Share

Chapter 5

Latifa merasa pilu setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Candra, bahkan ketika Latifa menatap Candra, pria itu langsung mengalihkan pandangannya.

“Lantas dimana istrimu Candra?” tanya wanita tersebut lagi dengan nada manja.

“Aku, belum memiliki istri”

Latifa memejamkan kedua matanya karena merasa perih, yang mana air matanya langsung menetes membasahi pipinya.

Sekalipun pengakuan, apakah hal itu sama sekali tidak pantas aku dapatkan?

Cetus Latifa dalam hati.

“Hei! apa kalian sudah selesai? kalau sudah keluarlah! biar party ini bisa segera dimulai” Sahut salah satu teman laki-laki Candra.

Latifa maupun Ina segera keluar dari ruangan tersebut dengan tergesa-gesah, begitu Latifa, Ina serta Tiara keluar, terdengar samar-samar suara riuh yang pertanda party telah di mulai.

“Bi Ina, tidurlah, kau pasti kelelahan karena telah menyiapkan semuanya” pintah Latifa, ina tidak mampu berkata apa-apa ia hanya menganggukan kepalanya.

Latifa pergi sembari menggendong Tiara menuju ke kamarnya, namun Ina masih tetap berdiam diri disana sembari menatap nanar kepergian Latifa.

“Nyonya, semoga nyonya segera menemukan kebahagiaan, dan segera terlepas dari apa yang membuat nyonya menderita.

***

“Kali ini saya sudah mendapatkannya Tuan, anda tidak perlu khawatir” Ucap Linda seraya menyerahkan sebuah ponsel kepada seorang laki-laki yang berada di hadapannya saat ini.

“Semoga kau tidak mengecewakanku kali ini Linda” ucap seseorang tersebut dengan penekanan di setiap katanya.

“Saya dapat memastikannya tuan Erlando, karena nona Latifa sendiri yang mengetik nomor ponselnya” tegas Linda.

Erlando tersenyum miring.

“Baiklah, bonusmu akan cair jika terbukti nomor ponsel Latifa dapat dihubungi”

“Tapi saya juga berhasil mendapatkan data-data mengenai anak nona Latifa juga tuan” celetuk Linda membuat Erlando memicingkan sebelah alisnya.

“Berikan kepadaku” pintah Erlando namun Linda tetap tidak bergeming.

Namun setelah beberapa saat Erlando akhirnya paham maksud dari Linda, ia segera melempar cek kosong kepada Linda sebagai imbalannya.

“Apa ini cukup?” tanya Erlando kepada Linda

“Iya tuan” Jawab Linda seraya mengambil cek kosong tersebut dengan berbinar.

Setelah itu ia menaruh berkas yang dimaksud.

“Pergilah, sisanya aku akan mengirimnya setelah terbukti nomor ini bisa dihubungi”

“Baik tuan” setelah itu Linda pergi dari ruangan Erlando dengan sedikit tergesah-gesah karena tidak sabar untuk shopping sepuasnya.

Erlando meraih berkas tersebut, ia mulai menelaah berkas itu dengan teliti, isi berkas tersebut tidak lain adalah seputar informasi tentang Tiara.

“Ini saatnya aku mulai bergerak” ucap Erlando seraya tersenyum tipis.

***

“Mama kemana yah? teman-teman aku sudah mulai pulang semua, tumben kok belum menjemput aku” keluh Tiara sembari mondar mandir di depan sekolah.

“Tiara, mending kamu nunggu mama kamu di dalam sama ibu aja yah, kalau di sini nanti kamu bisa capek” tawar salah satu guru kepada Tiara

“Gak mau bu guru, biar Tiara disini saja, nanti takutnya pas Tiara masuk, mama bakalan nyariin” kekehnya sembari melipat kedua tangannya di dada.

“Tapi nanti-”

“Permisi, bisa saya bawa Tiara bu? saya teman dari ibunya, kebetulan tadi ibunya nitip ke saya” ucap seseorang laki-laki yang baru keluar dari mobil, sedari terparkir di dekat sekolahan tersebut cukup lama.

“Oh begitu yah?mangkanya biasanya mamanya cepet menjemputnya ternyata dititipkan toh, baik pak silahkan, hati-hati di jalan” ucap guru tersebut.

Seseorang itu dengan segera menggendong Tiara memasuki mobilnya.

“Om temannya mama?” tanya Latifa sembari berkedip dengan pelan.

“Iya Tiara yang cantik, teman spesial dari mama kamu, saking spesialnya kamu bisa mirip sama om”

***

“Para pembantu masih belum datang bi Ina?” tanya Latifa di tengah aktivitas mereka.

“Belum nyonya, sepertinya mereka masih diberikan jatah sama tuan”

Kenapa dia melakukan semua itu? apa tidak cukup memberikanku penghinaan di hadapan teman-temannya, kenapa dia senang sekali membuatku kesusahan?!

Keluh Latifa dalam hati, kemudian ia perlahan memejamkan matanya lalu menghembuskan secara perlahan nafasnya.

Jangan seperti itu Latifa, untung-untung kamu diterima sebagai istri di rumah ini, bahkan anakmu diakui olehnya bahkan disekolahkan ke sekolahan elite yang ada di kota ini, mungkin dia melakukan ini juga karena aku harus membayar jasanya.

Walau bagaimanapun, segalanya tidak ada yang gratis.

Runtuknya dalam hati seraya menghilaukan pikirannya yang negatif.

“Nyonya, apa nyonya tidak menjemput nona Tiara? ini sudah waktunya nona Tiara pulang” tegur Ina membuat latifa terkesiap.

Ia buru-buru melihat ke arah jam yang menampak-kan pukul 10.20 yang artinya latifa terlambat 20 menit, ini terjadi karena ia seharian membereskan rumah yang berantakan akibat ulah teman-teman Candra.

“Yaudah bi, saya jemput Tiara dulu yah!” seru Latifa lalu segera pergi untuk menjemput Tiara.

***

“Maaf bu, Tiara tadi sudah pulang duluan”

Latifa terkejut bukan main, padahal ia sendiri baru sampai di sekolah Tiara, lantas siapa yang menjemput Tiara sebelum dirinya.

“Pulang duluan bu? saya saja baru sampai, bagaimana anak itu pulang? apa dia ikut salah satu temannya?”

Guru tersebut terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Latifa.

“Bukannya tadi yang menjemput anak ibu itu, teman ibu Latifa sendiri?”

Latifa semakin terkejut setelah mendengar perkataan dari guru itu.

“Lantas ibu langsung menyerahkan anak saya kepada orang itu? apa ada jaminan jika orang itu teman saya bu? apa dia meninggalkan sesuatu?”

“Yang saya tahu, dia memakai setelan jas hitam dan mobil berwarna kuning, setelah itu tidak ada lagi bu maafkan saya”

Ucap guru tersebut sembari tertunduk, kepala Latifa seolah-olah ingin pecah, karena saat ini anaknya dibawa oleh seseorang, entah siapa.

“Saya akan tuntut ibu, jika anak saya kenapa-kenapa!” ancam Latifa lalu segera memasuki mobil, bertujuan memutari kota, karena mungkin saja ia akan menemukan sebuah petunjuk.

TRING

Suara notifikasi ponsel Latifa menggema, Latifa segera meminggirkan mobilnya dan segera meraih ponselnya untuk melihat isi pesan tersebut.

[Unknown]

Anakmu ada bersamaku, tenanglah, jika kamu mau menemuinya, datanglah ke Cat Cafe, Jl Semar no 06.

Tidak berpikir lama, akhirnya Latifa segera menjalankan mobilnya untuk menuju lokasi yang seseorang tidak ia kenali tersebut tunjukkan.

Karena pikiran Latifa semakin berkecamuk, bahkan beberapa kali hampir menabrak karena ia terlampau cemas dan khawatir.

CITTT

Bunyi decitan ban mobil yang Latifa kendarai, akhirnya Latifa mampu untuk menemukan Cafe yang seseorang tersebut maksud.

“Aku akan segera menemukannya” lirih Latifa lalu segera berlari memasuki Cafe tersebut, hal yang pertama ia lihat adalah banyaknya kucing yang hampir memenuhi Cafe tersebut.

Lalu objek kedua yang ia lihat adalah Tiara yang sedang dikelilingi kucing dengan gembira, terlihat jelas jika anak itu sedang menikmati waktu bermainnya dengan kucing.

“Syukurlah anakku baik-baik saja” ucap Latifa seraya menghembuskan nafas leganya.

Namun setelah itu, ia merasa lemas, pandangannya kini beralih kepada sosok lelaki yang pernah hadir di masa lalunya.

Lelaki yang pernah mengisi hati dan pikiran Latifa.

Ayah biologis Tiara.

“E-erlando?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status