Share

BALADA JANJI SUCI KIARA
BALADA JANJI SUCI KIARA
Penulis: Dellya Ang

BAB 3: Awal Yang Baru

Malam semakin larut, Kiara masih bangun demi menjaga suaminya yang sakit. Amelia sudah tertidur pulas di samping ayahnya. Kiara menyandarkan kepalanya pada dinding, lalu tiba-tiba suara Dirga mengejutkannya.

"Kia... ," panggil Dirga pelan.

"Iya, Mas. Apa yang sakit," tanya Kiara sambil mengusap kepala suaminya.

"Maaf… ," ucap Dirga lirih. Kiara tersenyum lembut dan mengangguk.

"Apa yang sakit?" Kiara mengulangi pertanyaannya.

Dirga menyentuh dadanya. Dengan pelan Kiara meraba dada Dirga, tidak ada memar di sana.

"Tapi tidak ada memar, Mas." tambah Kiara.

"Hati…," Suara Dirga pelan. Kiara diam.

"Maafkan aku selama ini belum bisa jadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan Amel," ucap Dirga.

Mata Kiara berkaca-kaca mendengar ucapan suaminya.

"Aku janji akan berubah. Memperlakukanmu dengan baik dan tidak berjudi lagi," tambah Dirga. "Aku akan membahagiakan kamu dan Amel." Dirga berkata dengan suara yang serak.

"Iya, Mas. Aku maafkan kamu. Sekarang kita mulai kehidupan yang lebih baik lagi, untuk kebahagiaan semua," ucap Kiara sambil menyeka air matanya.

Dirga mengangguk, meraih Kiara kedalam pelukannya. Kiara merasa bahagia.

Tuhan tahu kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan doa hamba-hambanya. Kesabaran Kiara membuahkan hasil. Sangat mudah bagi Tuhan membolak-balikkan hati hambanya. Pengeroyokan yang dialami Dirga membuatnya sadar, bahwa tidak seharusnya dia terlena dalam dunia judi. Anak dan istrinya perlu rezeki yang halal dan berkah.

Langit cerah menghiasi kota. Pagi-pagi Dirga sudah rapi dengan kemeja marun dan setelan celana hitam.

"Mau kemana, Mas?" tanya Kiara yang melihat suaminya rapi.

"Aku mau coba melamar pekerjaan," ucapnya dengan senyum.

"Serius, Mas?" tanya Kiara nyaris tak percaya.

"Iya… Temanku baru saja buka cabang untuk showroom-nya dan dia butuh tenaga akunting. Aku mau coba melamar ke sana," jelas Dirga.

"Gini-gini aku sarjana akuntasi, lho," ucapnya sambil memegang kerah baju, persis seperti adegan di sinetron.

Kiara tertawa melihat tingkah suaminya, "iya, aku tahu. Semoga berhasil ya, Mas."

Dirga mengecup kening Kiara setelah sang istri mencium punggung tangannya.

Lelaki tinggi itu memasuki ruangan yang diinstruksikan oleh pegawai di sana. Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya Dirga diterima di perusahaan tersebut. Itu memang showroom temannya tapi dia tetap menjalankan proses seperti pelamar lainnya, tidak ada nepotisme.

Hari-hari Kiara mulai cerah. Dirga sudah mendapat pekerjaan, Kiara pun sudah tidak lagi menjadi buruh cuci dan setrika, pekerjaan yang dulu dia lakukan ketika tidak ada project edit vidio.

Amelia tumbuh besar dalam pelukan ibu yang bahagia, tidak lagi tertekan oleh kebiasaan suami. Asri dan Nadia masih belum berubah, terkadang masih memojokkan Kiara untuk hal yang sepele. Dalam mendidik Amelia, misalnya. Tak jarang Asri memarahi Kiara karena tidak mengikuti keinginan Amel.

Pernah pada suatu waktu, Kiara, Asri, Nadia dan Amel berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Amel meminta sebuah boneka beruang, tapi Kiara tidak membelikannya. Asri memarahi Kiara di tengah keramaian orang.

"Amel harus tahu apa yang benar-benar dibutuhkan atau sekadar diinginkan, Ma," ucap Kiara menjelaskan.

"Dia masih kecil untuk mengerti itu," bantah Asri.

"Justru karena masih kecil, dia harus dibiasakan sejak dini," jawab Kiara sopan.

Asri mendengus kesal, tetap memahari Kiara meski banyak mata memperhatikan mereka.

Di mata Asri semua yang dilakukan Kiara selalu salah. Bahkan ketika Kiara mengirimi makanan pun tetap dianggap salah. Asri selalu menuntut Kiara untuk memenuhi semua ekspektasinya, yang Kiara sendiri tidak tahu apa ekspetasi sang mertua padanya. Kiara terus bersikap baik, meski selalu dimarahi.

"Kamu itu seharusnya juga punya penghasilan, Kia. Meskipun sekarang Dirga sudah bekerja," ujar Asri.

Kiara mengangguk, tidak ingin berdebat. Asri melupakan perjuangan Kiara yang rela menjadi buruh cuci ketika Dirga menganggur. Asri juga lupa akan kesabaran Kiara yang bertahan dengan Dirga yang penjudi. Asri tidak pernah melihat perjuangan Kiara, dia begitu membenci sang menantu.

***

Amelia sudah memasuki usia sekolah. Dirga selalu menyempatkan mengantar Amel ke sekolah. Dirga pun selalu memenuhi kebutuhan Amel, dia ingin menebus kesalahannya yang selama ini mengabaikan keluarga.

Kebahagiaan semakin bertambah lagi, Kiara mendapat tawaran untuk siaran di sebuah aplikasi. Semua berdasarkan rekomendasi sahabatnya. Kiara bisa bekerja, menghasilkan uang tanpa harus keluar rumah. Tugas Kiara sederhana, dia hanya menjadi konselor bagi orang yang membutuhkan konseling. Aplikasi yang didominasi oleh anak-anak muda tentu dengan persoalan tak jauh dari kisah cinta.

Kiara mendapatkan tempat di sana. Dengan latar belakang penyiar dan ilmu psikologi yang dia dapat dari membaca buku, mampu membuat penggunaan aplikasi tersebut menjadi followersnya. Tak jarang Kiara harus siaran hingga tengah malam karena banyaknya permintaan konseling. Dirga pun tidak mempermasalahkannya selama Kiara tahu kapasitasnya. Semakin banyak jam siaran, semakin banyak pula pundi-pundi yang didapat Kiara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status