Reksa segera berjalan cepat menuju pintu yang ada di depannya, dan ia langsung menanyakan perihal calon karyawan yang data dirinya berada di tangannya saat ini.
"Alex, apakah calon karyawan yang bernama Aneta diterima kerja disini?" tanya Reksa ketika pintu ruangannya terbuka sempurna.
"Ini adalah daftar nama karyawan yang baru saja diterima, Pak.'' Alex menyerahkan selembar kertas pada atasannya itu.
"Kenapa Aneta tidak diterima, bukankah disini nilai dan pengalamannya sangat bagus."
"Cepat panggil Aneta kemari, dan langsung suruh bertemu dengan saya,'' imbuh Reksa setengah memaksa.
Alex lalu menelpon bagian HRD, setelah Reksa kembali ke ruangannya.
Alex sangat tidak paham dengan jalan pikiran si bos, ia pikir mungkin sang atasan memiliki hubungan spesial dengan wanita bernama Aneta tadi, tapi sewaktu mengingat penjelasan HRD perihal alasan tidak diterimanya Aneta, ia jadi meragukan pemikirannya itu, karena Aneta bukanlah tipe sang atasan sama sekali, apalagi mengingat kalau Aneta terlambat setengah jam dari jadwal interview.
Dan dilihat dari situ, menunjukkan bahwa Aneta bukanlah wanita disiplin seperti salah satu kriteria wanita idaman Reksa, setahunya…
***
Aneta berjalan menelusuri jalan raya, setelah ia mendapat penolakan dari beberapa perusahaan yang ia datangi untuk mencari pekerjaan, ia melihat sebuah rumah makan yang ramai dan sepertinya membutuhkan tenaga tambahan untuk membantu melayani pelanggan.
Padahal kalau di lihat dari pengalaman kerjanya, sangat besar peluang Aneta di terima di perusahaan besar di negara ini, tapi karena sebagian besar melihat dari penampilan Aneta, maka dari perusahaan yang di datanginya tidak ada yang mau menerimanya.
Aneta melangkahkan kakinya menuju rumah makan itu, ia pikir apapun pekerjannya selama menghasilkan uang, itu sama sekali tidak masalah.
Namun baru akan bertanya pada seorang karyawan yang mungkin di bagian kasir itu, Aneta mendapat telepon dari bibi Ranti.
"Iya Bibi ... ada apa?" tanya Aneta ketika telepon itu terangkat.
"..."
"Apa ... baiklah, aku segera pulang.''
Aneta mencari ojek untuk mengantarkannya pulang sampai ke rumah, ia sampai mengabaikan ponselnya yang berdering berkali-kali.
Sesampainya di rumah, Aneta langsung di sambut oleh tangis seorang anak kecil yang sepertinya berumur enam tahun itu.
Anak kecil itu langsung berhambur memeluk ibunya ketika ia tahu yang datang adalah ibu yang sejak tadi pagi di carinya.
Bibi Ranti pun langsung menceritakan apa yang terjadi setelah tadi pagi mereka bertiga pulang dari rumah sakit.
Ya, tadi pagi Aneta terlambat datang interview karena mengantar Gabriel ke rumah sakit.
Sebenarnya Gabriel di suruh rawat inap atas saran dokter, karena suhu badan anak itu sangat tinggi dan ia mempunyai riwayat kejang ketika mempunyai suhu badan yang terlalu tinggi, namun karena tidak ada biaya, Aneta terpaksa memilih rawat jalan saja.
Dan tadi setelah meminum obat, anak kecil itu langsung tertidur, lalu kesempatan itu ia gunakan untuk Aneta agar bisa pergi interview, dan tak lupa ia menitipkan Gabriel pada Bibi Ranti, satu-satunya tetangga yang bersikap baik pada Aneta dan anaknya.
Dulu ketika Aneta hamil, ia memilih untuk tinggal di Surabaya, karena ia diusir oleh kedua orang tuanya.
Penderitaan Aneta dimulai ketika ia berada di Surabaya.
Disana ia tidak mempunyai siapapun.
Dan para tetangga pun tidak ada yang mau bersosialisasi dengannya, dan siapa yang mau bersosialisasi dengan seorang wanita yang hamil tanpa ada seorang lelaki di sampingnya.
Dan parahnya lagi ketika ia sedang hamil tua, ia diusir dari perkampungan di sana karena ada seorang wanita yang tinggal di kampung itu dan menuduh Aneta menggoda suaminya, padahal suami ibu itulah yang justru menggoda Aneta dan memandang rendah Aneta karena di anggap wanita murahan yang hamil dengan orang yang tidak jelas.
Sejak saat itu Aneta tinggal berpindah-pindah kota, dan ketika Gabriel hampir berumur enam tahun, ia memutuskan untuk kembali menetap di Jakarta, walaupun dulu ia tinggal di perumahan elit, tapi sekarang ia tidak merasa risih tinggal perkampungan kumuh padat penduduk.
Aneta sebenarnya ingin memberi tempat tinggal yang layak untuk Gabriel, tapi untuk sekarang, uangnya belum cukup untuk mencicil sebuah rumah minimalis di daerah sana.
Namun begitu masih ada saja beberapa penduduk di sana yang menganggap Aneta sebagai ancaman, khususnya bagi para ibu-ibu yang merasa iri dengan kecantikan Aneta.
Dan ironisnya anak-anak kecil yang sebenarnya tidak tahu masalah itu pun turut dikaitkan dengan permasalahan orang tuanya.
Seperti tadi pagi ketika Gabriel bangun dari tidurnya, ia berniat mencari ibunya di luar rumah, namun ketika ia sampai di depan rumah, Gabriel justru bertemu dengan teman sekelasnya yang baru pulang sekolah dan mengejek Gabriel kalau ia tidak berangkat sekolah hari ini karena takut dengan tantangan kedua temannya itu untuk membawa seorang ayah karena hari ini di sekolah Gabriel ada acara khusus untuk anak dan ayah.
Biasanya Gabriel tidak pernah menggubris kedua temannya yang sering mengejeknya itu, tapi yang namanya anak kecil sekuat apapun pasti akan goyah juga jika setiap hari selalu disinggung soal ayah, apalagi Gabriel besar tanpa adanya ayah di sampingnya.
Jika dulu Gabriel yang selalu kuat dan selalu menenangkan Aneta, sekarang Aneta yang dibuat kelimpungan oleh tangis Gabriel yang tidak kunjung henti dan tidak mau membuka mulut atas apa yang menjadi alasannya menangis, ia hanya memeluk Aneta erat seakan tidak ingin berpisah sedetikpun.
Aneta terus menenangkan Gabriel, sampai Gabriel tertidur sambil memeluk Aneta karena kelelahan menangis.
Aneta memindahkan Gabriel ke kamar dan menidurkannya di tikar yang berada di kamar mereka, dab setelah itu ia segera keluar dari kamar dan bertanya pada bibi Ranti alasan Gabriel menangis, namun bibi Ranti juga tidak tahu kenapa Gabriel menangis sampai sebegitunya.
"Bagaimana interview hari ini?" tanya bibi Ranti sambil mendudukan diri di tikar di ruang tamu sekaligus ruang keluarga kontrakan Aneta.
Aneta menghela napas sambil menggelengkan kepalanya tanda tidak ada kabar baik untuk hari ini.
Bibi Ranti lalu menguatkan Aneta, ia yakin di luar sana masih ada tempat untuk Aneta bekerja menghidupi dirinya sendiri dan anak semata wayangnya.
Bibi Ranti adalah satu-satunya tetangga yang baik pada Aneta, dia juga seorang janda beranak dua dan semua anaknya sudah menikah dan tinggal di luar kota bersama pasangannya.
Sebenarnya kedua anak bibi Ranti sudah berulang kali mengajak ibunya itu untuk tinggal bersama anak-anaknya di luar kota, tapi bibi Ranti tidak mau meninggalkan rumah yang dibeli oleh hasil jerih payah almarhum suaminya itu begitu saja.
Maka dari itu ia tetap bertahan di sana dan dengan kehadiran Aneta dan Gabriel membuatnya merasa tidak kesepian lagi.
Oleh karena itu, waktu Aneta meminta tolong untuk menjagakan Gabriel, Bibi Ranti dengan senang hati menerimanya, dan tadinya Aneta meminta tolong tidak secara cuma-cuma, melainkan Aneta akan membayar Bibi Ranti karena sudah mau menolongnya, tapi Bibi Ranti dengan tegas menolaknya.
Tanpa diduga, Karina bersama Felli tersenyum manis di depan pintu apartemennya. Sangat menyebalkan, pikir Reksa. Apakah sopan bertamu di jam saat ini? Sungguh sangat mengganggu bagi Reksa."Papa." Felli langsung memeluk Reksa.Dan dengan terpaksa Reksa merubah raut wajah yang tadinya cuek menjadi sedikit lembut, karena walau bagaimanapun Felli adalah anak kecil yang tidak tahu apapun tentang masalah yang saat ini ada."Pa, aku bermimpi sangat buruk. Aku takut, Pa." Felli mengadu dalam pelukan Reksa."Tidak apa-apa, Fell. Itu hanya mimpi.""Kenapa Papa tidak mau tinggal bersamaku. Aku ingin tidur ditemani Papa." Reksa melepas pelukan Felli, mencoba memberi penjelasan pada anak kecil itu."Tidak bisa, Fell. Jaraknya terlalu jauh dari kantor saya. Lagi pula saya banyak pekerjaan untuk saat ini.""Baiklah kalau begitu aku saja yang tinggal bersama Papa disini."Reksa sontak melotot pada Karina. Ia seakan memberi bahasa isyarat. Dan Karina terlihat seperti gugup dan salah tingkah. Namun ak
Bagai bunga layu selama bertahun-tahun yang kemudian disiram air. Hati Gabriel sangat bahagia. Bagaimana tidak? Hal ini adalah hal yang paling di tunggunya. Gabriel adalah anak normal yang menginginkan keluarga lengkap. Namun binar bahagia yang tampak jelas di mata Gabriel kini redup saat Aneta mengatakan hal yang mematahkan mimpinya yang menginginkan sebuah keutuhan dalam hidupnya."Jika memang itu tujuanmu datang kesini, maka pergilah. Gabriel tidak akan pernah menanyakan hal itu padaku. Tolong jangan usik kami lagi." Sungguh kata-kata yang keluar dari mulut Aneta baru saja adalah sebuah kemunafikan. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada di hati dan yang ada di pikirannya.Bukan untuk dirinya, melainkan untuk kebaikan Gabriel nanti. Ia bisa menjamin masa depan Gabriel untuk kedepannya, jika hal itu tentang sebuah materi, entah itu uang jajan maupun uang sekolah, Aneta tetap akan selalu berusaha untuk memenuhinya, walau bagaimanapun caranya.Tapi untuk kasih sayang seorang a
Setelah setengah jam perjalanan Calista berhenti di toko kue, dirinya mengambil dua buah kue blackforest dan menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Kemudian Calista keluar dan masuk kembali kedalam mobilnya. Calista melanjutkan perjalanan dan Reksa masih setia mengikuti mobil Calista dari belakang. Tidak berselang lama, Calista kembali membelokkan mobilnya ke sebuah taman. Reksa sumringah. Ia berpikir pasti Calista kesini karena ingin menemui Gabriel. Karena anak kecil itu sangat suka sekali dengan yang namanya jalan-jalan, walaupun hanya ke taman saja.Tidak lama berselang ada wanita paruh baya menghampiri Calista. Reksa bingung, siapa wanita itu? Tidak banyak orang di Indonesia yang ia kenal. Mereka tampak mengobrol sangat akrab, dan ketika menoleh ke samping, Reksa terkejut, bukankah itu adalah wanita yang kemarin ia temui di alamat yang dikirim oleh Alex.Tapi apa hubungannya Calista dengan wanita itu. Atau jangan-jangan ini hanya permainan Calista saja yang ingin menghambat di
Setelah berhasil membuat Reksa pergi dari halaman rumah Aneta, bibi Ranti mengajak ibu tetangga sebelah itu untuk masuk kedalam rumah, sekedar minum teh sebagai ucapan terimakasih.Ketika ibu itu masuk kedalam rumah, ibu itu mendadak berhenti ketika melihat foto bayi terpampang di depannya ketika akan melangkahkan kaki ke dalam rumah. Menyadari ibu tadi hanya diam saja diambang pintu sambil melihat foto bayinya Gabriel, bibi Ranti menoleh kebelakang lalu memperhatikan kemana arah pandang ibu itu."Dia Gabriel, Bu. Cucuku. Sangat manis bukan? Dia sangat menggemaskan.""Oh ya, lalu dimana ibunya, Bu?""Itu yang bawahnya adalah fo …." Ucapan bibi Ranti terputus waktu tangannya menunjuk foto Aneta yang ternyata tidak ada di atas nakas."Ah, sepertinya foto itu dipindahkan ke dalam kamarnya. Lain kali ku kenalkan pada orangnya saja. Ayo, Bu, silahkan masuk. Ini adalah rumah baru yang dibeli oleh anakku dengan susah payah.walaupun sederhana tapi rumah ini lebih layak dari rumah sebelumnya.
Merasa tidak akan ada pertolongan dari ibunya, Gabriel memilih berdiri sendiri dengan raut wajah yang bisa lah di lipat seperti kardus bekas. Kusut sekali. Gabriel berdiri dan membersihkan tangan dan celananya dari debu bekas tadi dirinya terjatuh.Anak kecil itu memperhatikan wajah ibunya. "Mama tidak apa-apa?"Kekhawatiran mulai ditunjukkan oleh Gabriel. Ia seperti melihat ibunya ketakutan. Berkali-kali dirinya memanggil nama ibunya, tapi ibunya sama sekali tidak merespon. Lalu Gabriel menarik tangan Aneta, dan disitulah Aneta baru tersadar ada Gabriel disampingnya."Mama kenapa?""Tidak apa-apa, Briel. Sepertinya Mama sudah selesai belanja dan sekarang kita bayar dulu di kasir. Ayo, Briel."Aneta langsung menarik tangan Gabriel. Dan tanpa sadar menyeret anak kandungnya itu untuk cepat mengikuti langkah kakinya."Pelan-pelan, Ma. Aku hampir saja terjatuh." Barulah Aneta menoleh kebelakang dan mendapati wajah Gabriel yang meringis menahan sakit. Aneta menunduk untuk memeriksa bagian
Dengan pandangan marah dan kesedihan di wajahnya, Karina menarik tangan Reksa untuk keluar dari ruangan rawat inap putrinya, supaya Felicia tidak bisa mendengar pembicaraan kedua orang dewasa tersebut."Reksa, apa yang kamu lakukan? Apa kamu berniat memberitahukan hal itu pada Felicia? Kamu bukanlah ayah kandungnya dan dia tidak perlu tahu. Hal itu hanya akan membuatnya terus kepikiran lalu akhirnya drop kembali. Aku sungguh tidak ingin hal itu terjadi."Reksa menghela napas mencoba membuat alasan yang tepat supaya Karina mengerti tentang keadaannya, "Tapi aku rasa Felicia perlu tahu kebenarannya."Jawaban Reksa membuat Karina sedikit menahan emosinya. "Apa maksudmu Reksa? Apa kau mulai bosan dengan Felicia? Kenapa baru sekarang kau menunjukkan kalau sebenarnya enggan untuk dimintai pertolongan? Kalau tidak ingin melakukannya kenapa tidak jujur dari awal. Ini sudah setengah jalan Reksa, dan kau mau mundur? Maaf Reksa aku tidak bisa membiarkannya.""Tolong mengertilah, Karina. Aku sen