****"Mariah, kamukah itu?" Dinda mengernyitkan keningnya, melihat Mariah yang berdiri di depannya, jelas banyak berubah dengan Mariah yang di kenalnya selama ini."Iya, ini aku, Mbak!" ucap Mariah sambil tersenyum.Dinda terdiam. Ia khawatir Mariah akan melakukan hal yang membahayakannya seperti dulu."Mbak jangan takut, aku sengaja datang ke sini untuk meminta maaf sama Mbak Dinda!" ucapnya lagi.Dinda masih bergeming. Mariah menurunkan anak kecil itu dari gendongannya hingga anak itu duduk beralaskan rumput taman. Kemudian Mariah menurunkan tubuhnya sampai berjongkok. Tidak sampai di situ, Mariah seperti hendak bersujud tepat di kakipermpuan yang dulu telah di sakitinya."Mar, Bangun, Mar! Kamu mau ngapain, Mar?" teriak Dinda. Ia mundur beberapa langkah demi menghindari Mariah yang masih bersimpuh."Mbak Dinda, Maafkan aku! Aku memang salah sudah merebu
Ayo, subscribe dulu dan jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya, ya!Selamat membaca, sayang!****[Mas jangan lupa, segera tranfer uang lima juta ke nomor rekening Adek, ya!]Dinda membaca pesan itu berkali-kali. Sejak kapan Helmi punya Adik? Yang ia tahu Helmi itu anak bungsu, dari dua bersaudara.Ketika Helmi sedang mandi, Dinda berhasil menyadap aplikasi w******p suaminya. Berkat bantuan sahabatnya, Vio. Ia yang menyarankan Dinda untuk melakukan itu, ketika suami dirasa mencurigakan gerak-geriknya."Vio, aku wajib curiga gak, sih? Kalau suamiku tiba-tiba aneh?" tanya Dinda, beberapa waktu lalu."Aneh gimana, sih, Din?" Vio malah balik bertanya."Suka senyum-senyum sendiri sambil mainin ponsel, atau saat menjawab panggilan telepon dia akan berusaha menjauh dariku, bergaya ala anak muda, pokoknya mencurigakan gitu, lah," jawab Dinda. Sebenarnya ia malas mendeskripsikan semuanya."Hati-hati loh, jangan-jangan suamimu puber kedua!" celoteh Vio sambil tertawa puas."Jangan nakut-nakuti
Pastikan dirimu sudah subscribe , ya!Selamat membaca!****'Terus saja kamu berpura-pura, Mas. Sampai kamu ketahuan berkhianat dariku, akan kubuat kamu menyesal seumur hidupmu.'****Jam dinding hampir menunjukkan pukul 22:00 malam, tapi Helmi masih saja anteng dengan ponselnya, entah apa yang sedang ia lihat hingga membuatnya senyum-senyum sendiri.Dinda mengambil ponselnya di atas nakas, mengecek hasil bajakan aplikasi whatsappnya tapi kosong.'Mas Helmi sedang apa sebenarnya?' Dadanya bergejolak, penasaran dengan apa yang sedang dilakukan suaminya."Dinda, belum tidur?" tanya Helmi tanpa menoleh, tatapannya masih fokus pada layar ponsel yang menyala."Belum, Mas. Nggak tau kenapa Aku susah tidur, Mas sendiri lagi ngapain jam segini belum tidur? Bukannya besok ada acara di Jakarta?" tanya Dinda berapi-api."Belum ngantuk, tadi aku ngopi di kantin. Jadinya nggak ngantuk gini," kilah Helmi beralasan."Ya sudah, Dinda temani, ya!" tawar Dinda. Ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat den
Yang belum subscribe, bisa tolong subscribe dulu ya, biar sama-sama semangat.Selamat membaca!****"Mau kemana sepagi ini?" tanya Mas Helmi ketika melihat Dinda telah cantik dan berpakaian rapi."Ke toko, Mas." Dinda menjawab singkat."Untuk apa? Lagipula, toko baik-baik saja dan tak ada masalah. Kamu di rumah, biar Mas saja yang handle semuanya!" sahut Helmi lagi tak suka."Emh, kamu, kan sering bolak-balik Jakarta, apalagi kamu sering menginap di sana. Yang di Bandung biar aku saja yang handle. Lagipula, aku harus tahu betul model apa yang sedang trandy sekarang ini." Dinda beralasan.'Tentu saja aku harus bermain cantik untuk menghempaskan benalu sepertimu, Mas!'"Kan, ada Hana. Dia bisa menangani semuanya, Dinda!" Dalih Helmi terdengar mulai sewot."Mas, Hana itu hanya kerja dan dia di bayar untuk itu! Apa salahnya aku sebagai istri dari pemilik toko ingin ikut serta dalam membesarkan toko kita?" ucap Dinda. Kali ini dengan intonasi tinggi karena berpura-pura baik di depan orang y
Balasan untuk Suamiku 4Untuk Kamu yang belum subscribe, ayo subscribe dulu!Selamat membaca.****"Non, ada telepon dari Non Vio," ucap Mbak Sri.Mbak Sri adalah ART di rumah Dinda. Ia sudah bekerja lama dan pekerjaannya cukup memuaskan."Makasih, Mbak Sri," sahut Dinda. Mungkin, karena ponsel Dinda yang raib di ambil jamret itu sudah tak aktif. Makanya, Vio menghubunginya via telepon rumah."Ya, Vi, ada apa?" tanya Dinda santai."Kenapa sulit banget di hubungi, sih, Din? Dari semalam aku chat kamu berulang-ulang tapi nggak aktif terus. Ponselmu rusak?" cecarnya dari seberang telepon."Ponselku kena jamret, Vi. Aku belum sempat cari gantinya, mungkin nanti sore," sahut Dinda masih santai."Pantas. Aku ke rumah kamu sekarang, ada yang mesti aku tunjukin sama kamu!" Tut.Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Vio tanpa pamit, malah di akhir percakapan seperti ada kata penekanan, kalau dia punya sesuatu yang sangat penting untuk Dinda.'Hm, Vio itu memang begitu. Selain grasa-grusu,
Balasan Untuk Suamiku 5Mulut Netizen****"Bunda, kapan Mas Adam pulang?" tanya Alif dengan wajah polosnya."Kenapa Alif nanyain Mas Adam? Kangen, Nak?" tanya Dinda. Ia membingkai wajah mungil putra keduanya, lalu mengecup keningnya dengan lembut."Iya, Alif kangen Mas Adam. Di rumah sepi, bukan cuma Ayah aja yang sibuk tapi Bunda juga!" Alif menjawab dengan penuh penekanan.Hm, mungkin Alif sudah merasakan dampak dari masalah orang tuanya yang sudah berada di ujung tanduk. Semenjak Dinda mengusir Helmi, ia tak pernah pulang lagi ke rumah ini. Mungkin tinggal di rumah gundik kesayangannya!Pagi itu, Dinda kedatangan Umi, Bang Diki juga adik perempuannya, Disha. Mereka menanyakan tentang kebenaran video yang tengah viral itu."Iya, Umi itu mas Helmi. Do'akan aku, agar kuat melewati ini semua!" ucap Dinda sambil tertunduk sedih.Hanya itu yang mampu Dinda ucapkan pada Umi, dan keluarganya."Yang sabar, Dinda, kami semua pasti mendo'akan untuk kebaikanmu. Bagaimana Alif dan Adam, apa mer
****"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Umi ketika mereka berkumpul di ruang keluarga."Aku baik-baik saja, Mi," jawab Dinda. Ia mencoba tersenyum semanis mungkin di depan Umi, wanita terhebatnya."Maaf, Umi tak bisa berlama-lama di sini, kasihan Abi di rumah sendirian. Mungkin Disha, sementara waktu akan tinggal di sini, untuk menemani kamu dan Alif." Sambil mengusap punggung putrinya, Umi berkata dengan lembut."Iya, Umi.""Tenang, Kak. Disha akan jagain Kak Dinda dari orang-orang jahat!" sahut Disha sambil cengengesan."Jagain Kakak kamu dan Alif dengan baik, ya, Dis!" pesan Umi lagi. 'Sekhawatir itukan Umi padaku? Berasa masih di perlakukan seperti anak kecil, nyatanya sekarang usiaku sudah masuk di angka 37. Ah, Umi I Love You!'****Sepeninggalnya Umi, Dinda masih duduk di ruang keluarga. Menyandarkan kepalanya di kepala kursi, tatapannya menatap kosong ke luar jendela. video berdurasi beberapa menit itu menyisakan luka dan kehampaan dalam jiwanya.Suara bel pintu menyadarkan lam
****"Pak, boleh izin keluar sebentar nggak? Sepupuku minta di antar ke toko sebelah," ucap Hana, karyawan terbaik Helmi .Helmi menatap perempuan muda berambut pendek yang berdiri di samping Hana, sampai-sampai jiwa mudanya meronta-ronta kerena terpesona."Pak, boleh nggak?" desak Hana lagi. Lamunannya buyar seketika padahal sudah traveling kemana-mana."Oh, iya. Jangan lama-lama, Han!" jawab Helmi dengan gugup.Ketika hendak pulang, Helmi melihat gadis itu berjalan sendirian di area parkiran. Entah bagai mana ceritanya, ia yang sedang mengemudi refleks berhenti ketika gadis itu tepat di samping mobilnya."Kamu sepupunya Hana, kan? Ayo masuk!" ucap Helmi tanpa malu-malu."Ta-tapi ..." Gadis itu kebingungan."Ayo, masuk dulu saja!" bujuk Helmi dengan lembut.Akhirnya, gadis itu pun masuk dengan malu-malu. "Jangan takut, aku hanya akan mengantarmu saja! Namanya siapa?" tanya Helmi kemudian."Ma-Mariah, Andara Mariah." Ia menjawab gugup."Mariah, kemana tujuanmu?" tanya Helmi lagi. Enta