Beranda / Rumah Tangga / BALASAN UNTUK SUAMIKU / Pesan Yang Mengganggu

Share

BALASAN UNTUK SUAMIKU
BALASAN UNTUK SUAMIKU
Penulis: Tyarasani

Pesan Yang Mengganggu

Penulis: Tyarasani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-16 03:46:28

Ayo, subscribe dulu dan jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya, ya!

Selamat membaca, sayang!

****

[Mas jangan lupa, segera tranfer uang lima juta ke nomor rekening Adek, ya!]

Dinda membaca pesan itu berkali-kali. Sejak kapan Helmi punya Adik? Yang ia tahu Helmi itu anak bungsu, dari dua bersaudara.

Ketika Helmi sedang mandi, Dinda berhasil menyadap aplikasi w******p suaminya. Berkat bantuan sahabatnya, Vio. Ia yang menyarankan Dinda untuk melakukan itu, ketika suami dirasa mencurigakan gerak-geriknya.

"Vio, aku wajib curiga gak, sih? Kalau suamiku tiba-tiba aneh?" tanya Dinda, beberapa waktu lalu.

"Aneh gimana, sih, Din?" Vio malah balik bertanya.

"Suka senyum-senyum sendiri sambil mainin ponsel, atau saat menjawab panggilan telepon dia akan berusaha menjauh dariku, bergaya ala anak muda, pokoknya mencurigakan gitu, lah," jawab Dinda. Sebenarnya ia malas mendeskripsikan semuanya.

"Hati-hati loh, jangan-jangan suamimu puber kedua!" celoteh Vio sambil tertawa puas.

"Jangan nakut-nakutin, dong, Vi!" 

"Usia berapa suamimu sekarang, Dinda?" tanya Vio lagi.

"Empat puluh lima."

"Tuh!" sahut Vio, telunjuknya tepat di depan wajah Dinda.

"Tuh, apaan?" Vio sukses membuat Dinda penasaran dengan ucapannya yang tak jelas dan terkesan menggantung.

"Biasanya laki-laki itu akan mengalami masa puber kedua diusia segituan, tapi tenang aku tahu cara membajak aplikasi whatsappnya. Nanti kuajarkan, ya!" ucap Vio.

Lagi-lagi membuat Dinda meriang di siang hari begini. Ia segera mengambil minumannya untuk sekadar mendinginkan tenggorokkan yang berasa panas akibat mendengar ucapan sahabatnya itu.

'Apa ia, suamiku sedang jatuh cinta lagi?' batin Dinda.

****

Namanya Adinda Putri syakira dan suaminya, bernama Helmi Aditya. Mereka terbilang pasangan yang jarang sekali bertengkar, meskipun Helmi orangnya dingin dan jauh dari kata romantis. Namun tak masalah, selama dia tak selingkuh dan berpaling ke hati yang lain.

Usia Dinda lebih muda delapan tahun dari Helmi. namun, ia masih terlihat fresh karena rutin melakukan senam zumba bersama teman-teman sosialitanya. Lumayan, olahraga itu mampu menguras lemak yang bersarang indah di perutnya.

Dinda telah memiliki dua anak lelaki, yaitu Adam dan Alif. Adam berusia dua belas tahun, dan sedang menempuh pendidikannya di sebuah pesantren ternama di kota ini. Sedangkan si Alif baru genap lima tahun, bulan ini.

Tak ada angin tak ada hujan, Helmi sedikit demi sedikit memperlihatkan perubahannya. Ia akan marah jika Mbak Sri menyetrika bajunya kurang rapi atau Mbak Sri lupa menyemir sepatunya. 

Ia akan mendatangi toko-toko milik kami setiap hari dengan gaya nyentriknya, serta parfum yang baunya sembriwing. Terkadang, membuat istrinya langsung pusing tujuh keliling saat mencium baunya, meski dari jarak dua meter sekalipun.

Pernah, waktu itu dia berdandan ala anak muda. Memakai kaus berbahan rajut dan bertangan panjang warna hitam, jeans yang super ketat dan dipadukan dengan sepatu sport. Ya Allah, Dinda terkekeh melihat perutnya yang terpampang nyata buncitnya. Namun, setelahnya ia ketakutan sendiri kenapa suaminya jadi bertingkah demikian?

Dengan ragu Dinda mengikutinya. supaya Helmi tak curiga Ia sengaja memakai taksi online. Tak lupa ia mengenakan masker dan kacamata hitam serta jilbab yang lebar agar Helmi tak mengenalinya.

Tidak ada yang mencurigakan, ia benar-benar datang ke toko, melakukan rutinitas seperti biasanya. Memeriksa laporan penjualan dan menyapa beberapa karyawan perempuan yang berusia muda. Tentunya, mereka cantik dan menarik.

"Mas, anak-anak SPG disuruh berhijab saja," saran Dinda waktu itu.

"Buat apa? Biarlah mereka begitu agar menarik minat pembeli. Menurut Mas cara berpakaian mereka masih sopan-sopan, Kok."

"Lalu kenapa Mas meminta aku berpakaian yang longgar-longgar?" tanya Dinda memancingnya.

"Kamu istri Mas , jelas cuma Mas yang bisa menikmati indahnya lekuk tubuhmu," kilah Helmi beralasan.

Dinda hanya bisa menghela napas dengan kasar, mendengar jawaban yang menyiratkan keegoisan. namun, Dinda tak bisa memaksakan kemauannya untuk di turuti oleh Helmi. Karena bagaimana pun yang berkuasa di bagian pemasaran adalah Helmi. Sedangkan Dinda hanya berperan dibalik layar. 

Dinda bertanggung jawab di bagian produksi. Ia sekaligus merangkap sebagai perancang busana yang sedang di gandrungi anak muda jaman now dan memilih bahan-bahan yang nyaman saat dipakai. Namun, untuk bagian penggajian Dinda serahkan pada orang keparcayaannya, jadi setiap pemasukan dan pengeluaran tentu melalui pengecekan Dinda terlebih dahulu.

Untuk sampai dititik ini tidak semudah membalikan telapak tangan pemirsa, waktu itu Dinda dan Helmi merangkak dulu dari bawah. 

Dulu, pertama kali toko ini berdiri, Dinda pernah menjadi kasir. Padahal, waktu itu ia sudah menyelesaikan pendidikannya menjadi sarjana akuntan, tetapi entah kenapa ia tak berminat mencari pekerjaan yang menjanjikan gaji besar, malah senang berjibaku dengan pekerjaan dan sekaligus hobinya sejak dulu.

Orang tuanya memberikan modal yang cukup besar untuk bisnis yang sedang ia geluti, mereka menggantungkan harapan besar pada Dinda. Setelah kakaknya gagal berbisnis dibidang ini.

"Dinda, di Bandung toko kita sudah ada enam dan sudah berjalan dengan baik. Mas rencananya ingin membuka cabang di Jakarta, di Pasar Abang 'kan pusat grosir, Mas rasa keuntungannya akan jauh lebih besar. Apalagi barang kita barang produksi, pasti laku keras, tuh!" ujar Helmi setahun yang lalu.

Dinda menyetujuinya, Ia menggelontorkan dana yang lebih besar untuk membuka cabang di sana, tiga toko sekaligus. Beberapa kali ia menemukan ada pengeluaran yang tak singkron, tetapi Helmi bilang biaya renovasi di sana lebih mahal jika dibandingkan di kota Bandung. 

Untuk karyawan awal, mereka sengaja memutasikan karyawan lama dari Bandung, dengan iming-iming tinggal di rusun, biaya mudik di tanggung perusahaan, dan gaji dua kali lipat. Dinda cukup paham di sana biaya hidup pun akan jauh lebih mahal dibandingkan di kota ini, dan itu yang membuat karyawan betah bekerja dengan mereka.

Sejak membuka cabang di Jakarta, Helmi kadang harus menginap di sana barang dua atau tiga hari, dengan alasan memantau kerja para karyawan. Dinda tak keberatan soal itu, lagipula pernikahan mereka sudah berjalan hampir lima belas tahun, rasanya tak akan mungkin Helmi akan berpaling darinya!

Kepercayaan demi kepercayaan untuk Helmi terus Dinda pupuk, hingga ia merasa begitu sangat percaya padanya. Ia menjadi perempuan yang terlalu naif tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada Helmi akhir-akhir ini.

'Apa Mas Helmi benar-benar berhianat dariku? Apa kurangku? Aku cantik, meski tak muda lagi. Pelayananku di atas ranjang juga tidak monoton, berkali-kali aku mendapatkan pujian darinya, katanya aku sangat memuaskan.' 

 Dinda seperti bermonolong. 

"Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Helmi.

Dinda hampir berhenti bernapas mendengar pertanyaan Helmi, sejak kapan ia memanggilnya dengan kata sayang? Ia tak seromantis itu!

"Eh, anu ... Mas, aku sedang kepikiran Alif." Dinda gugup karena sebenarnya pikiran Dinda sedang travelling ke pesan tadi. 

"Alif kenapa, Din?" tanya Helmi, terdengar panik. Seketika ia menghentikan aktivitasnya dari ponsel yang akhir-akhir ini terlihat selayu bergelayut manja di tangannya.

"Minta jalan-jalan, Mas, tapi bareng kamu!" Dinda terpaksa kembali berbohong.

"Nanti kita atur waktunya, ya!" 

"Oke, Mas."

'Terus saja kamu berpura-pura, Mas, sampai kamu ketahuan berkhianat dariku akan kubuat kamu menyesal seumur hidupmu!'

_______________

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
ℹ️®️🅰️
Ngapain lu cape 2 melayani mertua lu, cm segitu nyali lu jd menantu, diinjak2 mau aja
goodnovel comment avatar
Agus Coker
dari Semua Novel / Cerbung yg saya baca , kenapa yg sering mengawali Perselingkuhan Laki laki ... .........
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
woowww apa iyaa Helmi selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Hijrah

    ****"Mariah, kamukah itu?" Dinda mengernyitkan keningnya, melihat Mariah yang berdiri di depannya, jelas banyak berubah dengan Mariah yang di kenalnya selama ini."Iya, ini aku, Mbak!" ucap Mariah sambil tersenyum.Dinda terdiam. Ia khawatir Mariah akan melakukan hal yang membahayakannya seperti dulu."Mbak jangan takut, aku sengaja datang ke sini untuk meminta maaf sama Mbak Dinda!" ucapnya lagi.Dinda masih bergeming. Mariah menurunkan anak kecil itu dari gendongannya hingga anak itu duduk beralaskan rumput taman. Kemudian Mariah menurunkan tubuhnya sampai berjongkok. Tidak sampai di situ, Mariah seperti hendak bersujud tepat di kakipermpuan yang dulu telah di sakitinya."Mar, Bangun, Mar! Kamu  mau ngapain, Mar?" teriak Dinda. Ia mundur beberapa langkah demi menghindari Mariah yang masih bersimpuh."Mbak Dinda, Maafkan aku! Aku memang salah sudah merebu

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Akhir Yang Bahagia Untuk Dinda

    ****"Dua minggu lagi aku akan menikahi Dinda, Ma. Aku harap, Mama bisa menerima keputusan ini dengan hati yang lapang!" ucap Bram. "Hm, apa kamu sudah pikirkan baik-baik? Masalahnya, Helmi mengidap penyakit kelam*in. Ada kemungkinan Dinda juga sudah tertular, Bram!" sahut Wulan."Beberapa hari lalu, Dinda sudah melakukan cek darah di sebuah klinik. Alhamdulilah, hasilnya negatif.""Apa? Jadi Dinda baik-baik saja?" seru Helmi. Ia baru saja datang dan ikut bergabung dengan Wulan dan Bram."Ya, Dinda negatif, Hel!""Lalu, dari mana sumber penyakit ini? Karena akhir-akhir ini aku tidak pernah melakukan hubungan itu dengan perempuan manapun!" umpat Helmi kesal."Coba kamu ingat-ingat lagi! Mungkin kamu pernah transfusi darah atau menggunakan jarum suntik yang tidak steril? Karena penularan penyakit itu tidak melulu dari hubungan badan saja, Hel!""Aku bukan pem

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Dua Minggu Lagi

    ****"Bram, silakan duduk!" sambut Abi Ahmad terdengar ramah.Bram mengangguk dan mengikuti perintah Abi Ahmad. Ia sedikit demi sedikit berusaha mengurai kegugupannya di depan orang tuanya Dinda.Bibi datang dengan nampan berisi minuman di tangannya. Dinda dengan cekatan membantu pekerjaan ART-nya.'Sungguh, calon istri idaman!' puji Bram dalam hati."Maksud kedatangan Nak Bram sudah kami dengar dari Dinda. Namun, kali ini kami ingin mendengarnya langsung dari Nak Bram. Apa keberatan?" Pertanyaan Abi Ahmad mampu meluluh lantakkan pertahanan Bram untuk tetap tenang di depan orang tua kekasihnya. Namun, detik kemudian Bram berhasil menguasai dirinya kembali."Bismillahirrohmanirrohim, saya datang kesini karena saya ingin meminta restu dari Abi dan Umi. Saya mencintai Adinda dan berniat menikahinya dalam waktu dekat. Itupun jika Abi dan Umi memberikan restu."Singkat, padat dan j

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menghadap Keluarga

    ****Samudra bertamu dengan membawa kabar baik untuk Dinda, ia akan melakukan pernikahan dengan Amel dalam waktu dekat ini."Selamat, ya, Sam. Akhirnya kamu menemukan cinta sejatimu di rumahku!" kelakar Dinda setelah memberi ucapan selamat untuk Samudra."Haha, kamu bisa aja, Din! Tapi ... Maaf,nih, mungkin setelah aku menikahi Amel, Amel akan berhenti bekerja sebagi baby sitternya Alif. Kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Samudra ragu-ragu."Nggak pa-pa, Sam. Lagipula, aku sudah memprediksikan ini. Mana mungkin istri seorang pengusaha masih bekerja jadi baby sitter di rumahku?" sahut Dinda."Makasih, untuk pengertiannya, Din. Kamu memang sahabat terbaikku!""Sama-sama, tapi jangan lupa kamu harus jaga Amel layaknya berlian!" tegas Dinda."Siap!"Dinda semringah melihat lembaran undangan berwarna cream di tangannya. Nama Amelia dan Samudra tertulis di sana dengan indah. Ia jadi membayangkan bagaimana pernikahannya nanti dengan Samudra? Apa harus meriah atau han

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Amera Hilang

    ****"Hai, Om Bram!" Alif menyambut Bram dengan sangat ramah. Bahkan, kadang-kadang ia tak akan sungkan untuk memeluk lelaki dewasa itu."Apa kabarmu? Bagaimana sekolahmu?" tanya Bram pada bocah itu."Kabarku baik dan sekolahku sangat menyenangkan. Aku sudah bilang pada teman-temanku, kalau Om Bram sebentar lagi menjadi papaku!" Dengan polosnya Alif bercerita."Wow! Alif di ajarin siapa cerita-cerita begitu?" Dinda tampak bertanduk mendengar cerita dua lelaki beda usia di depannya."Memangnya nggak boleh, ya, Bunda?" Alif balik bertanya, tatapannya berubah menjadi sendu."Sutt!" Bram memberi kode isyarat."Em, boleh. Tapi cuma ke teman dekat saja ,ya!" jawab Dinda sedikit terpaksa karena kode dari Bram."Siapa teman dekatnya Alif?" Bram menyela pembicaraan antara Dinda dan Alif."Itu, anaknya Bu RT. Namanya Salwa, Om." 

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Negatif

    ****"Pak, bangun, Pak! Ini sudah siang, Pak Helmi sudah melewatkan sarapan dan minum obat setengah jam yang lalu." Rena memberanikan diri untuk membangunkan Helmi."Hoam!" Helmi menguap sambil menggeliat. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering mengantuk padahal semalam tidurnya sangat nyenyak."Ini sarapan dan obatnya saya taruh di sini, ya!" ucap Rena lagi. Lalu, ia kembali keluar kamar karena ada pekerjaan yang harus di selesaikannya.Helmi berjalan tertatih, tangannya bertumpu pada tembok.  Ia melakukan terapi sendirian. Dari tempat tidur ke kamar mandi saja, Helmi membutuhkan waktu yang lumayan lama, karena kakinya terasa sangat lemas."Argh, andai saja aku tak ceroboh,tak mungkin aku akan menderita seperti ini!" gerutu Helmi. Dengan penuh perjuangan, akhirnya ia sampai juga di kamar mandi.Di dapur Rena berpapasan dengan Wulan, jangankan menyapa dengan ramah, sekadar senyum pun tidak.

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menikahlah Dengan Dia

    ****Seminggu kemudian dari kejadian Bram mengenalkan Dinda sebagai calon istrinya, kesehatan Helmi kembali menurun. Kepalanya yang sering tiba-tiba sakit dan demam tinggi sering menyerangnya malam-malam. Beruntung ia sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk merawat serta mengurus semua keperluannya. Dari mulai makan, menyiapkan pakaian, juga hal-hal kecil lainnya."Hel, apa kamu yakin ingin mengurus Amera sedangkan kondisi kamu saja seperti ini?" tanya Wulan. Ia tiba-tiba masuk kamar dengan wajah yang kusut. Pasti gara-gara belum di kasih jatah bulanan."Terus kalau bukan kita yang urus, mau siapa lagi, Ma?" Helmi balik menatap mamanya."Ya, misal di titip di panti asuhan. Kita bisa menjenguknya kapanpun kita mau. Iya, kan?" ucap Wulan sambil menunduk.Sebenarnya ia tak enak memberi ide seperti ini kepada Helmi. Apalagi, dulu ia sangat menginginkan cucu perempuan dari Helmi. Tetapi ketika Helmi

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Calon Istriku

    *****Sore hari, Helmi pulang ke rumah. Baru saja ia sampai di ruang tamu, Wulan menyambutnya dengan bibir yang mengerucut."Hel, bagaimana kabar si Amera? Apa sudah ada kemajuan hari ini?" tanya Wulan dengan mata yang sedikit mendelik."Belum, Ma.""Harus berapa lama lagi dia di rawat di NICU? Lama-lama bisa tekor persediaan uang kita, tabungan Mama sudah mulai berkurang, loh!" sungut Wulan, tampak sedikit kesal."Sabar, ya,Ma. Kita berdo'a untuk Amera agar berat badannya cepat stabil dan bisa di rawat di rumah saja.""Pasti," sahut Wulan datar."Aku mandi dulu, ya, Ma.""Hm!"Helmi mengayuh roda kursi yang ia duduki dengan dua tangannya. Ia harus belajar mandiri, apalagi nanti kalau Amera sudah pulang ke rumah, ia harus bisa mengurus diri sendiri dan mengasuh Amera sekaligus.Helmi mengguyur tubuhnya yang terasa lengket dengan air hangat. Aroma sabun mandi yang menyegarkan menguar dari t

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Ungkapan Cinta

    ****Bram tampak segar sore ini, setelah mandi dan bersiap-siap ia segera melangkah ke kamar putrinya dengan cepat."Kamu sudah siap, Laura?" teriak Bram sambil mengetuk pintu kamar putrinya yang mulai beranjak remaja."Sedikit lagi, Pa!" teriaknya dari dalam tanpa membukakan pintu untuk papanya."Huh, perempuan sama saja! Masih bocah atau dewasa sama saja, sama-sama suka lama kalau dandan!" gerutu Bram di depan pintu kamar anaknya."Papa tunggu di depan saja, ya!" "Iya, Pa."Bram berjalan ke depan dengan gontai sambil bersiul-siul. Wajahnya kali ini tampak riang tak sekusut sebelumnya, berharap apa yang telah di susun rapi dengan putrinya berjalan sesuai dengan keinginannya.Setengah jam kemudian, Laura menghampirinya sambil senyum-senyum. Dandanan Laura kali ini bikin sakit mata. Bagaimana tidak? Dia memakai rok selutut warna kuning, di padukan dengan atasan k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status