Share

Bab 30: Ibu Sakit

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-28 16:30:45

Galih setengah berlari menuju ruangan bertuliskan IGD di Rumah Sehat Mentari itu. Dia melihat Evan dengan Dea tengah duduk di bangku tunggu. Ayahnya berada di sisi pasangan itu dengan memegang tongkat jalannya.

“Van, gimana keadaan Ibu?” tanya Galih.

“Masih di dalem, Mas. Kita belum boleh masuk karena dokter masih fokus biar Ibu ngelewatin masa kritisnya,” sahut Evan.

Galih berjalan melongok ke kaca ruangan itu, tetapi dia tak bisa melihat apapun. Dia berjalan gontai lalu menyandarkan tubuhnya di sisi ayahnya.

“Gimana ceritanya Ibu bisa tiba-tiba pingsan, Yah?” tanya Galih pada lelaki yang rambutnya mulai berwarna perak di sisinya.

“Tadi lagi cuci baju di kamar mandi, terus Ayah denger teriakan ibu kamu. Pas Ayah ke kamar mandi posisi ibu kamu udah jatuh. Ayah nggak tahu karena tiba-tiba aja ibumu pingsan, dipanggil nggak nyahut,” katanya.

Tak lama kemudian, lelaki berjubah dokter membuka pintu ruang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 85: Badai Baru

    Baru saja Galih meletakkan tas kerjanya di meja ketika ponselnya bergetar kencang. Di layar ponsel tertera nama Ibu dengan huruf kapital dan emotikon bunga melati yang dia tambahkan sendiri.Tangannya segera menggeser tombol di layar, menjawab telepon itu. Dia berdiri dekat jendela kantornya sambil menghela napas pendek.Biasanya, telepon pagi dari ibunya berisi kabar seputar tanaman baru di taman atau cerita tetangga yang memelihara burung mahal. Namun, nada suara ibunya kali ini terdengar berbeda.Lebih serius, seperti memanggilnya untuk menghadiri pertemuan penting. Dan Galih memiliki firasat tak nyaman."Ya, Bu?" sapanya lembut.Matanya sambil menatap pemandangan gedung tinggi yang berbaris rapat di balik jendela kantornya."Nanti malam kamu ada acara, Galih?" tanya suara perempuan setengah baya dari seberang, terdengar tenang. Namun, Galih paham ada maksud lain di balik pertanyaan itu."Malam ini kebetulan free, Bu. Ada apa?""Ibu ada tamu penting. Malam ini kamu ke rumah, ya? Ib

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 84: Malam Penuh Hasrat

    Langit senja mulai memudar di balik jendela mobil saat kendaraan dinas itu melaju di jalan tol yang lengang. Di dalam kabin yang sunyi, hanya suara AC dan lagu lembut dari radio yang terdengar samar.Aster tertidur lelap di bahu Galih. Wajahnya tenang, sesekali menarik napas pelan seperti anak kecil yang baru saja berhenti menangis.Wajahnya terlihat lelah. Riasan wajahnya mulai pudar, rambutnya sedikit berantakan, dan jemari tangannya menggenggam map presentasi yang tadi pagi masih ia baca berulang-ulang.Galih menatap wajah itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Bangga, haru, dan sedikit bersalah.Lelaki tampan itu menggenggam tangan Aster dengan lembut, lalu menunduk dan mengecup punggung tangan itu perlahan. Hanya satu sentuhan hangat yang tidak akan membangunkannya, tetapi cukup untuk menggambarkan perasaannya yang dalam pada Aster.“Kasihan banget sayang aku… capek ya, Neng?” bisiknya lirih, seolah takut mengganggu mimpi kekasihnya itu. “Maaf, ya. Kamu jadi kerja berat kayak g

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 83: Perjalanan Dinas

    Galih melirik ke arah Aster yang duduk di sampingnya, mengenakan kemeja putih polos yang dimasukkan rapi ke dalam celana longgar berwarna krem. Rambutnya diikat rendah, wajahnya tanpa riasan mencolok, tetapi justru itulah yang membuatnya terlihat begitu alami dan memikat di mata Galih. Di antara cahaya lembut kabin pesawat dan suara samar dari pengumuman pramugari, suasana terasa begitu intim, meski mereka sedang berada di antara deretan kursi penumpang lain.Galih tersenyum sambil menyandarkan kepalanya ke sisi kursi, menatap Aster dengan pandangan hangat."Kalau kamu kayak gini terus, aku jadi bayangin gimana cantik dan gantengnya anak-anak kita nanti, sayang," bisiknya, suaranya rendah tetapi penuh kehangatan.Aster spontan menoleh, matanya membulat kecil, lalu menunduk sambil menutupi wajahnya dengan tangan. "Mas Gal, aku malu... Nanti didenger sama penumpang lain, lho," protesnya pelan dengan pipi yang memerah.Galih tertawa kecil, masih menjaga suaranya agar tak mengganggu penum

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 82: Rencana Licik (2)

    Galih menutup laptopnya perlahan. Matanya kini fokus ke wajah Katrina. “Kamu berani nyebut nama Aster, setelah semua drama kamu di kantor ini?”Katrina mendadak terdiam, seperti tak menduga Galih akan langsung menyerang balik.“Aku tahu apa yang kamu lakukan, Katrina. Kamu pikir aku nggak bisa lihat permainan kecil kamu? Dari cara kamu manfaatin pantry, nyebar gosip, sampai ngadu domba tim desain. Termasuk kamu ngunci Aster di kamar mandi, ‘kan?”Katrina terkejut, wajahnya berubah pucat seketika. “Aku... aku nggak—”“Keluar!” potong Galih, suaranya tegas, nyaris tak bisa dibujuk.Katrina berdiri kaku, bibirnya terbuka seakan hendak berkata sesuatu, tapi Galih sudah berdiri dari kursinya. Sorot matanya dingin.“Sekarang!” Dia mengulang kalimatnya, sambil menunjuk ke arah pintu.Katrina akhirnya berbalik, berjalan keluar tanpa kata. Pintu tertutup kembali, menyisakan Galih yang kini berdi

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 81: Rencana Licik (1)

    Aster mengernyit, menurunkan bolpoin yang sedari tadi dia gunakan untuk mencatat. Sorot matanya mencerminkan keraguan ketika Katrina tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan ekspresi netral yang sulit ditebak. Di tangannya, Katrina membawa beberapa lembar dokumen, tapi matanya tak lepas dari wajah Aster.“Kamu dipanggil sama Pak Rein ke ruang rapat belakang, yang dekat gudang itu,” kata Katrina, menyodorkan selembar memo.Aster mengambil memo itu, membaca cepat tulisan tangan yang nyaris tak terbaca. Katrina meneruskan kalimatnya. “Katanya, proyek Aeris Pure.”Aster mengangkat alis. “Beneran?” Suaranya ragu.Katrina mengangguk tanpa senyum. “Iya. Barusan aku yang dipesenin buat kasih tahu kamu.”Aster menatap memo itu sekali lagi, masih dengan keraguan yang terasa menggelayut. “Tapi kenapa Pak Rein nggak langsung chat aku lewat messenger kantor? Biasanya juga gitu.”Katrina mengangkat bahu, pura-pura tak peduli. “Mana aku tahu. Mungkin dia lagi buru-buru. Katanya penting.”Aster meng

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 80: Momen di Ruang Kerja

    Galih merapikan jasnya, menarik napas panjang di depan cermin besar yang menempel di dinding ruang kerjanya. Garis tegas wajahnya tercermin jelas, mata yang menyimpan keyakinan, tetapi juga beban tanggung jawab yang tak ringan.Pikirannya melayang pada Aster. Senyumnya, tawanya, bahkan tatapan jahilnya saat menggoda di tengah rapat. Galih menyentuh dada kirinya, seolah ingin memastikan bahwa tekad yang tumbuh di sana memang nyata adanya."Aku udah mutusin. Cuma tinggal waktu yang belum berpihak," gumamnya lirih.Langkahnya terhenti saat terdengar ketukan halus di pintu.Tok... Tok...“Masuk,” katanya sambil membalik badan.Fariz, manajer sekaligus staf kepercayaannya, muncul dengan wajah tegang. Membawa map tebal yang dipegang erat. “Bos, ada masalah di bagian keuangan,” lapornya cepat. “Ada ketidaksesuaian antara laporan yang dicetak dan data digital di sistem. Selisihnya lumayan besar.”Alis Galih terangkat. “Selisih berapa?”“Kurang lebih dua puluh juta, Bos.”Galih mendesah, mener

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status