Home / Romansa / BABY SITTER MAS GANTENG / PERTEMUAN PERTAMA

Share

PERTEMUAN PERTAMA

Author: Mommy Alkai
last update Last Updated: 2022-11-06 05:20:39

"Ada. Tapi dia belum pernah mengenalkannya sama saya. Kenapa, kamu keberatan?"

"Apa saya harus tetap mengikuti Mas Kenzi kalau dia sedang bersama pacarnya Bu?"

"Hmm ... kalau itu, nanti saya tanyakan sama Kenzi. Tapi diluar itu, kamu setuju kan?"

"Saya coba dulu ya, Bu?" jawabku ragu.

Setelah memperkenalkan diri, Bu Arini meminta Bude untuk mengantarku ke kamar. Ini bisa jadi kesempatanku untuk bertanya banyak sama Bude. 

Kamar yang akan aku tempati, harus melewati dapur. Di sampingnya, ada sebuah pintu menuju lorong. Di ujung sana, berjejer sepuluh kamar ukuran kecil.

"Ini ruangan apa to Bude? Kaya kost-kostan?"

"Kan ART di sini banyak, Dis! Ada tujuh sama security dan tukang kebun. Nambah kamu ya jadi delapan!"

"Tujuh? Banyak amat Bude? Ngapain aja?" Aku melongo enggak percaya.

"Satpam dua gantian, tukang kebun satu, tukang cuci satu, tukang bersih-bersih dua, tukang masak satu. Supir ada dua, tapi ndak tinggal di sini. Nah, kalau Bude mu ini ya tukang masak."

"Oalah ... aku kira Bude yang kerjain semua!"

"Bisa encok Bude, Dis!"

"Lha di sinetron-sinetron, rumah besar begitu ARTnya cuma satu Bude!"

"Itu catlog, Nduk!"

Bude tersenyum setengah nyengir.

"Oya, ini beneran apa, aku harus ngasuh Mas Kenzi?"

"Ya bener!"

"Bude kenapa enggak bilang, kalau yang Disty asuh itu bukan bayi?"

"Kalau bilang, apa kamu mau?"

Benar juga.

"Tapi ini namanya penipuan Bude!"

Aku memicingkan mata sambil membereskan tas yang berisi pakaian ke dalam lemari kecil.

"Inget sepuluh juta perbulan lho, Nduk!"

"Oke, bisa diatur Bude!"

"Nah gitu! Sepuluh persen yo? Gaji Bude aja enggak sebesar kamu!'

Aku tertawa mendengar celoteh Bude. Padahal sejak tadi hati gusar enggak karuan. 

Bersamaan dengan itu, ponsel Bude berdering.

"Ya Bu?"

"..."

"Baik, Bu ..."

"Kenapa Bude?"

"Kamu disuruh istirahat Dis, besok pagi-pagi mulai kerja, nemenin Mas Kenzi main golf."

"Apa? main golf???"

***

Semalaman, aku jadi nggak bisa tidur karena terus kepikiran. Bagaimana sikap bayi besar yang akan kuasuh nanti?

Saat hari menjelang pagi, barulah aku bisa tidur, itu pun hanya sebentar, karena Bude membangunkanku untuk salat subuh.

Baru saja aku melipat mukena, Bude Ning sudah mengetuk pintu kamar untuk memastikan. Saat kupersilahkan untuk masuk, dia malah menyembulkan kepalanya di pintu.

"Sudah siap belum, Dis?"

"Jam segini Bude?" Kulirik jam yang baru menunjukan pukul empat lewat lima belas.

"Lha iyo! Sudah nurut saja. Ingat lho Dis, ini hari pertamamu kerja!" kata Bude memperingatkan.

Aku mengangguk. Bingung juga harus bagaimana sekarang. Masalahnya yang aku urus itu bukan bayi! Dan aku belum bertemu Mas Kenzi sejak semalam!

Aku semakin kebingungan saat tak tau harus pakai baju apa.

Kupilih lagi celana panjang, lengkap dengan tunik berwarna hitam yang sudah kupilih semalam, tapi sejak tadi masih ragu untuk langsung mengenakannya. Seumur-umur, aku belum tahu bagaimana keadaan lapangan golf yang sesungguhnya, kecuali dari drama korea yang pernah aku tonton selama ini.

"Ini sarapan sedikit ya, Nduk!" Bude kembali datang sambil menyodorkan piring berisi roti bakar dan segelas teh manis hangat, lalu meletakkannya di atas nakas.

Bude sepertinya lupa kalau aku yang datang dari kampung ini, takkan cukup hanya sarapan roti bakar saja. Aku yang biasa sarapan nasi sepiring penuh, harus tabah dan ikhlas melihat roti yang ukurannya lebih kecil dari telapak tanganku.

***

Saat akan meletakan piring bekas roti di dapur, di sanalah aku bertemu Mas Kenzi untuk pertama kalinya.

"Ini Mas Kenzi, Nduk! Mas Kenzi, ini Adisty." 

Lelaki itu hanya mengangguk sambil menyunggingkn senyum.

Ternyata dia beneran ganteng! Mataku sampai berbinar-binar melihatnya.

Sayang dah punya pacar!

Apa cerita di drama dan film itu bisa mampir ke kehidupan nyata untuk Disty? Seorang pria kaya yang jatuh cinta pada pembantunya?

Fiuh! Adisty Karenia, kamu jangan mimpi!

Manis, itulah kesan yang ditangkap indera penglihatanku. Namun, karena Mas Kenzi belum mengeluarkan sepatah katapun, aku tidak bisa mengenali dia lebih jauh lagi.

"Bawa ini untuk di mobil ya, Dis!" perintah Bude sambil menyerahkan dua kotak berukuran sedang.

"Apa ini Bude?"

"Yang ini cool bag, isinya minuman Mas Kenzi. Yang ini isinya camilan dia, roti bakar yang kayak kamu makan tadi itu, lho!"

"Buat di lapangan Bude?"

"Bukan. Ini buat di jalan. Kalau di lapangan, ya nanti beli disana!"

Wah, bener-bener seperti ngasuh bocah aku ini, bekalnya banyak banget!

***

Di  dalam mobil, Mas Kenzi langsung memilih duduk di tengah. Sementara Pak Darmo, supir pribadi Mas Kenzi memintaku duduk di depan bersamanya. 

Selama perjalanan, tak ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Hening ... Mas Kenzi terus saja sibuk dengan ponselnya. Sementara Pak Darmo, fokus dengan jalanan.

Tiba-tiba saja pikiranku tertuju pada satu hal. Ya Allah, apa jangan-jangan Mas Kenzi ini bisu?

Mataku membulat karena spekulasi yang ku ciptakan sendiri. Namun, segera kutepis jauh-jauh pikiran itu. Masa iya Bude atau Bu Arini enggak bilang kalau dia bisu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BABY SITTER MAS GANTENG   SIKAP ADI

    Setelah menyalami mereka, aku dan Mas Kenzi langsung kembali ke rumah. Berganti pakaian, lalu mengajak Ibu, Deni dan Dinda jalan-jalan ke Mall.Raut bahagia terpancar dari ketiganya. Apalagi, Mas Kenzi terus menuruti kemauan mereka. Membeli mainan dan perlengkapan sekolah. Juga ponsel baru untuk ketiganya.Rasa bahagia dan sangat bersyukur. Bukan karena materi yang didapatkan, tapi perhatian Mas Kenzi dan Bu Arini.Setelah kepergian Bapak, kami harus terpuruk dan hidup prihatin karena ternyata meninggalkan hutang yang begitu besar. Di tengah keadaan yang menyedihkan, Jaka malah meninggalkan aku untuk menikah dengan wanita lain. Dan kini, melihat Mas Kenzi berada di sini dengan segala kelebihan yang dimilikinya, aku sangat bersyukur."Kapan-kapan, aku sama Dinda boleh ikut ke Jakarta ya, Kak?" celoteh Deni membuyarkan lamunanku."Tentu. Liburan sekolah nanti, jangan lupa ingatkan Mas, untuk jemput kalian, oke?"Dinda dan Deni mengangguk kegirangan.Puas berjalan-jalan, kami kembali seb

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAK KONDANGAN

    "Kalau begitu kenapa nggak pasang AC aja sekalian di rumah kamu?" tanyanya santai sambil berjalan menuju mobil. Segera kutarik tangannya karena dia salah paham."Eh, bukan begitu maksud saya!"Mas Kenzi berhenti sejenak, dia menatapku, lalu berujar."Nggak usah dipikirin. Pokoknya kita kembali ke Semarang sekarang!"Kalau sudah begini, bagaimana cara aku bisa mencegahnya lagi? Dia terus bersikeras memenuhi keinginannya sendiri.Begitu tiba di Semarang, mataku terbelalak melihat perubahan yang begitu kentara pada rumahku. Cat berwarna kuning gading cerah dan sedang dalam proses memasang pagar. Masuk ke dalam rumah, aku semakin terkejut saat mendapati barang-barang di seluruh ruangan sudah berganti dengan furniture baru, bahkan sudah terpasang AC di setiap kamar. "Ini semua untuk apa?" tanyaku pada Mas Kenzi yang langsung diserbu oleh kedua adikku."Saya nggak tahu, mungkin ini kiriman dari Mami?"Kalau melihat wajah Mas Kenzi, sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa. Tapi Bu Arini?

  • BABY SITTER MAS GANTENG   TERIMA LAMARAN

    Berjalan sebentar di sepanjang Malioboro, Mas Kenzi lalu mengajakku makan angkringan di dekat stasiun Tugu. Menurutnya, nasi kucing di sini terkenal enak.Benar saja, begitu kami tiba di sana, tempat makan lesehan itu sudah ramai pengunjung. Membuatku harus duduk berdekatan dengan Mas Kenzi.Sambil menikmati makanan, sesekali aku melirik lelaki tampan di sampingku ini.Benarkah dia dijodohkan sama aku?Kenapa aku masih ragu dan merasa kalau ini seperti mimpi yang tidak akan pernah berubah nyata?Apa Mas Kenzi terpaksa menerima perjodohan ini, atau memang benar-benar menyukaiku?Entahlah ... semakin banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku, semakin pusing juga memikirkannya. Sebagai orang kampung, aku masih nggak yakin bisa mendapatkan keluarga kaya seperti mereka."Makan, jangan lihatin saya terus!" seru Mas Kenzi yang menyadari aktivitasku. Orang-orang yang ada di hadapan kami pun langsung melirik ke arahku. Mereka pasti bisa melihat, kalau wajahku memerah menahan malu.Setelah me

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAKAN NIKAH

    "Saya baru tahu, saat berada di rumah Mbak Kanaya, secara tidak sengaja, saya dengar obrolan mereka tentang pendapatnya mengenai kamu ketika saya sedang ke toilet," jelas Mas Kenzi tenang. Tidak seperti aku yang gemetar, setiap kali mendengar kalimat yang meluncur dari bibirnya."Tapi Mbak Alsha?"Raut wajah Mas Kenzi tiba-tiba saja berubah. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Saya sudah putuskan mengakhiri hubungan sama dia kemarin. Setelah saya sadar, kalau ucapan Mami benar, saya memang hanya membutuhkan kamu untuk terus berada di samping saya. Bukan Alsha, atau siapapun."Jadi Mas Kenzi sudah mengakhiri hubungan dengan Mbak Alsha? Aku paham sekarang, kenapa tatapan Mbak Tania kemarin bisa menyeramkan seperti itu."Apa Bude dan Ibu tahu tentang perjodohan ini?" Aku masih terus saja penasaran."Kamu ini terlalu naif, Disty. Jelas mereka tahu. Papi itu mengenal Bapak kamu karena Bi Ning. Bahkan mereka berdua sempat menjalankan bisnis bersama dan Papi berinvestasi di sana."Ak

  • BABY SITTER MAS GANTENG   PERNYATAAN MENGEJUTKAN

    Jogja pagi ini terasa menyejukkan dengan kabut tipis yang menyelimuti, saat aku memandangnya dari jendela kamar hotel. Suasana sepanjang Malioboro terlihat dari atas hotel bintang lima ini.Aku baru saja selesai mandi dan menunggu perintah Mas Kenzi untuk turun ke bawah. Namun, pesan masuk darinya, malah membuatku berpikir ulang.[Kamu tunggu di hotel saja, saya hanya sampai jam 3 sore. Sarapan dan makan siang di kamar saja, oke? Kamu sudah ngerti 'kan cara pesannya? Jangan kemana-mana, saya nggak mau kamu nyasar!] Begitu tulisnya dalam pesan.Aku menatap layar ponsel sambil terus berpikir. Kalau Mas Kenzi pergi sendiri, kenapa harus mengajak aku ke sini? Kenapa dia tidak menjemputku sekembalinya dari Jogja saja? Berbagai pertanyaan terus berputar-putar di kepalaku. Seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang janggal di sini. Tapi, buru-buru kutepis semua perasaan itu. Namanya juga hanya bekerja. Aku bisa apa selain menerimanya?Malam harinya, Mas Kenzi memintaku ke luar dari kamar hot

  • BABY SITTER MAS GANTENG   KEDATANGAN MAS KENZI

    Aku terperanjat begitu melihat Mas Kenzi sudah berdiri di ambang pintu. Di sampingnya, ada Pak Darmo yang ikut menemani."Silahkan masuk. Begini adanya rumah saya Mas Kenzi, Pak Darmo ...," kataku sambil menunduk. Malu rasanya menyambut kedatangan mereka, saat aku masih mengenakkan celana selutut dan kaos butut favoritku jika berada di rumah.Benar saja, Mas Kenzi menatapku penuh kasihan. Apa dengan penampilan begini aku terlihat menyedihkan? Padahal ... ini adalah kostum ternyaman yang tidak mungkin aku gunakan saat berada di rumah Bu Arini."Ibu buatkan minum dulu ya. Pasti capek jauh-jauh dari Jakarta," kata Ibu sambil berlalu.Tadinya aku ingin menahan Ibu. Saat aku mengingat, kalau di dalam mobil Mas Kenzi, sudah tersedia berbagai makanan dan minuman. Apa dia akan mau kalau disuguhi segelas teh manis yang biasa disajikan kalau kami kedatangan tamu?Begitu Ibu pergi, Pak Darmo ikutan keluar. Mau cari angin, katanya. Ada-ada saja dia, angin dicari, giliran masuk angin nanti susah-s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status