Share

23

"Ada apa, Mas?" Aku memandang Mas Zain yang terus mematung di ambang pintu dengan tak nyaman. Caca menggelendot memeluk lenganku. Kuusap rambutnya.

"Hanya mau memberi tahu, nanti malam, temanku ingin aku mengajakmu nonton layar tancap."

"Iya. Tadi kan, Mas sudah bilang."

Dengan sedikit salah tingkah, ia membalikkan badan. Kepergiannya membuatku bernapas lega. Orang itu, selalu saja membuatku tegang.

"Bunda." Caca mendongak.

Kuusap rambutnya."Iya, Sayang?"

"Lihat Om Zain, aku jadi semakin kangen sama ayah. Kapan kita pulang, Bun?" Matanya menatap penuh harap.

Seperti diremas jantungku mendengar penuturan Caca. Terlihat sekali bahwa ia begitu merindukan ayahnya. Kupeluk ia erat Caca lalu mencium ubun-ubunnya.

"Besok kita ketemu ayah ya, Bun?"

Kugigit bibir kuat menahan dorongan untuk menangis. Bukan kamu saja yang kangen, Nak, tapi bunda juga. Tapi, hati bunda masih sangat sakit dan belum siap untuk bertemu ayahmu. Mungkin nanti. Alih-alih mengangguk untuk membuat Caca senang, aku memil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status