Home / Rumah Tangga / Ayah & Bunda, Ayo Baikan! / BAB 2 Demi Anak atau Demi Kewarasan?

Share

BAB 2 Demi Anak atau Demi Kewarasan?

Author: Riffi
last update Last Updated: 2023-07-12 19:04:24

Tubuh Zeta tiba-tiba melemas dan tak kuat lagi kedua kakinya untuk berdiri, membuat dirinya jatuh tersungkur ke lantai dalam keadaan terduduk lemas.

"Zeta!" Sofia panik melihat sahabatnya yang tengah terduduk sambil menangis sesenggukan di lantai.

Resepsionis yang melihat hal itu pun merasa serba salah dibuatnya, apakah seharusnya ia tak berkata dengan jujur?

Hingga seorang satpam hotel menghampiri tiga wanita tersebut, yang satu sedang menangis dan dua lainnya panik serta sibuk menenangkan temannya.

"Ada apa ini? kok ribut-ribut," tanya seorang satpam hotel tersebut, ia melirik ke arah sang resepsionis, namun ia malah mendapat gelengan kepala dari sang resepsionis, dan satpam itu diperintahkan untuk tidak perlu ikut campur.

Mendapat isyarat dari rekan kerjanya tersebut, akhirnya sang satpam kembali ke tempatnya berjaga, entahlah apa yang terjadi sebenarnya, untungnya hotel ini tidak dalam kondisi yang ramai.

"Ta? kamu ga mau ngecek dulu? siapa tau engga seperti yang kamu pikirin," bujuk Anni, mencoba memberikan suntikan positif pada sahabatnya.

"Enggak, An! enggak! aku ga sanggup kalo liat langsung An, udah sakit ...." ucap Zeta dengan tubuh yang sudah bergetar hebat menahan tangisnya, hancur lebur sudah hatinya saat ini.

Mau berpikiran positif pun, memangnya apalagi alasannya? kondisi Zeta yang begitu menyedihkan membuat Anni ikut menangis melihatnya.

"Kita pulang, yuk! anak-anak sebentar lagi pulang sekolah, inget Ta! masih ada Aziel, Lo harus kuat!" tutur Sofia mencoba memberi motivasi pada sahabatnya yang tengah hancur itu.

Kini dengan bantuan Anni dan Sofia, Zeta kembali berdiri tegap. Entah sebagaimana menyedihkan dirinya jika tak ada kedua sahabatnya ini.

"Mbak, saya minta untuk tolong rahasiakan kedatangan saya, ya? jangan beritahu orang itu," ucap Zeta, meski tak menyebutkan namanya, resepsionis itu nampaknya tau betul siapa yang dimaksud oleh Zeta.

"Baik Nona, akan saya jaga rahasia ini," ujar sang resepsionis dengan senyuman.

****

Tampak tiga ibu-ibu muda itu tengah menunggu anak-anak mereka pulang dari sekolah, mereka menunggu sambil memakan sebuah es krim di kursi taman sekolah.

"Ta, lo mau gimana terusan?" tanya Sofia, memecahkan keheningan.

"Aku mau cerai," ucap Zeta dengan datar.

Sontak kedua sahabatnya kini membulatkan matanya karena saking terkejutnya.

"Sebaiknya jangan gegabah, Ta. kamu ga inget? kalian masih punya Aziel, masih terlalu kecil baginya untuk menjadi anak broken home, Ta!" tutur Anni, ia mencoba menasehati sahabatnya.

"Terus, aku? aku gimana, An?" tanya Zeta dengan wajah penuh pilu pada Anni, tentu itu membuat hati Anni juga merasa pedih.

"Coba bicarakan ini baik-baik, siapa tahu hanya salah paham, Ta," timpal Anni, kini Sofia hanya diam saja mendengarkan percakapan dua temannya itu, ia hanya fokus pada es krim yang ada di tangannya.

"Membayangkan apa yang mereka lakukan berdua di kamar hotel saja sudah membuatku merasa mual An, baik-baik yang bagaimana? mereka hanya bermain ular tangga di kamar hotel? ga mungkin kan?" ucap Zeta dengan frustasi.

Kini Anni bungkam, memang benar apa yang dikatakan oleh Zeta. Memangnya ada hal positif lain yang dapat dilakukan oleh sepasang pria dan wanita di sebuah kamar hotel? dan hanya berdua? bahkan tak mengabari sang istri.

Jangankan mengabari, beberapa kali Zeta mencoba menelfon suaminya pun tak di-angkat, beberapa pesan yang ia kirim juga tak ada balasan, bahkan dilihat saja tidak.

"Kalo mau pisah, pisah saja! toh lo bukan seorang istri yang bergantung pada suami brengsek lo itu, lo punya toko butik yang besar, dan itu cukup untuk membesarkan Aziel dengan baik. Iya, kan?" Kini Sofia mulai membuka suara, ia pun setuju akan keputusan Zeta untuk berpisah.

"Sof! jangan gitu lah, Zeta memang mampu memberikan nafkah dengan sangat baik untuk Aziel meski hanya seorang diri, tapi ... hal ini akan menjadi luka yang sangat membekas untuk batin Aziel," ujar Anni.

"Duh ... iya deh si paling psikolog anak! tapi ya ... masa Aziel doang yang punya batin? Zeta kan juga punya, An!" ucap Sofia, kini kedua sahabatnya malah saling beradu pendapat.

Memang wajar Anni sangat memikirkan tentang mental Aziel, karena ia merupakan seorang psikolog anak, sering sekali Anni mendapatkan pasien yang memiliki gangguan mental, dan mirisnya hal itu terjadi di-sebabkan karena rasa trauma dari keluarganya yang hancur.

Anna tak mau jika sampai anak sahabatnya merasakan hal yang sama seperti pasien-pasiennya. Sedangkan di sisi seorang wanita kuat seperti Sofia, ia akan lebih setuju jika Zeta menyerah saja dengan hubungannya.

Sofia tipe yang bar-bar, ia tak akan mengorbankan kesehatan mentalnya hanya untuk bertahan dengan pria yang kurang ajar. Namun kini Zeta lah yang harus menentukan pilihannya.

Karena ini adalah hidupnya, bukan Anni ataupun Sofia. dirinya sendiri yang harus memilih antara bertahan untuk kesehatan batin Aziel, atau mundur untuk kewarasan dirinya sendiri.

Tringgg ....

Suara bel sekolah berbunyi, tanda anak-anak akan segera keluar dari kelasnya. Gedung yang dipenuhi oleh gambar-gambar yang disukai oleh anak-anak dengan warna yang penuh keceriaan itu, kini tampak ramai oleh anak-anak kecil yang keluar dari gedung tersebut.

Tiga orang anak kecil tengah berjalan bersama, mereka adalah anak-anak dari Zeta, Anni, dan juga Sofia.

Anak Zeta bernama Aziel Siregar, anak lelaki yang sangat tampan dan menggemaskan, usianya baru menginjak umur 5 tahun.

Anni sendiri memiliki seorang anak perempuan bernama Mia, usianya hampir sebaya dengan Aziel, hanya beda beberapa bulan. Mia adalah anak perempuan yang cantik dan kalem, persis seperti ibunya.

Sedangkan Sofia juga memiliki anak perempuan bernama Acha, gadis kecil yang penuh ceria dan sangat aktif, ia juga cukup cerewet untuk ukuran anak kecil, tentu hal ini menurun dari sosok ibunya yang bar-bar seperti Sofia.

"Bunda!" panggil Aziel dengan senyuman ceria pada Zeta, untungnya Zeta telah menghapus air matanya sesaat sebelum putra kecilnya datang.

"Gimana sekolah mu hari ini?" tanya Zeta pada putra kecilnya, ia tak pernah absen untuk menanyakan hal ini pada Aziel setelah anaknya pulang sekolah.

"Seru Bunda! Aziel tadi dapet nilai 100 loh di matematika," ujar Aziel dengan bangga.

"Wah ... pinternya," puji Zeta pada putra tunggalnya itu.

"Iya Tante, Aziel itu emang pinter banget! cocok jadi suami masa depan Acha!" timpal anak perempuan itu dengan senyuman lebar dan tanpa beban, siapa yang mengajari anak sekecil itu untuk berbicara begini?

Sontak kalimat itu membuat semua orang yang mendengarnya menjadi terdiam, namun beberapa detik setelahnya gelak tawa tak tertahan keluar dari para ibu-ibu itu.

"Apa ini? besanan kita Ta haha...." Sofia terbahak.

"Ih, gamau ah! Aziel gak mau sama Acha! Acha cerewet!" tukas Aziel dengan wajah ngambeknya, hal itu kembali mengundang gelak tawa untuk para ibu-ibu muda itu.

****

Sesampainya di rumah, Aziel bergelayutan manja di lengan Zeta, sepertinya ia tengah merayu sang bunda untuk meminta sesuatu.

"Kenapa? hmm?" tanya sang bunda yang sudah hafal dengan gelagat sang putra

"Bunda, liburan minggu depan Aziel mau ke kebun binatang ya sama Bunda, sama Ayah juga!" pinta Aziel dengan manja pada Zeta, hal itu membuat hati kecilnya seperti teriris.

Bagaimana jika Aziel tau? jika Ayah dan Bunda tersayangnya akan segera perpisah?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 20 Sindiran Aziel

    Senyuman simpul terulas di wajah tampan Angga. Sepertinya ia tengah memahami situasi keluarga kecil Zeta saat ini. 'Bukankah ini adalah kesempatan emas?'"Kenapa wajahmu begitu, Cha? Kamu kenal sama dia?" Mia menunjuk Kayla yang tengah menyanyikan lagu ke atas panggung. Nampak sekali raut wajah jutek Acha ketika Kayla tampil."Dih! Acha ga kenal tuh!" jawab Acha dengan tak santai.Mia hanya bisa tersenyum getir melihat tingkah Acha. 'Tapi ... keliatan muka ga sukanya kamu, Cha!'"Oke juga suara keponakan lo, Ngga," celetuk Sofia. Membuat Bima pun ikut menoleh. 'Ponakan?' Bima menengok ke arah gadis kecil yang tengah bernyanyi di atas panggung.'Apa aku sudah salah paham dengan Zeta?' "Tentu, aku yang mengajarinya semingguan ini," jawab Angga dengan bangga."Heh? Serius? Tapi ... ga heran sih, dulu lo pernah bikin satu sekolah baper karena nembak Zeta sambil nyanyi," sahut Sofia tiba-tiba.Kalimat itu membuat Zeta menegang di tempatnya terduduk. sementara Angga hanya meresponnya denga

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 19 Kecanggungan

    "Ah ... maaf, aku kejebak macet, ya ampun. Apa aku telat?" Di tengah kecanggungan tanpa kata itu, Anni tiba-tiba datang dengan menggandeng Mia. Seketika itu juga lamunan Zeta dan Bima buyar."Lo hampir telat, sini duduk di sebelah Acha sama gue," sahut Sofia.Sontak saja Anni langsung menurut, ia merasakan atmosfer yang tidak enak di sini. Segera ia melangkah melewati Melda, Bima, Zeta, dan juga Angga.'Loh? Kok ada Angga? Bentar-bentar, kok ada cewe pelakor juga?!' tanya Anni di dalam batinnya, ia dapat merasakan kecanggungan di antara mereka semua meski orang-orang itu terlihat mengulas senyum ketika ia datang."Hai, Acha," sapa Mia."Hai ....""Kenapa muka kamu kusut kaya baju belum disetrika?" tanya Mia yang melihat wajah tak bersemangat Acha, tumben-tumbenan Acha terlihat tak bersemangat."Enggak! Mia sok tau!" sahut Acha berdusta. Padahal ia masih sangat terbawa emosi ketika mengingat perkenalan Aziel dengan Kayla tadi."Acha, boleh duduk di kursi sebelahnya dulu sama Mia? Ada

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 18 Bertemu Rival Masa Lalu

    "Angga?" "Masih inget kah? Gue pikir lo udah lupa sama gue," celetuk lelaki bertubuh jangkung itu. Angga menatap lekat Zeta, hingga membuat sang empu mengalihkan pandangannya karena merasa tak nyaman."Lah? Cuma Zeta doang nih, yang lo sapa?" sahut Sofia tiba-tiba. Membuat atensi Angga teralihkan. "Loh? Sofia, kan? Lo di sini juga?" tanya Angga keheranan.Plak!"Duh! Kenapa gue dipukul sih?!""Gue udah dari tadi di sini, Ngga! Lo pikir gue patung pancoran?!" sentak Sofia.Angga menggaruk tengkuknya. "Hehe ... sorry.""Iya deh iya ... cuma Zeta yang paling mencolok di mata lo," sahut Sofia. Sontak Zeta menyenggol lengan Sofia dengan kasar. "Jangan ngomong sembarangan kaya gitu, Sof!" bisik Zeta dengan geram.Tiba-tiba tidak ada lagi yang bersuara, suasananya menjadi sangat canggung. Sampai anak-anak yang akhirnya memecah keheningan orang-orang dewasa itu."Kamu siapa namanya?" tanya seorang anak perempuan yang sedari tadi telapak tangan kecilnya digenggam erat oleh Angga.Aziel yang m

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 17 Perang Dingin

    Kini Bima dan Melda tengah menikmati makan siang bersama di sebuah kafe terdekat di kantor mereka. Sesekali Melda mengajak Bima berbincang, meski Bima selalu menjawab singkat dan ala kadarnya, namun Melda tak pantang menyerah.Bima tiba-tiba teringat akan satu hal. "Oh, iya. Besok sekitar jam 10 sampai jam makan siang, kosongkan jadwal saya, ya," pinta Bima tiba-tiba."Memangnya, Mas Bima mau kemana?" tanya Melda penasaran."Aziel akan lomba menyanyi besok, saya sudah berjanji untuk melihatnya. Jangan sampai ada rapat dadakan seperti kemarin-kemarin, loh!" Melda tersenyum. "Tentu, boleh saya juga ikut? Saya ingin melihat Aziel menyanyi juga," sahut Melda dengan nada mendayu."Di sana hanya akan ada banyak anak-anak dan para orang tua, memangnya kau tidak risih?" "Enggak dong, Mas! Saya ini suka anak-anak, apalagi jika itu Aziel. Entah kenapa saya sangat menyukai Aziel," ucap Melda dengan senyuman manisnya."Iya, kan? Anak saya memang selalu membuat orang-orang di sekitarnya merasa t

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 16 Mendengar Pilu Sang Bunda

    "Perusak rumah tanggaku? Melda?" Sofia mengangguk dengan serius. "Lo harus hati-hati sama orang itu, dengan terang-terangan di depan gue dia jujur ingin merebut suami lo, Ta! Lo harus cepat-cepat usir wanita itu sebelum dia melakukan hal yang lebih berani lagi," jelas Sofia."Bentar, kamu ketemu dia di mana?" "Lah, lo bahkan ga tau kalo Aziel dijemput sama cewe itu? Dia sih, ngakunya Bima yang nyuruh," ucap Sofia, sontak saja Zeta tertegun mendengar hal itu."Wanita itu yang jemput El?!"Sofia mengangguk mantap. "Waduh, Bima ga ngasih tau hal itu ke elo?"Zeta menggelengkan kepalanya. "Memang benar aku ga bisa jemput El hari ini, dan aku menyuruh suamiku untuk itu. Tapi ... aku ga nyangka, Mas Bima justru menyuruh wanita itu yang menjemput El," tutur Zeta. Ia meremas pangkal bajunya sendiri, hatinya pun merasa kecewa mendengar hal ini.Terlebih Zeta mendengar hal itu dari orang lain, bukan dari Bima secara langsung. Ka

  • Ayah & Bunda, Ayo Baikan!   BAB 15 Ultimatum Sofia

    "Eh? Siapa wanita yang bersama anakku dan El? Sepertinya bukan Zeta," monolog Sofia ketika ia melihat putrinya dan putra sahabatnya tengah berbicara dengan seorang wanita.Hanya dengan melihat punggungnya saja, Sofia sudah menebak jika itu bukanlah Zeta. Langsung saja Sofia keluar dari mobilnya untuk memastikan siapa wanita itu.Putrinya yang bernama Acha berlari menghampirinya. "Mama! Tante Jelek itu masa terus maksa-maksa El buat ikut sama dia!"Mendengar hal itu, Sofia menjadi waspada. Sofia pikir wanita itu adalah seorang penculik. Tapi, sesaat ia melihat wanita itu menoleh kearahnya, matanya membulat sempurna.'Bukankah dia wanita yang diceritakan oleh Zeta?!' "Kamu ...."Melda mengernyitkan dahi, ia tak mengenal wanita di depannya ini. Tapi kenapa wanita itu bertingkah seolah sangat mengenali dirinya?"Mama kenal sama Tante jelek itu?" tanya Acha, ia terus menyebut Melda jelek. Ingin sekali rasanya ia mencabik-cabik mulut gadis kecil itu.Melda berdiri dari posisinya saat ini.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status