Share

Veronika

Diaz menanti keputusan Diana, ia berharap istrinya yang dulunya sangat polos dan mempercayai dirinya seperti ia mempercayai Tuhan kini berubah menjadi menyeramkan. Diaz sangat takut dan entah mengapa perubahan sikap Diana semakin membuat Diaz khawatir. Ia tidak suka istrinya melawannya apalagi sampai menjauhinya. Ia tidak mencintainya, Diana hanya wanita yang pantas untuk mendampinginya.

"Kamu itu istri aku. Nggak akan pernah ada yang lain, Di. Bukan sekadar istri-istrian. Kamu percaya 'kan sama aku? Kamu cinta 'kan sama aku, Di?"

Kembali Diaz mencoba untuk menyentuh hati Diana. Dulu sekali setiap kali Diaz sudah menanyakan cinta dan kepercayaan, pipi putih Langsat milik Diana itu pasti akan bersemu merah. Entah Diaz sadar atau tidak, ia sudah memiliki istri yang sempurna akan tetapi ia tidak pernah merasa puas.

"Aku butuh waktu untuk berpikir, Mas," ucap Diana pada akhirnya.

Ada rasa lega dan juga kesal yang menghampiri Diaz. Ia lega karena istrinya itu mau membuka suaranya tetapi ia kesal karena Diana justru meminta waktu. Ia merasa tertolak oleh istrinya sendiri, wanita yang dari tatapan matanya saja sudah terlihat begitu mendambanya. Tapi kini lain, Diana tidak lagi menunduk saat mereka saling bertatapan.

'Entah mengapa aku merindukan wajahnya yang malu-malu dan selalu menundukkan pandangan setiap kali menatapku,' gumam Diaz dalam hati.

"Ya sudah, ambil waktu sesukamu dan aku harus berangkat ke kantor. Jangan kemana-mana ya sayang, tunggu aku pulang. Kita akan makan siang bersama di rumah. Buatkan aku ayam balado dan jika nanti aku tidak sempat datang maka antar saja ke kantor ya," ucap Diaz kemudian ia mengecup puncak kepala Diana dan bergegas merapikan pakaiannya.

Diana tidak merespon apapun, hanya matanya yang terus bergerak memperhatikan apa saja yang dilakukan suami tampannya itu. Sekali lagi Diaz menghampirinya dan mengecup punggung tangannya lalu pria itu berpamitan.

Wajah Diaz terlihat masam ketika ia berjalan ke arah mobilnya dan ketika ia masuk, wajah tampan itu berubah menjadi mengerikan. Diaz menyeringai, ia baru saja mendapatkan sebuah ide yang baginya luar biasa menakjubkan.

Setelah berkendara beberapa menit, Diaz pun sampai di kantor walaupun ini sudah begitu telat. Akan tetapi siapa yang akan menegurnya sedangkan ia sendiri adalah pemilik dari perusahaan ini. Diaz bahkan tidak pernah terlihat ramah di kantor dan seluruh karyawannya sangat takut dan patuh padanya. Dia terkenal sadis namun tangan dinginnya mampu membuat semua karyawannya sejahtera.

"Hubungi perusahaan Prima Wings, rapatnya dimajukan sekarang. Dan kabari saya jika mereka sudah sampai," ucap Diaz pada sekretarisnya.

Sekretarisnya pun langsung melaksanakan perintah atasannya tersebut. Wanita yang lebih tua beberapa tahun dari Diaz ini sangat bisa diandalkan dan satu-satunya wanita terdekat yang tidak pernah Diaz sentuh sebab sekretarisnya ini mengenakan hijab.

Diaz pun masuk ke dalam ruangannya dan ia mulai memeriksa beberapa pekerjaannya. Diaz larut dalam dokumen-dokumen yang harus ia tanda tangani hingga sekretarisnya datang dan mengatakan bahwa hanya ada sekretaris pribadi dari perusahaan Prima Wings yang datang.

Diaz mengangkat sebelah alisnya, ia kemudian memintanya untuk masuk. Mata Diaz menatap lekat pada Veronika — sekretaris yang dimaksud, wanita itu terlihat sangat elegan dengan postur yang bisa dibilang sempurna. Wajahnya cantik dan bodynya yang menggoda.

Veronika berjalan bukan ke arah kursi khusus untuk klien melainkan langsung ke sisi Diaz. Ia tersenyum menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ada apa ini? Mengapa mendadak memajukan rapatnya? Tuan Prima sedang tidak berada di kota ini dan hanya aku yang bisa mewakilinya. Apakah merindukanku sayang?" 

Diaz memejamkan matanya ketika Veronika menyentuh kedua bahunya dengan gerakan dibuat sepelan mungkin agar bisa merangsang kelelakian Diaz. Untuk beberapa saat pria yang suka berpetualang di ranjang panas itu terbuai hingga suara tangis Diana menggema di telinganya.

"Stop dan duduklah layaknya seorang klien. Anda tidak sopan kepada saya dan saya bisa saja memutus hubungan kerja sama ini," ucap Diaz dengan suara yang begitu dingin.

Mata Veronika terbelalak, ia tidak menyangka Diaz akan menolaknya seperti ini. Mereka sudah pernah menghabiskan malam bersama dan bagi Veronika, itu adalah tanda bahwa Diaz menyukainya.

Tangan Veronika terkepal kuat kemudian ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Diaz dan hanya dibatasi meja saja. Ia menurut karena melihat aura menakutkan dari tatapan mata Diaz. Dia masih ingin selamat karena ia pun tahu seperti apa sepak terjang Diaz selama ini. Tampan dan mematikan!

"Apa maksudmu mengirim foto itu kepada istriku?" tanya Diaz to the point.

Veronika tersenyum, ia tahu apa masalah yang membuat Diaz marah padanya. "Oh, itu hanya salah pencet," jawab Veronika yang membuat Diaz berdiri dan langsung menghampiri Veronika. Ia mencekik leher Veronika dengan kuat.

"Berani sekali kamu melakukan itu padaku? Kamu pun tahu hubungan itu hanya sebatas mencari keuntungan saja. Aku mendapatkan perusahaan Prima Wings dan kamu mendapatkan apa yang kamu mau. Apa kamu sudah bosan hidup?" hardik Diaz dengan tangannya yang masih mencekik leher Veronika.

Wanita itu terbatuk-batuk begitu Diaz melepaskan cengkeramannya. Ia tidak berniat membunuhnya, hanya sekadar memberi peringatan dan ia harap Veronika akan jera.

"Aku bisa menjadi istri keduamu. Aku juga bisa menggantikan istri mandulmu itu. Kamu membutuhkan pewaris bukan, aku akan memberikannya untukmu," ucap Veronika.

Diaz tertawa sarkas, ia merasa tingkat kepercayaan diri wanita ini terlalu tinggi. Ia sudah pernah menjelaskan bahwa dirinya hanya melakukan sebatas one night stand saja, tidak melibatkan perasaan dan tidak akan mengingat kembali setelah hari itu. Tapi ternyata Veronika berbeda, dia bermain hati di dalamnya.

"Dia istriku dan tidak akan ada yang bisa menggantikannya. Jangan mimpi!" hardik Diaz dan Veronika merasa tertohok. Ia mengira Diaz tidak mencintai istrinya karena ia pun tahu Diaz sangat suka melakukan hubungan one night stand itu selama ini.

"Aku bisa menghancurkanmu tanpa sisa jika masih berani membuat gaduh dan meracuni pikiran istriku. Ingat Veronika, dalam satu kali kedipan mata saja aku bisa membunuhmu. Jangan pernah bermain-main denganku," ucap Diaz mengancam.

'Kita lihat saja nanti, aku sudah memberikan keperawananku padanya dan aku pikir dia menyukaiku. Lihat Diaz, aku pasti akan menghancurkan rumah tanggamu dan aku akan mendapatkanmu. Kamu akan bertekuk lutut di hadapanku,' ucap Veronika dalam hati.

"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu. Kamu sudah mengambil kesucianku dan aku sekarang tengah mengandung anakmu. Kamu seharusnya bertanggung jawab dan bersyukur karena akhirnya kamu akan mendapatkan seorang pewaris," ucap Veronika yang membuat Diaz terkejut bukan main.

"Ha-mil?"

Praaangggg ....

Suara benda jatuh mengejutkan Diaz dan ia segera berlari ke luar ruangannya dan mendapati rantang yang terjatuh dengan makanan yang sudah berhamburan. Disana ada ayam balado kesukaannya.

"Diana ... gawat!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status