Latifa merasa pilu setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Candra, bahkan ketika Latifa menatap Candra, pria itu langsung mengalihkan pandangannya.
“Lantas dimana istrimu Candra?” tanya wanita tersebut lagi dengan nada manja.“Aku, belum memiliki istri”Latifa memejamkan kedua matanya karena merasa perih, yang mana air matanya langsung menetes membasahi pipinya.Sekalipun pengakuan, apakah hal itu sama sekali tidak pantas aku dapatkan?Cetus Latifa dalam hati.“Hei! apa kalian sudah selesai? kalau sudah keluarlah! biar party ini bisa segera dimulai” Sahut salah satu teman laki-laki Candra.Latifa maupun Ina segera keluar dari ruangan tersebut dengan tergesa-gesah, begitu Latifa, Ina serta Tiara keluar, terdengar samar-samar suara riuh yang pertanda party telah di mulai.“Bi Ina, tidurlah, kau pasti kelelahan karena telah menyiapkan semuanya” pintah Latifa, ina tidak mampu berkata apa-apa ia hanya menganggukan kepalanya.Latifa pergi sembari menggendong Tiara menuju ke kamarnya, namun Ina masih tetap berdiam diri disana sembari menatap nanar kepergian Latifa.“Nyonya, semoga nyonya segera menemukan kebahagiaan, dan segera terlepas dari apa yang membuat nyonya menderita.***“Kali ini saya sudah mendapatkannya Tuan, anda tidak perlu khawatir” Ucap Linda seraya menyerahkan sebuah ponsel kepada seorang laki-laki yang berada di hadapannya saat ini.“Semoga kau tidak mengecewakanku kali ini Linda” ucap seseorang tersebut dengan penekanan di setiap katanya.“Saya dapat memastikannya tuan Erlando, karena nona Latifa sendiri yang mengetik nomor ponselnya” tegas Linda.Erlando tersenyum miring.“Baiklah, bonusmu akan cair jika terbukti nomor ponsel Latifa dapat dihubungi”“Tapi saya juga berhasil mendapatkan data-data mengenai anak nona Latifa juga tuan” celetuk Linda membuat Erlando memicingkan sebelah alisnya.“Berikan kepadaku” pintah Erlando namun Linda tetap tidak bergeming.Namun setelah beberapa saat Erlando akhirnya paham maksud dari Linda, ia segera melempar cek kosong kepada Linda sebagai imbalannya.“Apa ini cukup?” tanya Erlando kepada Linda“Iya tuan” Jawab Linda seraya mengambil cek kosong tersebut dengan berbinar.Setelah itu ia menaruh berkas yang dimaksud.“Pergilah, sisanya aku akan mengirimnya setelah terbukti nomor ini bisa dihubungi”“Baik tuan” setelah itu Linda pergi dari ruangan Erlando dengan sedikit tergesah-gesah karena tidak sabar untuk shopping sepuasnya.Erlando meraih berkas tersebut, ia mulai menelaah berkas itu dengan teliti, isi berkas tersebut tidak lain adalah seputar informasi tentang Tiara.“Ini saatnya aku mulai bergerak” ucap Erlando seraya tersenyum tipis.***“Mama kemana yah? teman-teman aku sudah mulai pulang semua, tumben kok belum menjemput aku” keluh Tiara sembari mondar mandir di depan sekolah.“Tiara, mending kamu nunggu mama kamu di dalam sama ibu aja yah, kalau di sini nanti kamu bisa capek” tawar salah satu guru kepada Tiara“Gak mau bu guru, biar Tiara disini saja, nanti takutnya pas Tiara masuk, mama bakalan nyariin” kekehnya sembari melipat kedua tangannya di dada.“Tapi nanti-”“Permisi, bisa saya bawa Tiara bu? saya teman dari ibunya, kebetulan tadi ibunya nitip ke saya” ucap seseorang laki-laki yang baru keluar dari mobil, sedari terparkir di dekat sekolahan tersebut cukup lama.“Oh begitu yah?mangkanya biasanya mamanya cepet menjemputnya ternyata dititipkan toh, baik pak silahkan, hati-hati di jalan” ucap guru tersebut.Seseorang itu dengan segera menggendong Tiara memasuki mobilnya.“Om temannya mama?” tanya Latifa sembari berkedip dengan pelan.“Iya Tiara yang cantik, teman spesial dari mama kamu, saking spesialnya kamu bisa mirip sama om”***“Para pembantu masih belum datang bi Ina?” tanya Latifa di tengah aktivitas mereka.“Belum nyonya, sepertinya mereka masih diberikan jatah sama tuan”Kenapa dia melakukan semua itu? apa tidak cukup memberikanku penghinaan di hadapan teman-temannya, kenapa dia senang sekali membuatku kesusahan?!Keluh Latifa dalam hati, kemudian ia perlahan memejamkan matanya lalu menghembuskan secara perlahan nafasnya.Jangan seperti itu Latifa, untung-untung kamu diterima sebagai istri di rumah ini, bahkan anakmu diakui olehnya bahkan disekolahkan ke sekolahan elite yang ada di kota ini, mungkin dia melakukan ini juga karena aku harus membayar jasanya.Walau bagaimanapun, segalanya tidak ada yang gratis.Runtuknya dalam hati seraya menghilaukan pikirannya yang negatif.“Nyonya, apa nyonya tidak menjemput nona Tiara? ini sudah waktunya nona Tiara pulang” tegur Ina membuat latifa terkesiap.Ia buru-buru melihat ke arah jam yang menampak-kan pukul 10.20 yang artinya latifa terlambat 20 menit, ini terjadi karena ia seharian membereskan rumah yang berantakan akibat ulah teman-teman Candra.“Yaudah bi, saya jemput Tiara dulu yah!” seru Latifa lalu segera pergi untuk menjemput Tiara.***“Maaf bu, Tiara tadi sudah pulang duluan”Latifa terkejut bukan main, padahal ia sendiri baru sampai di sekolah Tiara, lantas siapa yang menjemput Tiara sebelum dirinya.“Pulang duluan bu? saya saja baru sampai, bagaimana anak itu pulang? apa dia ikut salah satu temannya?”Guru tersebut terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Latifa.“Bukannya tadi yang menjemput anak ibu itu, teman ibu Latifa sendiri?”Latifa semakin terkejut setelah mendengar perkataan dari guru itu.“Lantas ibu langsung menyerahkan anak saya kepada orang itu? apa ada jaminan jika orang itu teman saya bu? apa dia meninggalkan sesuatu?”“Yang saya tahu, dia memakai setelan jas hitam dan mobil berwarna kuning, setelah itu tidak ada lagi bu maafkan saya”Ucap guru tersebut sembari tertunduk, kepala Latifa seolah-olah ingin pecah, karena saat ini anaknya dibawa oleh seseorang, entah siapa.“Saya akan tuntut ibu, jika anak saya kenapa-kenapa!” ancam Latifa lalu segera memasuki mobil, bertujuan memutari kota, karena mungkin saja ia akan menemukan sebuah petunjuk.TRINGSuara notifikasi ponsel Latifa menggema, Latifa segera meminggirkan mobilnya dan segera meraih ponselnya untuk melihat isi pesan tersebut.[Unknown]Anakmu ada bersamaku, tenanglah, jika kamu mau menemuinya, datanglah ke Cat Cafe, Jl Semar no 06.Tidak berpikir lama, akhirnya Latifa segera menjalankan mobilnya untuk menuju lokasi yang seseorang tidak ia kenali tersebut tunjukkan.Karena pikiran Latifa semakin berkecamuk, bahkan beberapa kali hampir menabrak karena ia terlampau cemas dan khawatir.CITTTBunyi decitan ban mobil yang Latifa kendarai, akhirnya Latifa mampu untuk menemukan Cafe yang seseorang tersebut maksud.“Aku akan segera menemukannya” lirih Latifa lalu segera berlari memasuki Cafe tersebut, hal yang pertama ia lihat adalah banyaknya kucing yang hampir memenuhi Cafe tersebut.Lalu objek kedua yang ia lihat adalah Tiara yang sedang dikelilingi kucing dengan gembira, terlihat jelas jika anak itu sedang menikmati waktu bermainnya dengan kucing.“Syukurlah anakku baik-baik saja” ucap Latifa seraya menghembuskan nafas leganya.Namun setelah itu, ia merasa lemas, pandangannya kini beralih kepada sosok lelaki yang pernah hadir di masa lalunya.Lelaki yang pernah mengisi hati dan pikiran Latifa.Ayah biologis Tiara.“E-erlando?”Erlando yang menyadari keberadaan Latifa lantas langsung berdiri dari tempat duduknya, sembari menatap lekat Latifa. Latifa dengan perlahan mendekati Erlando dengan raut wajah yang datar. Buru-buru Erlando menyingkir lalu memberikan tempat duduk kepada Latifa. “Silahkan duduk” ucapnya mempersilahkan. Latifa hanya melihat saja namun enggan untuk duduk di tempat duduk tersebut. “Tidak perlu” ucap Latifa dengan ketus. Erlando hanya tersenyum memaklumi, dari awal ia yang patut dipersalahkan karena dengan tiba-tiba menghilang tanpa mengabari Latifa terlebih dahulu. “Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Latifa dengan sinis. “Karena hanya ini yang dapat membuat ku bertemu denganmu Latifa, apa kamu tidak merindukanku?” Latifa berdecih ketika mendengar perkataan Erlando, setelah itu ia menatap pria tersebut dengan tajam. “Merindukanku? apa kau tidak ingat? kau yang meninggalkan ku waktu itu, apa kau tidak tau… bagaimana menderitanya aku setelah kau tinggal!” sentak Latifa tanpa sad
“Ma, apa kita harus jalan kaki ya sampai ke jalan raya?” tanya Tiara ketika tengah berjalan kaki bersama Latifa dari rumahnya menuju jalan raya. “Iya sayang, anggap saja lagi olahraga yah, semangat!” ucap Latifa sembari mengepalkan satu tangan dan menunjukkannya kepada Tiara. “Iya! Semangat!” balas Tiara seraya mempraktikkan apa yang ibunya lakukan. Setelah itu mereka berdua melanjutkan untuk berjalan beriringan menuju jalan raya berada. Sekitar 10 menit akhirnya mereka sampai. “Untung kita berangkat lebih pagi yah, kalau tidak, pasti kita akan terlambat” ucap Latifa yang diangguki oleh Tiara. “Setelah ini kita mau kemana Ma?” tanya Tiara dengan penasaran. “Kita menunggu angkutan umum yah di sini, pasti sebentar lagi akan sampai” jawab Latifa sembari mengelus rambut Tiara dengan lembut. “Apa mereka akan menghampiri kita?” tanya Tiara lagi. “Pasti, karena supir angkutan umum dan supir-supir lainya itu mencari penumpang, mereka akan berhenti jika kapasitas yang ada di dalam kend
“Bagaimana usahamu waktu itu Tuan? Apakah ada kemajuan?” tanya Linda kepada Erlando. “Dia masih sama, tadi dia bisa mau ikut aku antar karena bujuk rayu dari Tiara” ucapnya lesu sembari bersandar di meja. “Begitukah?” tanya Linda memastikan sembari duduk di meja Erlando. “Tingkahmu Linda!” peringat tajam dari Erlando membuat Linda buru-buru meminta maaf lalu duduk dengan benar di kursi depan meja Erlando. “Apa kau… sudah menyuruh pria tidak berguna itu untuk mempekerjakan para pelayan yang telah ku siapkan?” “Tentu saja sudah Tuan, dia langsung menurut walaupun aku harus melakukan ewh… bersama dia” ucap Linda sembari bergidik karena merasa jijik. “Kalau kamu tidak kuat untuk melakukan hal itu, jangan dipaksa Linda, kita bisa melakukan cara lain”“Oh ayolah Tuan! Aku sudah melakukan hal ini sebelum bekerja bersama dengan Tuan, Tua yang mengangkat derajatku dengan menjadikan ku asisten di perusahaan ini, dan ini lah saatnya aku membalas budi”“Tapi-”“Sudahlah, orang tidak berguna
Latifa mengamati isi dari kotak tersebut secara detail. “Ini seperti barang-barang untuk anak kecil” gumam Latifa. Isi dari kotak tersebut terdapat sebuah peralatan Tuan putri untuk anak-anak, seperti gaun, mahkota, make-up mainan serta buku dongeng princess. Dan seluruh barang tersebut berwarna ungu, yang merupakan warna kesukaan Tiara. “Mama! Tadi Tiara cari-cari tau!” gerutu Tiara sembari melipat kedua tangannya di dada. Namun raut wajahnya berubah ketika melihat apa yang dibawa Latifa. “Mama… itu apa?” tanya Tiara sembari menunjuk barang yang ada di pangkuan Latifa. “Oh ini-”“Apa itu untuk Tiara!” sela Tiara dengan girang sebelum Latifa menyelesaikan omongannya. Tiara segera mengambil alih barang-barang itu dari tangan Latifa lalu mengamatinya satu persatu dengan mata yang berbinar. “Warna ungu kesukaan Tiara!” serunya sembari memakai mahkota di kepalanya. ‘Sebenarnya siapa yang memberikan ini semua? Dan… bagaimana bisa tau jika Tiara menyukai warna ungu?’Batin Latifa
Latifa memijat dahinya seraya menundukkan kepalanya karena merasa agak pusing. ‘Ini tidak bisa dibiarkan!’Seru Latifa dalam hati. “Maaf pak, ini atas nama siapa yah yang beli?”“Pembeli tidak mengizinkan kami untuk mengungkapkan identitasnya Nyonya, sebaiknya anda tanda tangani saja berkas ini” ucap Staff dealer tersebut kepada Latifa. “Apa anda tidak salah alamat?” tanya Latifa kembali untuk memastikannya. “Tidak Nyonya, ini benar-benar sesuai dengan alamat anda”“Sepertinya saya tidak bisa menerimanya pak, bisa anda kembalikan saja kepada pengirimnya?” “Tapi-”“Latifa… Sebaiknya kamu menerimanya saja, kemungkinan besar ini adalah pemberian dari seseorang yang menganggapmu berharga, apa kamu tidak merasa kasihan jika seseorang tadi sudah berniat yang terbaik buatmu, kamu malah menolaknya secara cuma-cuma?” sela Linda dengan cepat. ‘Semoga saja dengan begini dia akan luluh, karena bagaimanapun, tugas Tuan Erlando kepadaku adalah memastikan jika Nona Latifa mau menerima pemberia
‘Apa-apaan ini? Apa yah sebenarnya yang dia lakukan?!’Batin Latifa bertanya-tanya ketika melihat apa yang telah Erlando lakukan. “Erlando! Apa maksudmu?” tanya Latifa dengan menatap Erlando dengan tatapan yang tajam. “Maksud ku? Aku cuma mau menyambutmu saja, memangnya tidak boleh?” tanya balik Erlando membuat Latifa kesal. “Aku hanya ingin mengembalikan ini darimu, jujur aku tidak membutuhkan ini Erlando” ucap Latifa lalu segera mendekati meja Erlando dan menyerahkan berkas serta kunci mobil. Erlando hanya melihat apa yang diserahkan untuknya tersebut dari Latifa dengan tersenyum. “Apa kamu tidak mengingatnya Latifa?” tanya Erlando tiba-tiba membuat Latifa mengernyitkan dahi. ‘Apa maksudnya?’ Ucap Latifa dalam hati. “Mengingat apa?” tanya Latifa kemudian setelah ia merasa keheranan.Erlando tanpa berkata-kata meraih ponselnya lalu memperlihatkan isi chat antara dirinya dengan Latifa mengenai perjanjian yang sudah ditetapkan.“Apa kau tidak ingat dengan ini?” tanya balik Erl
Pada akhirnya Erlando memesan satu paket chicken crispy untuk Tiara melewati aplikasi delivery food. Yang tidak sampai tiga menit sampai karena Erlando memakai jasa pengantaran prioritas dan juga lokasinya tidak jauh dari sekolah Tiara. “Enak yah?” tanya Erlando ketika melihat Tiara memakan makannya dengan lahap. Tiara memberi respon dengan memberi jempolnya kepada Erlando tanda jika makanan tersebut enak baginya. ‘Apa aku harus pelan-pelan menanyakan terkait kehidupannya saat di sekolah?’‘Aku takut jika anak ini menyembunyikan sesuatu yang Latifa sendiri tidak mengetahuinya’Ucap Erlando dalam hati sembari menatap cemas kearah Tiara. “Nak, apa kamu punya teman?” tanya Erlando kepada Tiara. Tiara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Tentu punya Om! Dalam satu kelas ada dua puluh orang, jadi pasti Tiara punya teman dong! Beda lagi kalau dalam kelas Tiara gak ada orang sama sekali” jelasnya lalu kembali menyantap makanannya. “Bu-bukan itu Tiara, maksud Om-”“Ssst! Om, Tiar
“Wah! Kalian sudah sampai saja nih” sambut Romlah yang merupakan Ibu Candra. Romlah segera mendekat kearah Candra lalu memeluknya dengan erat. “Ya Allah nak! Kamu kemana saja? Kenapa gak pernah berkunjung ke rumah Ibu?” ucap Romlah sembari mengelus rambut Candra dengan sayang. “Candra banyak kerjaan Bu dan Tiara juga sekolah, kebetulan rumah ibu kan cukup jauh, jadi Candra bisa kesini kalau ada acara saja” jelas Candra. “Yakin begitu? Atau Istrimu itu yang nggak ngebolehin kamu ke rumah ibu? Jujur saja nak, biar Ibu bisa nasehati Istrimu ini” ucap Romlah yang seolah-olah memojokkan Latifa seraya melirik-lirik Latifa dengan Sini. “Latifa, memang mertua mu ini se menyebalkan itu yah?” bisik Linda yang kini mendekat ke arah Latifa. Latifa hanya sedikit berdehem lalu menyenggol Linda agar tidak berbicara aneh-aneh. Linda yang mendapatkan perlakuan tersebut lantas kembali menegakkan postur tubuhnya sembari masih mengolok-olok mertua Latifa dengan pelan. “Apa sih Ibu ku ini, jangan