Tanpa sengaja, Zeta menemukan suaminya berselingkuh. Sakit hati, ia pun memutuskan untuk berpisah! Namun Aziel, anak kecil berusia 5 tahun itu tak ingin Ayah dan Bundanya berpisah. Terlebih ... ia yakin ayahnya yang sangat mencintai Zeta--tak mungkin melakukannya! Pasti ada yang ingin menghancurkan keluarga mereka. Jadi, bocah laki-laki itu pun memulai rencananya.... "Ayah, Bunda! El mau liburan bersama-sama lagi seperti dulu, ayolah kita bersama lagi! kali ini untuk selamanya! Okey?"
View MoreAir mata mengalir deras di pipi mulus seorang wanita berusia 25 tahun, kini netra indahnya nampak tertuju pada sebuah adegan mesra di depannya.
Wanita cantik itu bernama Zeta, semua bermula saat ia datang ke sebuah kafe untuk bertemu kangen dengan sahabat-sahabatnya, ternyata dirinya datang lebih awal beberapa menit dari seharusnya.Setelah mengantar putranya ke sekolah TK, ia langsung menuju ke tempat janjiannya bersama Anni dan Sofia, sahabatnya. Kafe itu memiliki kaca yang besar dan tembus pandang, hingga Zeta bisa leluasa melihat pemandangan luar.Sembari menunggu Anni dan Sofia, ia meminum teh lemon favoritnya. Sesekali ia melihat ke arah luar jendela kaca, nampak ramai suasana kota hari ini, hingga manik matanya menangkap dua sosok yang ia sangat kenali.Di sebrang kafe yang tengah Zeta singgahi, terlihat sepasang pria dan wanita tengah asik mengobrol ria. Terlihat jelas jika sosok itu adalah Bima, suami Zeta.Sedangkan wanita yang tengah berbincang akrab dengan suaminya itu ada Melda, wanita yang pernah setahun lalu dikenalkan oleh Bima sebagai sekertaris pribadinya di kantor.Mereka tengah berjalan berdua memasuki sebuah hotel, yang memang letak hotel tersebut berseberangan dengan tempat Zeta saat ini.Keningnya berkerut, mencoba untuk berpikiran positif, tapi keakraban keduanya membuat Zeta tak bisa berfikiran yang bukan-bukan. Kini perasaannya mulai tak tenang."Zeta! udah sam-" ucapan sapa dari Anni terputus, di kala Zeta malah berlari melewati Anni dan Sofia tanpa menyapa seperti orang asing.Tampak Zeta berjalan dengan tergesa-gesa, membuat kedua sahabatnya bingung. Nafas Zeta memburu kencang, jantungnya pun tampak berdetak tak beraturan.Ia keluar dari kafe dan menuju ke hotel yang terletak berseberangan dengannya saat ini, wanita cantik dengan blazer berwarna coklat itu melangkahkan kaki jenjangnya untuk menyebrang melewati jalan yang tengah padat oleh kendaraan.Zeta menyebrang seakan tak sabaran, dirinya bahkan hampir saja tertabrak sebuah truk. Kedua sahabat Zeta mengikutinya keluar dari kafe sampai berlarian dengan panik.Ada sebuah mobil truk yang melaju cukup kencang ke arah Zeta, namun sang empu tak menyadari hal itu karena terlalu fokus dengan gedung hotel di seberangnya."Zeta! lo mau mati apa gimana sih?" tanya Sofia dengan penuh emosi.Untungnya Sofia sempat menarik lengan Zeta sebelum sahabatnya itu terserempet oleh mobil truk yang melaju dengan cukup kencang.Tangis Zeta pecah, tak kuasa lagi ia membendung air matanya. Kini Anni dan Sofia lah yang tampak bingung dengan kondisi sahabat mereka ini."Ta? kamu kenapa sih? kamu ada masalah?" tanya Anni begitu khawatir, ia mengelus-elus punggung Zeta untuk memberikan ketenangan.Dengan tersengal-sengal, ia menunjuk gedung hotel di depannya saat ini, Anni dan Sofia pun dengan kompak menoleh ke arah yang Zeta tunjuk.Mereka berdua mengernyitkan dahinya, dan menatap satu sama lain. Apa maksud sahabatnya ini?"Mas Bima ... hiks," ucap Zeta, suaranya bahkan sampai bergetar."Suami lo? kenapa Ta?" tanya Sofia dengan panik dan bingung."Gini aja, kita masuk dulu ke kafe lagi, gimana? gak enak diliatin orang-orang gini," bujuk Anni, memanglah benar jika saat ini mereka tengah menjadi objek perhatian dari beberapa orang di sekitar.Namun Zeta tak peduli, rasa penasaran di hatinya harus diobati. Jika yang ia takuti memanglah terjadi, ia harus melihatnya secara langsung, ia tak ingin hanya menerka-nerka lewat pikiran negatifnya.Saat Sofia dan Anni hendak menggaet tangan Zeta untuk membawanya masuk ke dalam kafe, sang empu menolak dengan keras kepala, ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat."Engga! aku mau ke hotel itu, sekarang!" ucap Zeta dengan tegas, kini dirinya mulai bisa mengontrol emosinya."Kalo gitu kasih tau apa masalahnya Ta! jangan gegabah kaya tadi, Lo hampir ketabrak mobil tau gak sih?!" Sofia mengomeli Zeta, sepertinya ia sangat geregetan dengan sahabatnya yang satu ini."A-aku ... liat Mas Bima ke hotel itu, dan bersama seorang perempuan," ucap Zeta dengan suara yang kembali bergetar, Anni dan Sofia yang mendengar jelas lontaran kalimat mengejutkan itu pun ternganga tak percaya."Ta? lo ga halu kan?" tanya Sofia, ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Zeta.Yang Anni dan Sofia tau, pernikahan sahabatnya ini telah berlangsung selama 6 tahun lebih dengan segala keharmonisan dan keromantisan.Tak pernah terbayangkan sekalipun jika Zeta sang sahabat mereka bisa merasakan cobaan pernikahan yang semacam ini."Aku beneran liat pake mata kepalaku sendiri!" ucap Zeta dengan menggebu-gebu, membuat kedua sahabatnya tak bisa berkata-kata lagi."Kalo gitu, ayo kita ke hotel itu untuk memastikan!" seru Anni, ia mencoba untuk tidak ikut emosional dan tetap berpikir jernih.Hingga ke tiga wanita sebaya itu pun akhirnya bersama-sama melangkahkan kakinya menuju hotel yang terletak tepat di sebrang mereka.Kedua tangan kanan dan kiri Zeta, digenggam erat oleh Anni dan Sofia, mereka mencoba untuk menguatkan sang sahabat yang tengah rapuh.Sesampainya di meja resepsionis, Zeta langsung bertanya dengan seorang wanita berseragam, yang sepertinya ia merupakan seorang resepsionis di hotel ini. Tanpa basa-basi Zeta langsung menyuarakan apa yang ia ingin tanyakan."Mbak, boleh saya tanya? beberapa saat tadi, ada sepasang pria dan wanita masuk ke hotel ini, atas nama Bima dan Melda, boleh saya tau mereka kesini itu untuk check-in kamar atau bukan?" tanya Zeta dengan tak sabar."Maaf Nona, kami tidak bisa dengan sembarangan memberitahukan informasi personal milik tamu kami," ucap Resepsionis itu dengan sopan, dan memang begitulah aturan dari hotel tersebut."Mbak! teman saya ini istri sah laki-laki itu! kalo Mbak gak mau ngasih tau, artinya Mbak mendukung pelakor dong? Mbak mendukung perzinahan?" sergah Sofia dengan penuh emosi, bahkan ia lebih agresif dari Zeta.Wajar saja, karena memang sedari dulu, di antara mereka bertiga, yang paling bar-bar adalah Sofia, sedangkan yang paling kalem adalah Anni, dan Zeta ditengah-tengah, kadang penuh emosi dan kadang juga bisa kalem."Maaf Mbak, sekali ini saja, teman saya benar-benar butuh informasi itu Mbak, tolonglah," ujar Anni dengan memelas, juga dengan bahasa yang sopan.Hingga akhirnya sang resepsionis mau tak mau memberi izin, karena ia juga seorang wanita dan seorang istri, tentu hatinya terketuk untuk menolong Zeta."Baiklah, atas nama siapa tadi?" tanya sang Resepsionis, Anni dan Sofia menghembuskan napasnya dengan lega."Bima Siregar dan Melda, Mbak," ucap Zeta dengan mata berbinar penuh harapan, ia berharap jika suaminya di sini tidak untuk check-in di kamar hotel bersama Melda.Semoga saja suaminya memesan sebuah ruangan atau semacamnya untuk rapat, meeting, atau semacamnya. Beberapa saat setelah mengetik beberapa kata di layar komputer, kini akhirnya sang resepsionis membuka suara."Klien atas nama tersebut memang ada, baru beberapa saat lalu check-in sebuah kamar di lantai lima, lebih tepatnya kamar nomor 30," ucap resepsionis wanita itu."Hanya berdua?" tanya Zeta, kini air matanya tengah membendung di pelupuk matanya. Awalnya resepsionis itu sedikit ragu untuk memberi tahu, namun akhirnya ia menganggukan kepalanya."Iya," jawab resepsionis wanita itu, satu kata jawaban singkat yang mampu memporak porandakan hati Zeta saat ini.Brugh!"Zeta!"Senyuman simpul terulas di wajah tampan Angga. Sepertinya ia tengah memahami situasi keluarga kecil Zeta saat ini. 'Bukankah ini adalah kesempatan emas?'"Kenapa wajahmu begitu, Cha? Kamu kenal sama dia?" Mia menunjuk Kayla yang tengah menyanyikan lagu ke atas panggung. Nampak sekali raut wajah jutek Acha ketika Kayla tampil."Dih! Acha ga kenal tuh!" jawab Acha dengan tak santai.Mia hanya bisa tersenyum getir melihat tingkah Acha. 'Tapi ... keliatan muka ga sukanya kamu, Cha!'"Oke juga suara keponakan lo, Ngga," celetuk Sofia. Membuat Bima pun ikut menoleh. 'Ponakan?' Bima menengok ke arah gadis kecil yang tengah bernyanyi di atas panggung.'Apa aku sudah salah paham dengan Zeta?' "Tentu, aku yang mengajarinya semingguan ini," jawab Angga dengan bangga."Heh? Serius? Tapi ... ga heran sih, dulu lo pernah bikin satu sekolah baper karena nembak Zeta sambil nyanyi," sahut Sofia tiba-tiba.Kalimat itu membuat Zeta menegang di tempatnya terduduk. sementara Angga hanya meresponnya denga
"Ah ... maaf, aku kejebak macet, ya ampun. Apa aku telat?" Di tengah kecanggungan tanpa kata itu, Anni tiba-tiba datang dengan menggandeng Mia. Seketika itu juga lamunan Zeta dan Bima buyar."Lo hampir telat, sini duduk di sebelah Acha sama gue," sahut Sofia.Sontak saja Anni langsung menurut, ia merasakan atmosfer yang tidak enak di sini. Segera ia melangkah melewati Melda, Bima, Zeta, dan juga Angga.'Loh? Kok ada Angga? Bentar-bentar, kok ada cewe pelakor juga?!' tanya Anni di dalam batinnya, ia dapat merasakan kecanggungan di antara mereka semua meski orang-orang itu terlihat mengulas senyum ketika ia datang."Hai, Acha," sapa Mia."Hai ....""Kenapa muka kamu kusut kaya baju belum disetrika?" tanya Mia yang melihat wajah tak bersemangat Acha, tumben-tumbenan Acha terlihat tak bersemangat."Enggak! Mia sok tau!" sahut Acha berdusta. Padahal ia masih sangat terbawa emosi ketika mengingat perkenalan Aziel dengan Kayla tadi."Acha, boleh duduk di kursi sebelahnya dulu sama Mia? Ada
"Angga?" "Masih inget kah? Gue pikir lo udah lupa sama gue," celetuk lelaki bertubuh jangkung itu. Angga menatap lekat Zeta, hingga membuat sang empu mengalihkan pandangannya karena merasa tak nyaman."Lah? Cuma Zeta doang nih, yang lo sapa?" sahut Sofia tiba-tiba. Membuat atensi Angga teralihkan. "Loh? Sofia, kan? Lo di sini juga?" tanya Angga keheranan.Plak!"Duh! Kenapa gue dipukul sih?!""Gue udah dari tadi di sini, Ngga! Lo pikir gue patung pancoran?!" sentak Sofia.Angga menggaruk tengkuknya. "Hehe ... sorry.""Iya deh iya ... cuma Zeta yang paling mencolok di mata lo," sahut Sofia. Sontak Zeta menyenggol lengan Sofia dengan kasar. "Jangan ngomong sembarangan kaya gitu, Sof!" bisik Zeta dengan geram.Tiba-tiba tidak ada lagi yang bersuara, suasananya menjadi sangat canggung. Sampai anak-anak yang akhirnya memecah keheningan orang-orang dewasa itu."Kamu siapa namanya?" tanya seorang anak perempuan yang sedari tadi telapak tangan kecilnya digenggam erat oleh Angga.Aziel yang m
Kini Bima dan Melda tengah menikmati makan siang bersama di sebuah kafe terdekat di kantor mereka. Sesekali Melda mengajak Bima berbincang, meski Bima selalu menjawab singkat dan ala kadarnya, namun Melda tak pantang menyerah.Bima tiba-tiba teringat akan satu hal. "Oh, iya. Besok sekitar jam 10 sampai jam makan siang, kosongkan jadwal saya, ya," pinta Bima tiba-tiba."Memangnya, Mas Bima mau kemana?" tanya Melda penasaran."Aziel akan lomba menyanyi besok, saya sudah berjanji untuk melihatnya. Jangan sampai ada rapat dadakan seperti kemarin-kemarin, loh!" Melda tersenyum. "Tentu, boleh saya juga ikut? Saya ingin melihat Aziel menyanyi juga," sahut Melda dengan nada mendayu."Di sana hanya akan ada banyak anak-anak dan para orang tua, memangnya kau tidak risih?" "Enggak dong, Mas! Saya ini suka anak-anak, apalagi jika itu Aziel. Entah kenapa saya sangat menyukai Aziel," ucap Melda dengan senyuman manisnya."Iya, kan? Anak saya memang selalu membuat orang-orang di sekitarnya merasa t
"Perusak rumah tanggaku? Melda?" Sofia mengangguk dengan serius. "Lo harus hati-hati sama orang itu, dengan terang-terangan di depan gue dia jujur ingin merebut suami lo, Ta! Lo harus cepat-cepat usir wanita itu sebelum dia melakukan hal yang lebih berani lagi," jelas Sofia."Bentar, kamu ketemu dia di mana?" "Lah, lo bahkan ga tau kalo Aziel dijemput sama cewe itu? Dia sih, ngakunya Bima yang nyuruh," ucap Sofia, sontak saja Zeta tertegun mendengar hal itu."Wanita itu yang jemput El?!"Sofia mengangguk mantap. "Waduh, Bima ga ngasih tau hal itu ke elo?"Zeta menggelengkan kepalanya. "Memang benar aku ga bisa jemput El hari ini, dan aku menyuruh suamiku untuk itu. Tapi ... aku ga nyangka, Mas Bima justru menyuruh wanita itu yang menjemput El," tutur Zeta. Ia meremas pangkal bajunya sendiri, hatinya pun merasa kecewa mendengar hal ini.Terlebih Zeta mendengar hal itu dari orang lain, bukan dari Bima secara langsung. Ka
"Eh? Siapa wanita yang bersama anakku dan El? Sepertinya bukan Zeta," monolog Sofia ketika ia melihat putrinya dan putra sahabatnya tengah berbicara dengan seorang wanita.Hanya dengan melihat punggungnya saja, Sofia sudah menebak jika itu bukanlah Zeta. Langsung saja Sofia keluar dari mobilnya untuk memastikan siapa wanita itu.Putrinya yang bernama Acha berlari menghampirinya. "Mama! Tante Jelek itu masa terus maksa-maksa El buat ikut sama dia!"Mendengar hal itu, Sofia menjadi waspada. Sofia pikir wanita itu adalah seorang penculik. Tapi, sesaat ia melihat wanita itu menoleh kearahnya, matanya membulat sempurna.'Bukankah dia wanita yang diceritakan oleh Zeta?!' "Kamu ...."Melda mengernyitkan dahi, ia tak mengenal wanita di depannya ini. Tapi kenapa wanita itu bertingkah seolah sangat mengenali dirinya?"Mama kenal sama Tante jelek itu?" tanya Acha, ia terus menyebut Melda jelek. Ingin sekali rasanya ia mencabik-cabik mulut gadis kecil itu.Melda berdiri dari posisinya saat ini.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments