Share

22

Aku terbatuk-batuk dan muntah saat Mas Zain menekan-nekan dadaku cukup kuat. Aku beranjak duduk sambil terus berusaha memuntahkan air yang tersisa. Sungguh rasa airnya begitu memuakkan, membuat perut terus mengencang lalu mengendur ingin terus mengeluarkan isi perut. Pandanganku yang tadi mengabur juga kepala pening kini agak membaik.

"Makasih, Mas, sludah nolong aku." Aku berkata tanpa menatapnya. Tanganku menyilang di dada karena merasa tak nyaman. Bayangkan saja baju basah mengikuti lekuk tubuh, tak ada benda apa pun untuk menutupi.

Mas Zain hanya diam. Aku berpaling darinya karena begitu malu. Tanganku menekan-nekan punggung Caca tapi bocah ini sama sekali tak mau bangun.

Pelan, Mas Zain melajukan perahu kembali ke rumah. Rasanya, perjalanan ini jauh lebih lama timbang sebelumnya padahal tetap melewati sungai yang sama. Aku bersidekap untuk menghalau dingin. Begitu sampai, ia segera menambatkan perahu.

Dengan satu tangan menggendong Caca di pundaknya, Mas Zain mengulurkan tang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status