud untuk membentak Bi Ina, Tiara cuma merasa gak suka kalau masih dianggap sakit” ucap Tiara de
“Aku tidak butuh apapun Latifa, aku hanya butuh kamu dan Tiara di sampingku” ucap Erlando saat baru saja memasuki kamar inap Latifa sembari membawa sebuket bunga di tangannya. “Erlando?” ucap Latifa sembari menatap Erlando dengan kebingungan. Latifa kemudian berusaha untuk bangkit dari ranjangnya, buru-buru Erlando mencegah Latifa agar tetap berbaring. “Udah-udah, kamu ini belum pulih, jangan main bangkit dari ranjang saja” tegur Erlando sembari mencegah Latifa bangkit. “Tidak sopan, kalau hanya aku saja yang tiduran Erlando” protes Latifa namun Erlando segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Harus nurut dong Nyonya, masa kalah sama anak sendiri yang gampang aturannya” omel Erlando membuat Latifa menggerutu. “Kalau di omeli itu di dengerin, bukannya malah menggerutu” tegur Erlando membuat Latifa mengantupkan mulutnya. ‘Kenapa dia jadi banyak bicara begini sih? Aku kan hanya melakukan apa yang aku inginkan, bagaimana bisa dia yang semula cuek-cuek saja menjadi lebih peka s
Candra pulang-pulang membanting apapun yang ia temui di rumah, isi kepalanya rasanya semakin menumpuk dan bisa saja sebentar lagi pecah. “Argghhh! Sialan!” umpat Candra setelah puas membanting beberapa barang yang ada di ruang tamu. “Astagfirullah! Candra! Apa yang kau lakukan Nak?!” teriak Romlah ketika melihat kondisi Anaknya yang sudah tidak karuan. “Ini bukan urusan Ibu!” bentak Candra sembari terus meraung-raung tidak jelas. “Ada apa ini Nak? Dan di mana Latifa?” tanya Romlah dengan nada yang agak pelan agar emosi Candra tidak semakin meluap. “Aku tidak tau Ibu! Katanya dia kecelakaan bersama dengan Tiara, tapi aku tidak tau dia di rawat di rumah sakit mana, ada seseorang yang menelpon dan melarangku untuk datang menemui Istri dan Anakku sendiri!” jelas Candra. Romlah dengan spontan menutup mulutnya menggunakan tangan, ia tidak menyangka jika menantu dan cucunya mengalami kecelakaan. ‘Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?’ Ucap Romlah dalam hati. “Lantas siapa yang melarangmu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.